“Sebenarnya, Chaeyoung... aku sangat sangat sibuk hari ini dan sepertinya, aku tidak akan pergi ke bar bersamamu.” Jennie menjelaskan pada Chaeyoung yang meneleponnya.
“Sibuk? Apa yang membuatmu sibuk?” Chaeyoung bertanya dengan heran. Jennie sudah bisa membayangkan kerutan di kening Chaeyoung saat bertanya.
“Aku tidak perlu menjelaskan segalanya padamu. Pokoknya,” Jennie berhenti bicara saat melihat Lisa keluar dari ruang ganti bersama sekelompok teman dance-nya. “Aku harus pergi. Jangan hubungi aku, Chaeyoung!”
Jennie buru-buru meletakkan ponsel ke dalam sakunya. Lisa berjalan ke arahnya dengan rambut yang masih agak basah karena keringat.
Sekelompok temannya kebanyakan pria. Tidak ada wanita sama sekali yang bersamanya. Begitu melihat Jennie, sudut mulut Lisa sedikit terangkat. Pandangan matanya selalu terlihat nakal. Padahal, Lisa tak melakukan apapun tapi sial, senyuman nakal itu membuat Jennie sedikit tersipu.
Tak heran banyak wanita tergila-gila pada Lisa. Pesona Lisa, bahkan pada seorang wanita yang lurus seperti dirinya, sungguh tak terelakkan.
“Melihatku menari sangat membosankan, kan?” Tanya Lisa saat berdiri di samping Jennie.
Tidak, sial! Yang ada sepanjang Lisa melakukan latihan, Jennie merasa sering haus dan butuh minum karena tenggorokannya selalu kering! Yah, jika kalian mengerti maksudnya.
“Sangat membosankan hingga aku sangat mengantuk.” Kata Jennie, memutar mata.
Lisa menyipitkan mata ke arahnya namun Jennie melotot, menatapnya dengan penuh tantangan.
“Ya, baiklah. Kau cukup menyebalkan untukku tapi aku akan tetap menghargai itu. Ayo kita cari makan.” Kata Lisa.
“Bagaimana dengan kita?” Bambam bertanya, menunjuk teman-temannya yang lain.
“Apakah makanan kalian adalah urusanku?” Lisa menatapnya dengan satu alis terangkat.
“Ayolah, Manoban. Jangan menyebalkan. Beri kami sesuatu juga.” Pria di samping Bambam menepuk perutnya.
“Urusanku pada kalian hanya sebatas menari. Diluar itu, aku tidak peduli kalian akan kelaparan atau tidak.” Lisa memutar matanya sambil berjalan.
Jennie menyeringai pada sekelompok pria itu, kagum dengan keberanian Lisa meski responnya adalah tatapan menyeramkan dari para pria itu.
“Kau membuat mereka marah.” Bisik Jennie setelah dia kembali berjalan di samping Lisa.
“Jadi? Bukan urusanku mereka marah padaku atau tidak.” Lisa meresponnya dengan sangat santai. “Jadi, kau mau makan apa?”
Mereka memasuki mobil Lisa dan sekali lagi, Jennie terkagum dengan mobil yang dimiliki Lisa. Sungguh gila bahwa Lisa membagi pembayaran untuk apartemen mereka tapi ternyata wanita itu memiliki uang sebanyak itu untuk membeli mobil mahal.
“Aku tidak tahu. Beri aku ide.”
“Kau suka sushi?” Tanya Lisa.
“Ya, suka sekali.”
“Kalau begitu, ayo. Setidaknya, aku akan membelikanmu sushi. Aku tahu restoran enak di sekitar sini.” Kata Lisa mulai melajukan mobilnya.
“Ooohhh...” Gumam Jennie, berseru. “Kau mau membelikanku sushi? Ingin menunjukkan bahwa kau loyal dan banyak uang?”
Lisa meliriknya dengan sinis, tampak tidak menyukai godaan Jennie, namun itu tidak membuatnya takut. Sebaliknya, yang dia inginkan justru menggoda Lisa lebih lanjut lagi.
“Yah, baiklah. Setidaknya, aku membawa banyak wanita untuk makan bersamaku dan aku selalu membayar. Kau tidak spesial.” Cengir Lisa dan Jennie mendorong bahu Lisa main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
FanfictionJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.
