Bagian 49

22 1 0
                                    

Kayla menyiapkan beberapa barang yang akan dia bawa setelah dia tau kalau orang tua yang selama ini merawatnya bukanlah orang tua kandungnya. — melainkan orang tua angkat.

Hasbi menyandarkan tubuhnya ke dinding kamar Kayla. Ditatapnya lurus perempuan yang terlihat sedang sangat sibuk di depan dirinya saat ini, Kayla.

"Mau bawa semuanya?" Tanya Hasbi.

"Enggak." Jawab Kayla tanpa menoleh.

"Kenapa?" Sambung Hasbi, berjalan mendekati Kayla.

Kayla menutup koper miliknya, semua barang yang akan dia bawa sudah selesai dipacking.

"Cuma bawa yang sekiranya penting banget aja. Yang nggak terlalu penting, nggak perlu aku bawa. Ribet, berat." Tukas Kayla.

Hasbi manggut-manggut.

"Ohhh, oke."

Kayla duduk di tepi ranjang, di samping Hasbi duduk saat ini.

"Bi." Desisnya, menatap lurus mata Hasbi.

Hasbi mengernyitkan keningnya.

"Iya, why?"

"Thanks, buat semua kebaikan kamu sama orang tua kamu selama ini ke aku." Ujar Kayla, tulus.

"Orang tua kita." Protes Hasbi meralat ucapan Kayla.

"Bukan. Dia mama sama papa kamu." Sanggah Kayla.

"Kayla." Hasbi hendak protes kembali, namun Kayla lebih cepat selangkah.

Kayla memotong ucapan Hasbi.

"Aku akan balik ke ibuku. Aku mau temenin dia. Aku mau buat moment sama ibuku." Tandas Kayla.

Hasbi menghembuskan nafas berat.

"Oke. Semoga kamu betah." Ucap Hasbi sebelum bangkit dan berlalu dari kamar Kayla.

Kayla menatap kepergian Hasbi. Kayla memandang isi kamarnya, mengingat banyaknya moment yang tercipta dan dimiliknya selama tinggal bersama keluarga Hasbi, — kamar dan rumah yang pasti akan sangat Kayla rindukan suatu hari.

"Selamat tinggal, kamar manisnya Kayla. Kamar yang Kayla desain dengan bantuan Hasbi dan Mama." Ucap Kayla lirih, bulir bening menerobos sudut mata Kayla.

— semuanya akan tinggal kenangan.

Hasbi, Mama, dan Papa.

***

"Sudahlah, Ma. Biarkan saja Kayla kembali ke ibunya. Lagipula, ibunya sekarang sedang sakit. Dia cuma mau menghabiskan sisa waktunya bersama anak yang dia lahirkan dengan bertaruh nyawa." Papa mencoba menenangkan Mama, memberi Mama pengertian terkait situasi yang sekarang sedang terjadi di dalam keluarga mereka.

"Tapi, Pa. Dia sudah janji sama kita dulu, kalau dia nggak akan muncul lagi di depan kita, apalagi sampai mengambil anak yang sudah dia berikan ke kita, — Kayla." Protes Mama, sambil menangis sesenggukan.

Papa meraih tangan Mama, mengecupnya dengan lembut.

"Ma, ibu kandung Kayla sedang sakit keras dan menurut dokter usianya nggak akan lama lagi. Biarkan dia membuat moment indahnya dengan Kayla, walaupun itu cuma sebentar. Membantu orang, menyenangkan orang itu baik, Ma. Papa sama kok seperti Mama, sakit saat harus jelasin ke Kayla kalau dia bukan darah daging kita. Tapi, kita juga nggak bisa ngelak fakta, kalau Kayla itu anak perempuan itu." Ujar Papa tenang.

Tanpa keduanya sadari, dari balik pintu kamar mereka ada Kayla yang tak sengaja mencuri dengar obrolan keduanya.

Kayla kembali menangis, setelah dia tau kalau ternyata ibu kandungnya sedang sakit keras dan usianya tidak akan lama lagi di dunia, — dan Kayla hanya akan memiliki waktu sebentar saja bersama orang yang sudah mengandung dan melahirkannya.

"Jadi, ibu sakit keras? Dan hidupnya nggak akan lama lagi?" Kayla terjatuh, kakinya seketika lemas. Airmata mengalir deras di kedua pipi Kayla.— sesekali bibirnya mengucap memanggil ibunya.

"Ibu..." Lirih Kayla di tengah tangisnya.

Hasbi memandang dari kejauhan, melihat Kayla yang sedang terduduk lemas sembari menangis— Hasbi menatap Kayla iba.

"Kay, aku akan bantu kamu ciptain moment yang indah sama ibu kandung kamu. Kalian harus bahagia, walaupun cuma sebentar."

BACKGROUND BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang