62 | Pocong penghuni jembatan gantung

61 17 2
                                    

Fajar nampak di pelupuk mata, kesunyian masih sangat terasa, suasana masih terasa mencekam tapi perjalanan tetap harus mereka lakukan. Mereka mengawali perjalanan mereka dengan doa bersama agar perjalanan bisa mereka lalui tanpa hambatan dan mereka semua diberikan kesehatan serta keselamatan.

Fadly yang menggenggam peta berisikan coretan yang dibuatnya terlihat berada pada posisi paling depan diikuti dengan Tara, Sekar, Dion dan Rafa sebagai sweeper di posisi paling belakang untuk memastikan semuanya aman dan tidak ada yang tertinggal. Mereka terus berjalan mengikuti Fadly untuk menemukan sebuah rumah pohon yang sudah hangus terbakar sebagai tanda awal bahwa mereka sudah masuk ke leuweung seke beureum, rasanya seperti masuk ke tempat asing yang mereka sama sekali tidak mengenalnya, berbekal dengan informasi seadanya dan naluri Fadly sebagai pemimpin juga intuisi Sekar yang mempunyai kelebihan dengan dunia tak kasat mata, mereka terus berjalan untuk menemukan tempat yang mereka cari.

Beberapa kali Sekar terlihat memberikan saran pada Fadly untuk menghindari beberapa tempat yang Sekar yakini berbahaya untuk mereka, beberapa gangguan kerap mereka rasakan sepanjang perjalanan, dari mulai Rafa yang merasa kakinya seperti di tarik hingga Dion yang melihat kelebatan bayangan hitam menyelinap di balik pepohonan di sekitar mereka.

Suara raungan dari anjing liar terdengar bersautan membuat mereka semakin waspada, langkah kaki Fadly terhenti ketika melihat sebuah pohon besar dengan akar-akar yang menggantung dengan lebatnya menyerupai tirai yang terlihat sangat mengerikan, dibawah pohon tersebut tampak puing-puing dari sebuah rumah pohon, puing-puing tersebut tampak hangus menghitam dan yang membuat mereka heran terdapat sebuah sesajen yang sepertinya masih baru diletakan, kenyataan tersebut membuat mereka semakin yakin bahwa pohon yang ada di hadapan mereka saat inilah yang menjadi gerbang dari leuweung seke beureum sesuai dengan petunjuk dari Neneknya Rafa.

"Sepertinya pohon ini yang di maksud oleh Nenek kamu Raf, pohon yang menjadi tamda awal bahwa kita sudah masuk ke Leuweung seke beureum," ujar Fadly pada Rafa yang kini sudah berada disebelahnya.

Rafa mengangguk menyetujui ucapan Fadly yang artinya jalan yang mereka tempuh sudah benar dan mereka tidak bisa mundur selangkahpun, setelah menemukan pohon tersebut dengan tidak membuang banyak waktu mereka melanjutkan perjalanan untuk menemukan sebuah jembatan gantung yang diceritakan oleh Neneknya Rafa, sebuah jembatan keramat yang mempunyai sebuah pantangan yaitu diantara orang yang melintasi jembatan tersebut tidak boleh ada yang melihat kebelakang dan jika melanggar maka orang tersebut akan tertimpa sial bahkan kemalangan yang tidak terduga.

Berbeda dengan suasana Lembur Kuntilanak yang dipenuhi pohon beringin tinggi besar dan lebat, Leuweung seke bereum di kelilingi oleh pohon randu yang menjulang tinggi dengan ranting-ranting pohon yang menyebar dan buah yang bergelantungan, konon katanya pohon seperti ini sangat disukai oleh makhus halus sebagai tempat singgah, salah satunya adalah sosok pocong yang mengerikan.

Sekar yang menyadari bahwa kedatangan mereka menjadi pusat perhatian makhluk dari alam lain meminta teman-temannya untuk terus berjalan dan tidak melamun di sepanjang perjalanan karena pikiran kosong akan mempermudah makhluk tak kasat mata untuk mengambil alih kendali tubuh kita agar bisa berperilaku semau mereka yang biasa disebut dengan kerasukan.

Rafa yang berjalan di posisi paling belakang samar-samar mendengar seperti suara sebuah benda yang terseret di atas rumput kering, beberapa kali Rafa melihat kebelakang untuk memastikan sumber suara tersebut tapi tak terlihat apapun, beberapa kelelawar tampak terbang melintasi kepala mereka.

Langkah Fadly sedikit terhenti ketika melewati sebuah pohon randu yang paling besar diantara yang lainnya, perasaannya memaksa Fadly untuk melihat ke atas pohon, Fadly sangat terkejut ketika melihat sosok pocong dengan kain kafan lusuh tengah berdiri di atas pohon randu, Fadly langsung mengingatkan teman-temannya untuk tidak melihat ke atas dan tetap fokus berjalan dengan pandangan kedepan agar teman-temannya tidak melihat sosok pocong yang mengerikan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lembur KuntilanakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang