Mobil Lisa berhenti di depan gedung apartemen. Jennie melepaskan sabuk pengamannya, namun tidak kunjung pergi dari mobil, sedikit kecewa karena Lisa tak melepaskan sabuk pengaman itu.
Apakah Lisa tidak akan masuk bersamanya?
Jennie menoleh, memperhatikan kedua tangan Lisa terkepal erat di kemudi, rahangnya mengeras. Seluruh postur tubuhnya tegang, seolah Lisa tengah kesal akan sesuatu.
Jennie ingin mempertanyakan apa yang membuat Lisa kesal saat ini. Tapi kiranya, Jennie sudah tahu apa yang membuat Lisa kesal.
Meski begitu, Jennie tak mau menyebutkannya. Dia tetap diam, menunggu Lisa mengatakan sesuatu.
Desahan panjang Lisa terdengar. Sambil bersandar, Lisa memejamkan mata dan mencoba untuk meredakan semua emosi yang tengah di rasakannya saat ini. Dan selama itu, Jennie tetap menunggu.
Sampai Lisa kembali membuka mata, Lisa menoleh pada Jennie. Tubuh Jennie langsung tegap saat mata mereka saling bertatapan. Lisa marah, itu terlihat jelas.
"Jadi," Lisa memulai.
"Ya?" Jennie merespon cepat.
"Kau mulai pergi ke bar." Kata Lisa.
Itu bukanlah sebuah pertanyaan, melainkan penilaian yang tidak disukai oleh Lisa. Kening Lisa berkerut dalam saat mengatakan itu.
Gagasan Jennie pergi ke sebuah bar rupanya menimbulkan perasaan marah dalam diri Jennie.
"Aku hanya pergi dengan Chaeyoung dan Jisoo." Jennie membela diri.
Lisa tertawa sinis, ekspresinya hampir mengejek seolah dia tidak mempercayai apa yang baru saja Jennie katakan dan sebisa mungkin, Jennie berusaha untuk tidak terlihat tersinggung.
"Tidak seperti itu yang terlihat di mataku." Gerutu Lisa.
"Apa maksudmu?"
"Kau menari, membiarkan orang lain menyentuhmu. Kau bicara dengan seorang anak laki-laki disana dan..." Lisa menggelengkan kepalanya. "Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Jennie?"
"Serius, Lisa? Apakah kau... Lalisa Manoban yang percaya diri, memiliki rasa tidak aman hanya karena seorang anak laki-laki di bar?"
"Kau tahu bukan itu masalahnya!"
"Lalu apa masalahnya? Ah, aku tahu! Masalahnya, seseorang telah melupakanku berhari-hari demi menjaga wanita lain dan berharap semuanya tetap baik-baik saja? Begitu? Berharap aku bersikap bodoh? Mau menuruti keinginanmu begitu saja? Terus menerus diam? Begitu, Lisa?"
Lisa menoleh cepat, sorot matanya menunjukkan bahwa Lisa tak percaya dengan semua yang baru saja Jennie katakan.
Jennie menggelengkan kepalanya dan turun dari mobil. Melangkah cepat dari tempat parkir dan memasuki gedung apartemen.
Dengan paksa, Jennie menyeka air mata yang entah sejak kapan jatuh. Apa yang dia harapkan dari Lisa? Seharusnya sejak awal Lisa terus menerus membuang waktu, Jennie tahu bahwa Lisa tak mau mempertegas hubungan mereka.
Begitu bodohnya dia berharap agar Lisa mau mengutamakan dirinya. Lisa bahkan tak bisa mempertegas segalanya tentang perjodohan dengan Danielle. Kenapa Jennie pikir bahwa Lisa bisa bertahan dengan satu wanita seperti dirinya?
"Jennie, tunggu!" Lisa mengejar, bertepatan dengan lift hampir tertutup, lift pun kembali terbuka dan Lisa masuk bersama Jennie.
Jennie mengalihkan pandangan ke arah lain, membiarkan keheningan terjadi di antara mereka. Lisa melangkah ke arah Jennie dan Jennie bergerak mundur.
Tapi, lift tentu saja sempit, tak memberi tempat untuk Jennie pergi ke arah lain. Saat punggung Jennie bertabrakkan dengan dinding lift, dia hanya bisa menunduk, menatap sepatu mereka yang nyaris menempel.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
FanfictionJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.
