confess... (part 2)

20 6 1
                                    

pagi setelah pertandingan usai, Sera tengah sibuk merapiihkan tas nya. hari ini ia akan kembali ke Swansea diantar Justin dan ditemani keluarganya. mama Brie dibawah sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk semuanya.

Justin memandangi Sera dari balik pintu kamar yang tidak ditutup sambil menyilangkan kedua tanganya. matanya seolah ingin berkata bahwa ia akan tetap menyayangi Sera sebagai seorang perempuan. tidak mudah untuknya melupakan perasaan yang ia miliki. namun ia sudah berjanji, bahwa akan mengaggap Sera hanya sebatas adiknya. sama seperti teman-temannya yang lain.

"ada yang perlu dibantu gak bumil ?" ucap Justin sambil berjalan masuk kekamarnya.

"nope. udah selesai. sorry ya Jussa. pagi-pagi gue ngerepotin karena lo harus anter gue ke Swansea.."

"yaudah. lo naik kereta aja ya ?" ucap Justin dengan wajah serius yang membuat Sera terdiam. ia berfikir bahwa dirinya benar-benar merepotkan Justin dan keluarganya.

"ah.. iya. gak apa-apa kok. lebih cepet juga kan sampenya.." jawab Sera dengan senyum.

"serius banget Ser. yakali gue nyuruh lo naik kereta. kalo Noel tahu bisa jadi mashed potato gue.." ucap Justin sambil tertawa terbahak.

"Jussa..." ucap Sera dengan nada memelas. Justin lalu menarik Sera ke dalam pelukkanya. perlakuan Justin sontak membuat Sera terkejut dan menarik dirinya dari pelukkan Justin. namun tenaganya tidak lebih besar dari Justin.

"sorry Ser. maaf gue lancang. tapi tolong lo harus tetap sehat dan bahagia ya Ser. anggap ini sebagai bentuk kasih sayang dari seorang kakak ke adiknya , karena Noel sahabat gue. dia bahagia sama lo Ser. jadi lo juga harus bahagia.." Justin melepaskan pelukkanya setelah mengungkapkan isi hatinya. bohong jika ia bilang yang dia ucapkan adalah bentuk perhatian seorang kakak untuk adiknya. Justin hanya ingin mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya tanpa membuat Sera tidak nyaman.

"maaf ya Jussa. gue otomatis dorong lo tadi. gue gak terbiasa dipeluk laki-laki selain abang sama Nathan. bahkan mas Arho sama mas Idho yang udah kenal lama pun , mereka gak pernah peluk gue apapun alasanya. but its okey, gue berusaha untuk tetap sehat dan bahagia. gue masih mau lihat kalian semua lolos piala dunia. gue masih mau lihat anak gue bangga punya papah dan om om yang akan jadi seorang legend nanti.." senyum terukir jelas di wajah Sera. matanya berkaca-kaca saat ia mengatakan apa mimpinya, mengingat sekarang dirinya sedang tidak baik-baik saja.

"udah. masih pagi kenapa jadi melow begini. sini gue bawain tas lo. mama udah siapin sarapan. kita sarapan dulu habis itu kita berangkat ke Swansea." Justin meraih tas Sera dan bergegas turun kebawah diikuti oleh Sera dibelakangnya.

"hai mam, pah. selamat pagi.."

"hai sayang. selamat pagi nak. sini duduk. kita sarapan sama-sama. mam gak tahu apa makanan favorit kamu. tapi semoga kamu suka yaa.."

"aku suka makan apa aja kok mam. makasih ya. maaf Sera merepotkan.."

"dont worry sayang. mam senang bisa menyiapkan sarapan sehat untuk kamu dan juga bayimu.."

Justin kembali kerumah setelah menaruh tas Sera di mobil. mereka lalu sarapan bersama. Justin meraih ponselnya dan mengambil foto. ia akan melaporkan ke grup tentang bagaimana paginya sarapan bersama Sera.

Justin :"(send a picture)"

Nawi :" masih pagi Tin. masih pada capek. jangan bikin orang emosi aja."

Justin :"sorry. gue mau kirim ke Noel tadinya. kenapa jadi ke sini.."

Arho :"alasan aja..."

Ferari :"tumben singkat Ho ?"

Arho :"males. lagi gak mood.."

Ridho :" walah walah.. udah sarapan aja. sarapan yang bergizi Tin. biar bisa hitung kalo 90+6=99.."

Dia Adalah,Anasera...Where stories live. Discover now