🍒 BAB 3 🍒

12.6K 896 34
                                        

Ada beberapa hal yang bisa seseorang lakukan di akhir pekan. Satu, kau bisa pergi bersama teman-teman, pergi keluar rumah, melupakan stressnya hal-hal yang telah di lalui selama satu minggu penuh dan menikmati pesta dan alkohol.

Dua, kau bisa berdiam diri di rumah, berbaring nyaman di sofa, dengan piyama bahkan di siang hari, menonton netflix lengkap dengan setumpuk cemilan yang tersedia.

Jennie lebih memilih untuk melakukan yang kedua. Di siang hari yang terik, ketika Chaeyoung dan Jisoo sibuk menghubunginya dan bertanya ke bar mana mereka akan pergi nanti malam, Jennie ada di sofa, begitu nyaman dengan piyama yang di pakainya.

Terlalu lelah menghadapi kondisi tubuhnya sendiri. Pergi ke bar hanya berujung memunculkan perasaan frustasi yang di deritanya. Jadi, lebih baik dia tak pergi kemana pun.

Teman sekamarnya selalu menjadi orang yang bangun siang. Jadi tak heran, Jennie benar-benar merasa sendiri saat ini.

Yah... bukan berarti Lisa akan selalu menemaninya. Tapi, apartemen ini tidak memiliki kehidupan apapun sejak pagi. Sampai sekitar pukul 1 siang, pintu kamar Lisa terbuka dan Lisa dengan segala kesederhanaannya — dan keseksiannya— muncul.

Kaos putih berlengan pendek yang ketat, perutnya yang keras terlihat, serta celana olahraga terpasang di tubuhnya.

Bukan itu saja. Rambut wanita itu telah disisir rapi, rambutnya dikuncir kuda, menonjolkan sisi rahangnya yang sungguh menawan.

“Wah, kau rapi sekali.” Komentar Jennie.

“Aku tahu aku seksi sekali.” Balas Lisa sambil berjalan ke arah dapur. “Dan kau malas sekali, Jennie. Seperti ikan paus terdampar di sisi lautan.”

“Maaf, apa? Apa kau baru saja mengataiku gendut?!” Jennie melotot.

“Apakah kedengarannya begitu?” Lisa berbalik setelah mengambil sebotol air mineral dan kembali ke kamar.

Lisa lantas kembali keluar dari kamar, membawa ransel di pundaknya. Jennie mengangkat alis, bertanya-tanya kemana Lisa akan pergi.

“Aku tidak menyangka bahwa kau akan menjadi teman yang menghinaku.” Gerutu Jennie.

“Oh? Kita teman?” Lisa menyeringai lagi. Tampaknya, membuat seseorang kesal adalah hobi Lisa.

“Diamlah!” Jennie melemparkan sekantong keripik yang belum di buka, lemparannya mengenai selangkangan Lisa.

Tiba-tiba, apa yang Lisa lakukan tempo hari teringat di benak Jennie dan mata Jennie melebar. Dia cukup aneh menyadari gagasan seorang wanita memiliki... sesuatu yang sangat jarang dimiliki wanita lain.

Jennie memiliki rasa penasaran yang tinggi dan jika boleh jujur? Yah... dia memang penasaran dengan apa yang dimiliki Lisa.

Tapi... tidak! Ya ampun, apa yang baru saja dia pikirkan? Penasaran dengan apa yang Lisa miliki? Kedengarannya menjijikkan dan mesum!

“Wah, wah, apa yang sedang kau pikirkan, Jennie Kim? Kenapa aku merasa kau sedang memikirkan kebanggaanku?”

“Apamu?” Jennie berkedip, heran dengan pemilihan kata Lisa.

“Kebanggaanku.” Ulang Lisa, terkekeh sambil menunjuk selangkangannya dengan senyum percaya diri.

“Astaga, Lisa! Aku tidak percaya kau bilang seperti itu tentang...”

“Apa?” Lisa memutar mata. “Ayolah, aku bisa membuat banyak wanita menjerit karena ini. Apakah aku tidak boleh membanggakan apa yang aku miliki.”

Jennie terperangah. Sebenarnya, percakapan macam apa ini? Jennie tidak percaya dia bahkan harus terus bicara dengan Lisa mengenai... Astaga, hentikan saja!

JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang