Jennie bangun dan tak ada Lisa di sampingnya. Menoleh pada jam dinding yang berdetak, jam menunjukkan pukul 11 malam dan Lisa tak menunjukkan tanda-tanda akan berada di kamarnya untuk tidur.
Menyingkap selimut dari tubuhnya, Jennie memakai sandal berbulu yang hangat, lalu keluar dari kamar.
Dia tak terkejut Lisa berada di sofa bersama dengan setumpuk kertas. Itulah kesibukan Lisa akhir-akhir ini. Ayah Lisa sepertinya ingin melihat keseriusan Lisa dalam hal berbisnis hingga mengirim banyak pelajaran dan Lisa mempelajari semuanya dengan sangat keras.
Sayangnya, demi mempelajari semua itu, Lisa melupakan segalanya. Lupa mandi, makan, tidur. Dia juga tampaknya melupakan Jennie.
Jennie tidak mengeluh. Dia amat mengerti dengan usaha Lisa. Tapi, dia tak suka melihat usaha Lisa terlalu keras hingga mengabaikan kesehatannya sendiri.
Dengan langkah tenang, Jennie pun mengambil langkah ke arah Lisa. Dari jarak dekat, dia melihat ekspresi tertekan Lisa.
"Hei," Jennie menyapa sambil mengambil lembar kertas dari Lisa, lalu duduk di pangkuan Lisa begitu saja.
"Hei," Lisa menyapa dengan lelah. "Kau terbangun?"
"Hmmm, dan tak ada kau di sampingku." Jennie cemberut. Bersandar di pundaknya, Jennie menatap Lisa dengan penuh kasih sayang. "Ayo tidur?"
"Aku belum menyelesaikan semuanya, Jennie."
"Kau bisa mempelajarinya lagi besok. Ini sudah malam dan aku agak kedinginan."
Lisa menyandarkan pipinya di atas kepala Jennie. Namun tidak sebelum Lisa mengecup kening Jennie. Jennie melingkarkan tangannya di leher Lisa, bergumam puas saat Lisa mengusap punggungnya.
Lisa hampir memejamkan mata dalam sekejap, terutama saat Jennie mulai memijat pundaknya dan memberikan ciuman-ciuman kecil di sekitar rahangnya.
"Ayo tidur, Lisa?" Ajak Jennie.
Lisa membuka matanya yang berat, menoleh dan menatap mata yang memohon itu. Dari desahan nafasnya, Jennie tahu Lisa tak kuasa menolaknya lagi.
"Baiklah," Kata Lisa akhirnya. "Ayo kita tidur. Mari lupakan pekerjaan sialan ini."
Jennie menyeringai. Tangan Lisa bertumpu di kedua paha Jennie, menahan beban Jennie saat mengangkat Jennie agar Jennie tetap berada dalam pangkuannya.
Jennie melingkarkan tangannya di pinggang Lisa, membiarkan Lisa menggendongnya menuju kamar sementara dia terus mencium rahang Lisa sepanjang menuju tempat tidur.
Sampai tubuh Jennie menyentuh tempat tidur, Jennie langsung menarik Lisa sampai Lisa berada di atasnya.
Jennie tersenyum dan kembali melingkarkan tangan dan kaki di leher dan pinggang Jennie sementara Lisa menatap Jennie dengan pandangan geli.
"Aku pikir kau ingin kita tidur, Jennie?"
"Ya, memang. Aku hanya merindukanmu. Kau sangat sibuk beberapa hari ini." Kata Jennie, tidak ingin terdengar mengeluh tapi sial, dia merasa hampir kesepian meski Lisa ada di sekitarnya.
"Aku juga merindukanmu. Maaf kesibukan ini membuatmu merasa aku melupakanmu." Kata Lisa terlihat bersalah dan Jennie menggelengkan kepalanya.
"Cium aku dan aku janji kita kau termaafkan. Lalu, kita akan tidur setelah ini."
"Baiklah. Dengan senang hati." Jawab Lisa.
Bibir mereka bersentuhan dan Jennie mendesah puas. Dia menikmati cara bibir Lisa bergerak, benar-benar membuat dirinya selalu menginginkan lebih dari ciuman yang lembut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
FanfictionJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.
