Mencari pelarian yang buruk seperti merokok atau mabuk-mabukan, mencari wanita dan meniduri wanita sekeras mungkin hingga pingsan karena kelelahan bisa menjadi alternatif Lisa untuk melupakan segala yang terjadi hari ini.
Namun tak mungkin melakukan itu pada saat Danielle ada di sampingnya. Hingga akhirnya, Lisa memutuskan untuk pergi ke tempat gym dan berolahraga disana.
Sementara Danielle memperhatikan Lisa yang tengah mengangkat beban, menunjukkan seluruh otot di tubuhnya, Lisa sesekali melirik ke arah Danielle yang cemberut.
"Aku sama sekali tidak mengerti, Lisa. Kenapa kau membiarkan teman sekamarmu berbicara seburuk itu padamu?" Tanya Danielle.
Rupanya, Danielle masih kesal akan hal itu dan tak bisa melupakannya.
"Biarkan saja. Jangan pikirkan itu. Kenapa kau kesal hanya karena itu?"
"Hanya? Kau bilang hanya? Dia baru saja mengatakan—"
"Apa yang dia katakan itu benar. Aku tidur dengan banyak wanita dan sering memperlakukan wanita seperti sampah. Aku tidur dari satu wanita ke wanita lainnya lalu melupakan mereka dengan mudah. Kenapa aku harus marah jika dia mengatakan yang sebenarnya?"
Lisa duduk setelah meletakkan alat gym, menatap Danielle yang menunduk sambil memainkan kukunya.
"Tetap saja, tak pantas seseorang mengatakan hal buruk itu padamu."
"Danielle," Lisa mendekat dan berlutut di depan wanita itu, meletakkan satu tangannya di atas tangan Danielle. "Bertahun-tahun sudah berlalu. Lisa yang dulu sudah tidak ada lagi."
Danielle menggelengkan kepalanya.
"Itu hanya tersembunyi jauh disini." Kata Danielle, meletakkan satu tangannya di atas jantung Lisa yang berdegup kencang. "Tidak ada yang berubah. Aku percaya padamu, Lisa."
"Kenapa?"
"Karena aku selalu begitu. Diana selalu begitu. Kita selalu percaya padamu tak peduli apapun alasannya. Kau orang yang baik. Kau bukan tidak memiliki emosi perasaan. Mereka... hanya bersembunyi di suatu tempat."
Lisa menghela nafas dan menarik Danielle ke pelukannya. Tangan Danielle melingkar di pinggang Lisa yang berkeringat, wajahnya menempel di leher Lisa.
"Kau terlalu baik untukku yang terlalu bajingan, kau tahu itu?" Kata Lisa dan Danielle langsung menggelengkan kepalanya.
"Jangan katakan itu. Kau selalu baik untukku dan Diana." Kata Danielle dan mengeratkan pelukannya pada Lisa.
Mereka berpelukan selama beberapa saat. Lisa merasakan sedikit ketenangan saat dia menyadari bahwa sekarang, dia memiliki satu orang yang setidaknya percaya, bahwa dia tidak seburuk yang dibicarakan orang lain.
***
Jennie menatap Taehyung yang berbaring di tempat tidur. Sekarang sudah jam 7 malam dan mereka baru saja selesai makan malam. Jennie selesai memberikan obat pada Taehyung dan pria itu sudah berada di balik selimut lagi.
"Maaf karena aku merepotkanmu." Kata Taehyung, merasa bersalah. "Padahal suasana hatimu sedang buruk karena Lisa tapi kau tetap mengurusku yang sedang sakit."
Mendengar nama itu disebut, Jennie memutar matanya.
"Jangan sebut nama itu dan jangan pernah bilang aku kerepotan karena aku tidak keberatan untuk mengurusmu, oke?"
Taehyung tersenyum dan menarik Jennie ke pelukannya. Jennie bersandar nyaman sambil melingkarkan tangannya di sekitar tubuh pacarnya. Senang rasanya bisa seperti ini dengan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) ✔️
FanfictionJennie Kim tahu, jika dia mengalami suatu kondisi yang berbeda. Dia tahu itu dan... dia pasrah dengan apa yang dia alami. Lalisa Manoban mengetahui masalah itu dan mencoba untuk memperbaikinya dalam cara apapun, persis seperti yang Jennie pinta.
