Pasien No. 72

1.2K 227 83
                                    

🔞🔞🔞

Warning:

The room gets too hot

🔞🔞🔞


Belum sampai 24 jam sejak kebakaran dipadamkan, tim IT yang dihadirkan oleh Robyn sudah berhasil mengompilasi rekaman CCTV yang terfokus pada tiga pelaku. Dengan dibantu oleh RT dan RW setempat, mereka berkeliling meminta bantuan dari warga yang memiliki CCTV mengarah ke jalanan. Memang masih belum bisa dilacak nama atau data diri lain, terlebih karena tidak adanya plat nomor pada kendaraan yang mereka bawa, tetapi mereka berhasil mendapatkan rekaman jelas yang memperlihatkan wajah para pelaku.

"Cuma dua orang," kata Ganesa dengan kening mengerut. Si pemilik kos, bersama dengan Rona, Beka, dan Robyn ikut duduk bersama sambil menyaksikan rekaman CCTV dua pelaku di minimarket ujung gang. Selama beberapa jam dua pelaku terlihat mondar-mandir, terlihat resah, dan terus-terusan memperhatikan ponsel. 

"Selama beberapa hari mereka berkumpul di situ lalu bergantian untuk meninjau. Biasanya mereka akan menunggu di warung depan selama kurang lebih setengah jam, lalu kembali ke minimarket. Satu orang lagi memang datang agak belakangan, sepertinya dia punya tugas sendiri."

Tidak lama setelah salah satu orang IT berbicara, rekaman menunjukan seseorang datang ke minimarket. Sekali lihat saja sudah bisa dikenali, pelaku ketiga adalah si jaket ojol. Saat datang dia tidak memakai helmnya dan sempat masuk ke minimarket usai melaporkan sesuatu pada dua pelaku lain.

"Itu pacarnya Yara." Rona mengenali wajah si pelaku ketiga setelah diperlihatkan hasil tangkapan dari rekaman yang sudah diperbesar dan diperjelas. Dia menoleh. Menatap pada Pak Tio yang ikut bergabung setelah mengumpulkan CCTV dari klinik Hartal Medicia.

Yang ditatap mengangguk membenarkan.

Sebagai orang yang pernah 'menangani' pemuda itu, Pak Tio tidak akan bisa lupa wajahnya.

"Sepertinya tugas anak itu mengawasimu di klinik. Dari rekaman CCTV klinik dan beberapa warung di sekitar klinik, anak itu sering bolak-balik," sambung Pak Tio seraya menyerahkan beberapa lembar foto yang dicetak di kertas HVS. "Anak itu juga yang berdalih ingin ketemu, lalu kabur. Saya rasa dari baju yang dipakai dan bentuk motornya sudah bisa dipastikan mereka orang yang sama."

"Sepertinya yang melakukan tindakan tidak senonoh di ruang tengah juga dia."

Si ahli IT, yang tadi menjelaskan, mengangguk. Tangannya bergerak di atas trackpad untuk mempercepat beberapa potongan rekaman dan menghentikannya tepat saat si pelaku ketiga 'tanpa sengaja' menghadap CCTV di dekat tangga. Anak itu membawa sebuah balok kayu. Setelah beberapa kali mengayunkan pada perabot rumah seperti orang gila, ia mulai menari sambil naik ke meja dan sofa. Di tengah tarian ia mulai membuka celana dan menggosok kelaminnya.

Beka berdeham cukup keras sembari mengangkat satu tangannya hingga sejajar dengan wajah Rona. Dengan tatapan tajam, kekasih Rona itu memberi kode pada Pak Tio.

Sigap, Pak Tio langsung menurunkan layar laptop.

"He's drunk," gumam Beka sebelum melipat tangan di depan dada.

"Or simply an idiot loner," celetuk Robyn sambil geleng-geleng lalu menambahkan dengan suara lebih pelan, "two minutes and fifteen seconds. Poor things."

Beka dan Ganesa kompak melirik tajam pada Robyn. Membuat Robyn mengulum senyumnya lalu berdeham. "We haven't  checked everything, it might takes time. Tapi sejauh ini, udah keliatan mereka nyerang kosan ini bukan secara random. They already set their target beforehand. Or, specifically, they had their eyes on this building ... " Robyn memutar telunjuknya ke sekitar ruangan, lalu menunjuk pada Rona, " ... and you."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang