“Kau tahu apa? Sempat terlintas di benakku bahwa aku mungkin meminta tolong pada Taehyung tentang... ini.” Kata Jennie pada malam tepat setelah mereka makan malam.
Lisa mengajak Jennie pergi ke sebuah taman yang sepi di malam hari. Angin cukup membuat tubuhnya kedinginan. Lisa meminjamkan jaket pada Jennie dan mereka diam selama beberapa saat, berada di ayunan sambil menatap langit malam sebelum akhirnya, Jennie memecah keheningan dan membahas hal tersebut.
“Kenapa Taehyung?” Tanya Lisa sambil menjulurkan kakinya yang panjang ke depan.
“Karena Taehyung pernah sekali menawarkan diri agar aku dan dia melakukannya.”
“Dan kenapa Taehyung menawarkan diri untuk melakukan seks? Kupikir kalian tidak berpacaran.” Lisa bertanya lagi dan Jennie meringis mendengar betapa mudahnya Lisa menyebut kata seks.
“Memang tidak. Pada saat itu, aku menganggap Taehyung sok tahu karena dia bilang aku kurang tidur karena kurangnya... itu. Sekarang jika dipikir lagi, Taehyung mungkin ada benarnya.”
Barulah, Lisa berbalik sepenuhnya pada Jennie. Tatapan mata Lisa terlihat tenang. Namun, tidak memancarkan cahaya kebahagiaan seperti sebelumnya.
Entah apa alasannya. Mungkin, Lisa terlalu lelah karena berlatih seharian ini, pikir Jennie.
“Jadi, apakah kau akhirnya meminta Taehyung untuk memecahkan masalahmu?” Tanya Lisa tanpa ekspresi.
“Tidak,” Jennie menghela nafas panjang. “Jika dipikir lagi, aku tidak tahu Taehyung sebenarnya seperti apa. Siapa yang tahu jika pria itu bisa saja membicarakan tentang masalahku pada orang lain?”
“Bagus.” Lisa mengangguk. Satu alis Jennie terangkat. Bagus? Oh, Lisa tidak ingin dia bersama Taehyung? Kenapa?
“Kau cemburu, Lisa?” Goda Jennie main-main. “Kau lebih suka aku meminta bantuanmu daripada aku bersama Taehyung?”
“Duh,” Lisa memutar matanya. “Seolah ada hal yang bisa membuatku cemburu dari Taehyung. Aku lebih hebat dalam segala hal.”
Jennie mencibir dan mendorong dada Lisa main-main, mengalihkan kembali pandangan ke arah langit. Suasana hatinya hari ini buruk, entah kenapa kesombongan Lisa malah membuat dia ingin tertawa.
Temannya yang satu itu jelas tahu cara menghibur dirinya tanpa benar-benar terlihat menghibur. Kesombongan, kejenakaan, bahkan ucapannya yang terkadang menyebut dirinya sebagai paus terdampar, lucunya malah membuat Jennie begitu terhibur.
Aneh ketika itu datang dari seorang teman yang tidak pernah Jennie ajak bicara selama satu tahun, bukan?
“Sebelumnya, kau juga memintaku agar aku membantumu.” Lisa berkata lagi.
“Duh, kenapa kau mengingat itu?!” Jennie meringis, benci Lisa harus mengungkitnya.
“Haruskah aku melupakannya?”
“Tentu saja kau harus.” Jennie berkata penuh penegasan.
“Kenapa?” Lisa menatap Jennie dengan rasa ingin tahu.
“Karena itu adalah pikiran terbodoh.”
“Bagaimana jika tidak?” Suara Lisa kedengarannya penuh tantangan. Jennie menatapnya, ada rasa tidak percaya serta keheranan dalam benaknya.
Apa maksudnya itu? Lisa... ingin membantunya dalam masalah ini, begitu? Kenapa? Kenapa Lisa ingin membantunya padahal, Jennie tidak memberikan imbalan apapun padanya?
“Kau...”
“Maaf harus menyombongkan diri tapi menurutku, satu-satunya yang bisa membantumu mungkin hanyalah aku.” Kata Lisa, dadanya membusung kedepan berkat kesombongan dari kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
FanficJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.
