"Aku bisa gila, Lisa!" Jerit Jennie, putus asa.
Lisa yang mendengar teriakan itu, bergegas mendekati Jennie dan melotot sambil menutup mulut wanita itu. Dia memberi tatapan mengancam.
Jennie menjulurkan lidah dan menjilat telapak tangan Lisa. Lisa memekik, melepaskan tangannya dari Jennie dan mengernyitkan hidung dengan jijik saat mendapati telapak tangannya basah.
"Menjijikkan, Jennie Kim." Gerutu Lisa, menyeka telapak tangannya ke baju Jennie.
"Eww, Lisa. Jijik." Jennie menepis tangan Lisa agar tidak mengenai bajunya. Tapi, Lisa berhasil mengeringkan telapak tangannya melalui baju Jennie.
Dan, Jennie cemberut.
"Itu ludahmu sendiri. Lagipula, kita juga sudah berbagi ludah setiap malam. Kenapa sekarang, hanya seperti ini jadi menjijikkan bagimu?" Tanya Lisa, satu alisnya terangkat dan seringainya menggoda seperti biasa.
"Lisa!"
"Kau bahkan berhasil menelan spermaku tanpa rasa jijik. Tapi begitu saja—"
"Oke, Lisa. Berhenti!"
Jennie merinding mendengar kata-kata Lisa yang terang-terangan seperti itu. Dia tahu Lisa adalah manusia yang suka membicarakan hal vulgar tanpa rasa malu.
Wanita itu... sering kali mengoceh kata-kata kotor setiap mereka menyatukan tubuh mereka setiap malam. Tapi tetap saja, membicarakan hal ini, di perpustakaan dimana orang bisa mendengarnya, sungguh menjijikkan.
"Tapi kau sering berteriak seperti ini. Ya Tuhan, Lisa... tolong jangan berhenti..." Kata Lisa, menirukan suara yang sama sekali tidak Jennie kenal.
"Aku tidak pernah bicara seperti itu! Itu bukan suaraku! Aku tidak pernah memohon begitu!"
"Ya Tuhan, Lisa. Rasanya nikmat sekali. Penismu begitu besar. Tolong lebih keras." Lisa menyeringai puas. "Kau tidak ingat itu juga?"
"Ya Tuhan..." Erang Jennie, menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Begitulah kau bersuara setiap malam." Kata Lisa.
Jennie terdiam, menutup mulutnya dengan cepat saat Lisa baru saja menunjukkan apa yang dia maksud. Astaga, dia baru saja mengerang, bukan?
Jennie memejamkan mata. Sudahlah, bicara dengan Lisa tidak pernah berjalan dengan baik sejauh ini. Dia menghela nafas. Saat menatap Lisa, seringainya terpampang jelas tepat di depan wajahnya dan Jennie mendorong Lisa agar memberi jarak.
"Aku tidak tahu kenapa aku harus bicara denganmu sekarang. Disini, di perpustakaan. Padahal aku tahu kau tidak pernah bicara dengan serius." Keluh Jennie, menyandarkan punggungnya pada rak buku yang menjulang tinggi.
"Nanti kita bicara serius, saat aku sudah memberikan cincin untukmu." Kata Lisa, datar.
Jennie bahkan tidak mau menanggapi ucapan itu. Terkadang, dia tidak tahu kapan Lisa berbicara serius atau tidak. Lisa sering kali mengajaknya bercanda, menggodanya, dan tidak pernah sekali pun Lisa mengajaknya untuk bicara serius.
Ada kalanya, Jennie benar-benar jengkel. Lisa benar-benar berhasil membuat Jennie meras kesal dan senang disaat yang bersamaan.
"Aku akan putus dengan Taehyung hari ini juga." Kata Jennie. "Aku tidak peduli bagaimana. Aku hanya akan bicara dengannya dan kemudian, putuskan hubunganku dengan pria itu."
"Tidak! Jangan secepat itu!"
"Sudah hampir dua minggu, Lisa. Aku tidak tahan. Aku hampir gila sekarang. Merasa seseorang sepertinya mencekikku setiap dia berada di dekatku."
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
FanfictionJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.
