pagi di kota Swansea terasa dingin kali ini. hujan mengguyur kota Swansea sejak tadi malam. Nathan mengambil alih urusan dapur dan membuat sarapan pagi ini. sementara Sera sedang menyiapkan segala sesuatunya untuk pertandingan terakhir Nathan sebelum berangkat ke Indonesia. mereka akan berangkat berdua saja. Justin dan Marsel sudah terbang dan tiba lebih dulu. mereka bahkan sudah melakukan latihan perdana mereka hari ini.
selesai memasak sarapan, Nathan lebih memilih untuk membawa sarapan mereka ke kamar. ia juga membawa segelas susu hangat untuk Sera.
"permisi. sarapanya sudah siap..!" teriak Nathan sambil membuka pintu kamarnya.
"ya ampun. kenapa dibawa kesini makanannya ?" ucap Sera yang kaget mendengar teriakan Nathan.
"nunggu kamu selesai, lama kayaknya. jadi aku bawa kesini. kamu bisa beberes sambil aku suapin.."
Sera hanya bisa tersenyum manis mendengar ucapan laki-laki itu. Nathan kemudian meletakkan makananya diatas meja rias, lalu menyuapi Sera sedikit demi sedikit.
"Nando jadi jemput di bandara ?" tanya Nathan.
"abang bilang sih gitu, mau ikut mas Tio ke bandara. padahal gak usah, aku bilang ketemuan di hotel aja sama Yara. tapi dia gak mau.."
"yaudah. biarin aja. dia udah kangen sama kamu kayaknya.."
"mom sama dad, gimana ?"
"H-1 sebelum match day mereka baru datang. tapi Nou belum tau bisa ikut atau engga."
"hmmm... kasihan kalau Nou harus flight sejauh itu. kehamilan dia lebih besar dari aku. lebih riskan harusnya."
"lebih riskan kamu, Sera." ucapan Nathan berhasil membuat kegiatan Sera terhenti. ia lalu menoleh perlahan ke arah Nathan.
"aku gak selemah itu, Nath !" ucap Sera dengan nada sedikit tinggi.
"selesai pertandingan kedua, kita bicarakan ini semua. gak ada lagi yang harus disembunyiin.."
"Nathan..!"
"waktu terus berjalan Sera. kehamilan kamu semakin besar dan semakin riskan. waktunya gak banyak. aku harus bertindak sesegera mungkin demi kamu dan junior.." Nathan berbicara dengan sedikit membentak Sera. Sera pun meninggalkan semua aktifitasnya dan memilih untuk turun ke bawah. Nathan hanya bisa menarik nafas panjang dan memilih untuk tetap dikamar sampai emosinya stabil.
Sera duduk bersandar di sofa. pandanganya kosong. pikiranya entah kemana. sesekali ia menghela nafas panjang mencoba untuk menenangkan hatinya. tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan Nathan ada benarnya. jujur, Sera tidak pernah siap dengan kehamilan penuh resiko ini. kehamilan dengan leukimia yang sewaktu waktu bisa saja merenggut nyawanya dan juga bayinya. namun memikirkan Nathan akan sangat menyayangi anak mereka nanti setelah kehilangan kemarin, menjadi satu-satunya hal yang menguatkannya.
pelan , Sera merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. entah karena efek obat atau memang karena lelah, Sera mudah tertidur sekarang. kurang dari 10 menit ia pun terlelap di sofa.
sementara itu, Nathan memilih untuk melanjutkan pekerjaan Sera yang ditinggalkan begitu saja. ia merapihkan barang bawaan yang akan mereka bawa besok ke Indonesia. kurang lebih 2 minggu mereka akan berada disana. Nathan juga tak lupa mengecek kembali rangkuman yang telah dibuat oleh Justin untuk rencana pengobatan Sera. ia harus tegas kali ini demi kebaikan Sera dan juga masa depan junior.
turun kebawah , Nathan mendapati istrinya sedang tertidur pulas disofa. ia menghampirinya dan berlutut didepan wajah Sera. lama ia memperhatikan wajah istrinya yang sekarang terlihat lebih pucat dan lesu. tak terasa, air mata mengalir dipipinya. Nathan dengan segera menyeka air matanya dan memilih untuk memesan makanan untuk mereka berdua.
YOU ARE READING
Dia Adalah,Anasera...
Romancepercayakan semua kepada Tuhan-Mu . karena Dia yang akan memberikan jawaban atas semua pertanyaanmu selama ini. just trust in God 🤍