Mata Lisa sedikit melebar ketika dokter memeriksa keadaan Jennie. Jatuh Jennie tampaknya biasa saja tapi rupanya, dia mendapatkan memar di punggungnya. Pantas saja, Jennie tak bisa bergerak kemana pun.
"Ini tidak parah. Dia hanya mengalami—"
"Apa kau bilang?!" Lisa membentak sang dokter, suaranya begitu agresif. "Tidak parah?! Dia memar! Kau tidak melihatnya?! Dia memar dan tidak bisa jalan! Kau bilang itu tidak parah?!"
Jennie sama terkejutnya dengan sang dokter saat dia mendapati Lisa marah. Mungkin, ini kali pertama Lisa marah sambil membentak seperti itu. Lisa biasanya selalu tenang. Jika dalam suasana hati yang buruk, Lisa pun selalu tenang dan diam.
Tapi melihat Lisa membentak, jujur saja mengejutkan Jennie. Lisa sangat marah melihat Jennie terluka. Itu terjadi di depannya dan dia tak bisa menjaga wanita di depannya.
Seandainya saja dia tak memiliki ego yang besar, dia bisa saja menahan tubuh Jennie agar tidak terjatuh. Jadi, Jennie tidak harus terluka seperti itu.
Rasa posesif dan ingin melindungi Jennie begitu besar. Sayang, semuanya terhalang oleh ego yang sebelumnya sudah terluka hingga dia tak dapat melakukannya dengan benar.
"Lakukan sesuatu!" Lisa menyisir rambutnya dengan keadaan marah. "Lakukan apapun untuk membuatnya sembuh."
"Aku memiliki obat untuk menghilangkan memarnya. Sakit di punggungnya tidak akan lama. Paling tidak, dia harus istirahat selama seminggu. Selama itu, jangan biarkan dia melakukan sesuatu yang berat." Kata sang dokter, menjelaskan dengan tenang.
Lisa hanya mengangguk. Dokter meresepkan obat. Lisa langsung menyambar resep obat itu dan menebusnya tanpa menunggu Jennie.
Jennie yang masih kesakitan, perlahan bangun. Punggungnya benar-benar sakit karena benturan yang dia dapatkan. Beruntung setidaknya, dia tidak mendapatkan masalah serius.
Ini semua gara-gara Danielle! Dia tak akan membawa Lisa ke toilet jika Danielle tak menyentuh Lisa. Dia juga tak akan duduk di pangkuan Lisa jika Danielle tidak datang dan mencarinya ke toilet.
Ya, ini semua karena Danielle.
"Pacarmu pasti sangat mencintai serta menjagamu, ya? Dia memarahiku hanya karena melihatmu memar." Kata sang dokter sambil tersenyum.
"Eh... sebenarnya dia temanku. Aku tidak berpacaran dengan seorang wanita." Kata Jennie membantah sesuatu yang pasti.
"Ah, maaf... karena dia marah, aku pikir kalian berpacaran." Kata dokter ramah.
"Tidak apa-apa. Tapi tidak. Lisa bukan pacarku. Dia hanyalah temanku." Kata Jennie.
Lisa tiba pada saat itu dengan wajah mengeras. Dia mendengar percakapan itu. Setiap ada kata teman meluncur keluar dari mulut Jennie, itu menyadarkan Lisa dimana posisinya saat ini.
Kenapa dia harus bersikap berlebihan padahal mereka seorang teman? Dasar bodoh. Lisa hanya bisa menggerutu dalam hati.
Meskipun ada kekesalan mendengar percakapan itu, tetap saja dirinya sangat khawatir dengan keadaan Jennie saat ini. Sikap protektifnya muncul ke permukaan. Sesuatu yang sudah sangat lama tak pernah muncul dalam dirinya.
"Itu dia temanmu." Kata sang dokter.
"Ayo kita pergi." Kata Lisa datar.
"Rumah sakit bisa meminjamkanmu kursi roda jika kau membutuhkannya." Kata dokter memberitahu.
"Tidak perlu. Kau pikir aku terlalu lemah hanya untuk menggendong temanku?" Kata Lisa, menekan kata teman pada dokter.
Mata Jennie menyipit. Kenapa dia merasa Lisa menyebut kata teman dengan terpaksa? Seolah kata itu menyindirnya. Entah kenapa, tapi dia merasa seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
FanfictionJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.