60 | Ikhlas yang sesungguhnya

164 43 6
                                    


Perjalanan Fadly, Rafa dan Sekar kembali menuju tenda.

Perjalanan memutar harus mereka lewati lalu merekapun memutuskan untuk menyebrangi sungai yang airnya cukup deras karena mereka harus mengejar waktu dan mengkhawatirkan keadaan Dion serta Tara yang hanya tinggal berdua di dalam tenda.

"Tinggi airnya nyampe lutut dan lumayan deras juga tapi kita ga punya pilihan lain karena jalan yang lain pasti lebih jauh kalau nekat ambil jalan yang pertama gue takut masuk pasar setan lagi," ujar Rafa dengan wajah kebingungan.

"Iya Raf pendapat saya juga sama seperti kamu dan sepertinya kita tidak punya pilihan selain menyebrangi sungai ini tapi kita harus terus berpegangan karena arusnya cukup deras dan saya takut dasar sungainya juga licin jadi kita harus lebih waspada," jawab Fadly panjang lebar membuat Rafa merasa lega karena sahabatnya sudah bersikap normal.

"Sekar setuju apapun keputusan Kak Fadly dan Kak Rafa asal kita bisa sesegera mungkin sampai ke tenda dengan selamat," jawab Sekar dengan yakin.

Rafa menggulung celananya sampai atas lutut lalu Rafa berinisiatif masuk lebih dulu ke dalam sungai, setelah Rafa yakin keadaan sudah aman lalu Rafapun meminta Sekar dan Fadly untuk turun, selangkah demi selangkah dengan berpegangan tangan mereka mulai menyebrangi sungai hingga akhirnya terlihat Rafa sudah menaiki batu terakhir untuk naik ke atas sungai diikuti Sekar yang tepat berada di belakangnya tetapi Sekar kehilangan konsentrasi ketika melihat sosok makhluk tak kasat mata yang terbungkus kain kafan dengan rupa yang menakutkan berdiri tepat di belakang Rafa, Sekarpun tergelincir dan hampir terbawa arus sungai tetapi dengan sigap Fadly berusaha menahan Sekar hingga secara tidak sengaja Fadly dan Sekar berada dalam jarak yang sangat dekat membuat Fadly salah tingkah.

"Rafa tolong bantu angkat Sekar ke atas karena saya tidak kuat menahan Sekar lebih lama lagi," teriak Fadly meminta pertolongan pada Rafa.

Rafa dengan langkah seribu langsung berbalik arah dan menarik tangan Sekar lalu membantu Sekar untuk naik ke atas sambil memastikan keadaan Sekar.

"Ada yang sakit?" tanya Rafa pada Sekar dengan raut wajah yang khawatir.

"Aman Kak, cuman sedikit terkilir karena batunya sangat licin," jawab Sekar sambil memakai sepatu untuk melanjutkan perjalanan.

"Kita istirahat dulu sebentar, bagian kaki mana yang sakit?" Fadly bertanya pada Sekar sambil memeriksa kaki Sekar dan memijitnya dengan lembut.

Sekar yang melihat perlakuan Fadly awalnya terkejut tapi Sekar menyadari perlakuan dan perhatian Fadly pada Sekar hanya sebatas tanggung jawab pemimpin pada anggota regunya sedangkan Rafa yang sudah mengenal Fadly lebih lama bisa merasakan bahwa perlakuan Fadly pada Sekar terasa berbeda dan anehnya ada rasa tidak terima di hati Rafa.

"Apakah rasanya sudah lebih baik? Nanti kalau sudah sampai di tenda, kaki kamu harus dipakaikan salep otot agar rasa sakitnya bisa berkurang," ucap Fadly penuh perhatian.

"Iya Kak sudah lebih baik, terimakasih Kak atas bantuannya, " jawab Sekar tersenyum manis mengucapkan terimakasih membuat Rafa semakin tidak terima.

"Bagaimana kalau kita menunaikan salat dulu sebelum melanjutkan perjalanan agar hati kita lebih tenang dan diberi keselamatan oleh sang pencipta?" ajak Fadly pada Rafa dan Sekar.

Sekar mengangguk tanda setuju begitupun dengan Rafa lalu Fadly menemani Sekar mengambil air wudhu sementara Rafa memutuskan untuk membuka bekal yang dibawa dan makan siang lebih dulu untuk mengisi perutnya yang kosong.

"Bisa turun kebawahnya? Mau saya bantu?" tanya Fadly yang melihat Sekar kesusahan saat menuruni batu untuk mengambil air wudhu.

"Boleh Kak, Sekar mau minta tolong dipegangin takut tergelincir lagi," Sekar menjawab pertanyaan Fadly sambil menuruni batu dengan hati-hati.

Lembur KuntilanakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang