Langkah kaki Jennie tidak tentu arah. Matanya sembab, wajahnya pun bengkak. Dia telah berjalan kaki. Entah berapa lama. Kakinya bukan lagi sakit, tapi mati rasa.
Gedung apartemennya menjulang tinggi di hadapannya. Merasa tanpa nyawa, Jennie melangkahkan kakinya. Saat dia berada di lift, pandangannya kosong.
Sampai lift terbuka, Jennie terus menerus berjalan. Pintu terbuka dan dia berjalan tanpa melepaskan sepatunya sama sekali.
"Jennie?"
Jennie tersentak. Untuk sesaat, dia berpikir Lisa kembali untuknya tanpa dia mengingat bahwa Chaeyoung berniat menetap di apartemennya malam ini.
"Oh, Chaeyoung... hai..." Jennie menyapa.
Menatap Chaeyoung yang bergegas melangkah ke arahnya dengan ekspresi cemas, Jennie tidak bisa menunjukkan ekspresinya dengan baik.
Segala sesuatunya tercampur. Dia tidak tahu apakah dia harus marah, sedih, menangis, atau malah pasrah atas apa yang baru saja dia temui.
"Kenapa kau pulang dengan keadaan seperti ini? Oh, sial! Pipimu dingin sekali, Jennie. Sudah berapa lama kau berada diluar?" Tanya Chaeyoung sambil merangkul Jennie dan membawa Jennie ke tempat tidur.
"Chaeyoung, sakit sekali." Kata Jennie.
"Tidak apa-apa, Jennie. Menangislah... kau tahu? Meski aku adalah pendukung besar jenlisa sejak awal dan aku kesal kau lebih memilih Taehyung, aku tetaplah temanmu dan kau bisa menangis di pelukanku sepuasnya." Chaeyoung bergerak merangkak ke arah Jennie.
Jennie tanpa berpikir panjang, membenamkan wajahnya di dada Chaeyoung. Dia menangis begitu keras untuk yang kesekian kalinya malam itu.
Chaeyoung hanya membiarkan Jennie terus menerus menangis di pelukannya. Dia tidak tahu berapa lama Jennie menangis. Tapi Jennie berusaha keras untuk tenang setelah akhirnya merasa puas menangis.
Jennie tidak merasa lega setelah menangis. Ada sesuatu membebani dadanya saat ini. Mungkin kekecewaan pada dirinya sendiri karena dia memilih seseorang untuk di jadikan pasangan.
"Apakah kau mau membicarakannya?" Tanya Chaeyoung.
"Kepalaku sakit, kakiku juga. Aku... berjalan dari apartemen Taehyung menuju kesini." Gumam Jennie.
"Apa? Itu jauh, Jennie."
"Aku tahu. Aku tidak menyadarinya."
Jennie merasa seperti zombie sejak keluar dari apartemen Taehyung dan mengetahui fakta tersebut.
Ponselnya berdering sejak satu jam yang lalu. Tapi ketika Jennie membaca nama Taehyung tertera di layar ponselnya, Jennie hanya bisa menangisi kebodohannya tanpa henti.
"Ada apa, Jennie?" Tanya Chaeyoung.
"Aku tidak mau membicarakannya, Chaeyoung. Seluruh tubuhku sakit sekarang." Kata Jennie, berusaha memejamkan matanya untuk menenangkan diri.
"Mau minum coklat hangat? Aku yakin itu akan menenangkanmu." Tawar Chaeyoung.
"Kedengarannya lezat. Aku mau itu."
"Baiklah. Tunggu sebentar. Aku akan membuatkannya untukmu."
Jennie mengangguk. Saat Chaeyoung pergi ke dapur, Jennie berdiri di depan cermin. Air mata seolah mengejeknya lagi dan dia menggelengkan kepalanya. Dia ingin berhenti menangis.
Dia tak sanggup menanggung beban ini sendiri. Dan sekarang, dia menyiksa diri dengan pergi ke kamar Lisa yang telah kosong. Selain, adanya kasur besar di tempat tidur dan juga lemari yang Jennie tahu, bahwa itu sudah tidak ada lagi isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
Fiksi PenggemarJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.
