🍒 BAB 22 🍒

8.7K 700 128
                                        

Tak pernah sekali pun selama bertahun-tahun, Lisa bermimpi pernah duduk di rumah ini lagi. Menjijikkan, merasa terhina, tapi juga merasa tak berdaya. Bagaimana pun, mereka tetaplah orang tua yang berusaha membesarkannya meski tanpa kasih sayang.

"Aku tidak akan bertanya tentang sekolahmu karena aku tahu itu membosankan dan jauh dari apa yang aku harapkan." Marco, tentu saja orang yang memulai percakapan itu.

Marco adalah ayahnya. Dia seorang pengusaha besar. Pria itu jarang tersenyum dan berwajah tegas. Marco selalu mengharapkan bahwa Lisa, putri satu-satunya akan menjadi penerusnya.

Dulu, Marco berharap mempunyai anak laki-laki. Namun ketika Chittip, istrinya mengandung anak perempuan, sebisa mungkin Marco mendidik Lisa dengan tegas agar tidak bersikap seperti perempuan.

Ketika Marco mendapati bahwa putrinya terlahir sebagai wanita interseks, Marco bangga. Itu artinya, mungkin ada bagian tertentu Tuhan mengabulkan keinginannya untuk memiliki anak laki-laki meski dalam bentuk tubuh perempuan.

Lisa selalu di beri mainan layaknya anak laki-laki, di dandani anaknya laki-laki dan tak membiarkan Lisa berteman dengan siapapun.

Hingga SMP, Lisa selalu membuat Marco puas. Hobi Lisa yang selalu belajar, menyendiri, dan pandai bermain sepak bola membuat Marco bangga.

Namun entah bagaimana saat SMA, Lisa berubah. Wanita itu menyukai menari padahal Marco tak pernah memperkenalkan Lisa pada hal tersebut. Menurutnya, menari bukan sesuatu yang macho dan sampai sekarang, Marco benci melihat Lisa terfokus pada kelas tarinya.

"Apa yang kau inginkan dari memanggilku ke rumah, ayah?" Tanya Lisa dengan tenang, memutar pasta dengan garpu di piringnya.

"Aku ingin kau membawa seseorang ke kelas menari." Kata Marco.

"Siapa itu?"

"Namanya Danielle."

"Begitu." Lisa mengangguk. "Jadi, apakah perjodohan mulai terjadi sekarang? Terkadang, aku menunggu kapan itu terjadi mengingat kau sangat suka mengatur hidupku."

"Lisa," Chittip menegur. "Jangan begitu. Itu semua demi kebaikanmu."

"Tentu saja." Lisa tak mau berdebat tentang sesuatu tak perlu. "Jadi, dimana aku akan menemui wanita Danielle ini?"

"Minggu depan, dia akan mulai bersekolah di kampus yang sama. Jadi aku harap kau lakukan yang terbaik untuk membimbingnya di kampus."

Lisa mengangguk. Tak ada yang bisa dia lakukan lagi.

"Danielle adalah wanita yang manis, penuh energi. Dia persis sepertimu. Aku yakin kau akan menyukainya." Chittip menambahkan dengan mata berbinar.

Lisa mengangguk lagi. Bisakah dia menyukai seseorang? Lisa rasa tidak. Dia tidak pernah mempercayai dirinya bisa suka pada seseorang sama seperti dia percaya bahwa orang tak akan pernah suka padanya.

Lisa pernah menyukai seseorang dan sekarang, orang itu telah bersama orang lain. Itu saja membuktikan bahwa dirinya tak layak untuk di sukai oleh seseorang.

Tentu saja hal itu berbeda jika di tempat tidur. Semua wanita menyukainya di tempat tidur.

"Hanya itu yang kalian ingin bicarakan?" Tanya Lisa sambil menyuap pastanya.

"Aku ingin kau memperlakukannya dengan baik. Dia akan menjadi calon istrimu." Kata ayahnya.

"Berapa umurnya?"

"20 tahun untuk tahun ini."

"Dan dia sudah bersedia untuk menjadi calon istriku?" Tanya Lisa, mengerutkan kening.

JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang