Jennie merasa hampir pingsan setelah orgasme kelimanya dan Lisa tidak mau berhenti juga. Seolah belum merasa puas, tubuhnya memasuki diri Jennie terus menerus dengan berbagai posisi dan di berbagai sudut di ruangan itu.
Bukannya Jennie mengeluh karena dialah yang telah memprovokasi Lisa sehingga Lisa melakukannya.
Perkataan kotor yang Jennie sebut sebagai godaan di anggap Lisa sebagai tawaran yang menggiurkan sehingga Lisa memanfaatkannya sebaik mungkin.
Kaki Jennie di rentangkan lebih lebar, sementara dua jari Lisa memasukinya dengan mudah, memenuhinya dengan masuk dan keluar dengan mudah, tidak membiarkan Jennie beristirahat.
"Lisa..." Jennie memeluk Lisa dengan erat, menoleh untuk mencium pipi, rahang dan leher Lisa. "Rasanya sangat nikmat."
Lisa menggeram mendengar itu. Semangatnya menggebu. Tubuh mereka yang berkeringat, menyatu dalam pelukan yang bergairah.
"Vaginamu benar-benar tidak pernah puas, bukan?" Lisa mendorongnya lebih kasar, membuat tubuh Jennie tersentak. "Sangat ketat, rakus sekali melahap jariku."
"Lisa..." Jennie menatap Lisa, melihat kobaran mata penuh nafsu itu.
Nafsu yang juga dipenuhi cinta. Jennie mempercayai itu. Jennie percaya Lisa tidak melakukan ini hanya dengan nafsunya saja, namun dengan cinta yang dimiliki wanita itu.
"Aku mencintaimu, Lisa. Lebih keras lagi. Aku mau orgasme lagi!" Jerit Jennie, sebelum Lisa mencondongkan tubuh, mencium bibir Jennie dan meredakan erangan yang keluar dari mulutnya.
Jennie terengah-engah setelah orgasme keenamnya dan dia hampir berbaring di atas meja, namun Lisa menahannya dalam pelukan.
"Tidak, Jennie. Semuanya belum selesai. Aku benar-benar tidak akan berhenti denganmu hari ini." Lisa segera mencondongkan wajahnya ke cairan yang terkumpul di inti tubuh Jennie, melahap dan menghisap semua cairannya dengan rakus.
Jennie meremas rambut Lisa. Tubuhnya sudah terlalu sensitif dan lelah. Namun entah bagaimana, dia masih memiliki tenaga untuk mengerang dan menekan wajah Lisa ke inti tubuhnya.
Setelah itu, Lisa berdiri dan menggendong Jennie, membawanya ke sofa yang sebelumnya telah mereka gunakan dengan dua posisi.
Pertama, Lisa menidurinya dari belakang sementara dia bertumpu dengan lutut dan telapak tangannya.
Posisi kedua, kaki Jennie hampir menyentuh kepalanya saat Lisa menidurinya dari atas, menusuknya dengan begitu kasar dan keras.
Jennie curiga Lisa harus mengganti sofa besok karena pada orgasme ketiga, dia menyemprotkan cairannya di sofa, mengotori sofa beserta lantai dengan cairannya.
Jennie kembali di baringkan di sofa dan Lisa kembali berada di atasnya. Kaki Jennie melingkar di pinggang Lisa membuat tubuh mereka saling bersentuhan.
Lisa menatapnya sementara dia mulai menggesekkan tubuhnya. Jennie yang masih sensitif, begitu terangsang dan memegangi pundak Lisa dengan erat.
"Aku suka sekali reaksi tubuhmu seperti ini. Selalu menginginkanku setiap saat kan, Jennie?" Lisa mengusap pipi Jennie sebelum mengusap pipinya, mendesak Lisa untuk menatapnya.
"Selalu, Lisa." Jennie mengangguk.
Lisa mencium bibir Jennie, kali ini dengan kelembutan yang tidak pernah terjadi selama beberapa jam ini.
Dan meskipun keras dan kasarnya Lisa membuat tubuh Jennie di penuhi kenikmatan, Jennie juga sangat menyukai cara Lisa menciumnya dengan sangat lembut, seolah dia sedang mengambil waktu untuk memuja setiap inci tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
FanfictionJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.
