One

8.2K 153 5
                                    

-sabrina pov-

Hariku berbeda dengan hari-hari para remaja pada umumnya. Yang sibuk dengan senangnya kehidupan luar, dan juga rutin mengunjungi tempat wisata bukan rumah sakit.

Hari ini, sama seperti hari-hari sebelumnya. Beginilah hari-hariku yang sangat menyuramkan, ah sebut saja menyedihkan. Berbeda dengan kalian.

Kenapa harus aku yang dapat cobaan seperti ini?

Entah mengapa harus cobaan seperti ini yang aku hadapi, tidak adakah yang lainnya? Tidak adakah cobaan yang lebih baik dari cobaan ini? Ini begitu buruk.

Apa dosa yang telah kuperbuat? salah apakah aku?

Batinku terus bergejolak menahan cobaan yang sudah ku hadapi sejak 2 tahun belakangan ini menggerayangi hidupku.

"Sabrina?"

Aku mendengar suara Mama dari arah balkon depan rumah, segera ku keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan cepat menuju teras depan menghampirinya.

"Ayo berangkat" ajaknya dengan menghandeng tanganku dan satu tangan lagi menunjuk pak Rudi tuk menyiapkan mobil.

"Brina capek, Ma. Gini terus" keluhku yang sia-sia sebenarnya, dengan wajah masam. Mama menatapku sendu, dengan lembut ia mengusap pipiku dan menggenggam yakin tanganku.

"Ini demi kebaikan kamu, sayang" kuatnya meski tampak jelas ada kesedihan disana.

Aku segera memeluk Mama dengan air mata yang bahkan tak bisa lagi mengeluarkan isinya. Ini sudah tak bisa ditahan lagi sesaknya.

"Yaudah, berangkat yuk.."

***

-Author pov-

"Kita putus!" Devano membentak keras tepat dihadapan wajah gadis lugu yang berlutut untuknya.

"Tapi honey"

"Dan jangan panggil-panggil gue gitu! Gue jijik ngedengernya!" Umpatnya seraya bergidik dan kembali memasang earphone dan memasukkan ponsel kedalam salu celana jeansnya.

Langkahnya enteng meninggalkan sebuah cafe yang kini para pengunjungnya sedang memandangi ia dan seorang wanita yang tak henti-hentinya menangis mengemis hatinya.

Namanya Devano. Sejak naik ke kelas XII, dia memang dijuluki seorang playboy tak tahu diri, yang bisa tiap hari cewek yang digandengnya selalu berbeda-beda. Dari segala jenis dan strata, cewek tajir, bintang pelajar yang pinternya gak kewalahan, sampai nakalnya gak ketulungan saja sudah pernah menyandang status sebagai pacarnya.

Bodoh. Tapi siapa juga yang tak mau dengan laki-laki tampan dan pintar sepertinya.

Dan yang terakhir cewek tadi itu 'Sesa', dia anak dari salah satu pengusaha kaya raya di jakarta. Parasnya tak cantik, tak jelek juga, lumayanlah.

"Gila lu sumpah njing!?" Bentak 'Evan'—sahabat karibnya itu melotot tak percaya, karena telah mendengarkan cerita Devano yang sudah memutuskan hubungan dengan Sesa. Padahal hubungan mereka baru terjalin 3 hari.

"Kalo gue gila, gue gak mungkin ke rumah lo sekarang lah bego! Kalo gue gila, gue udah di RSJ sekarang" belanga sendiri dengan masih bersantai memainkan game pada ponsel miringnya.

Evan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung harus menanggapi apa.

"Ya tapi lo kan—aduh—parah lu Dev! Sesa itu udah mayanlah ya, tajir, pinternya juga lumayan kok! Tapi kenapa lo putusin! Dia udah cewek ke 49 dev! 49!? Tau angka gak? Apa lo gak lulus tk?" Celutuknya padahal tau Devano salah satu pelajar terbaik disekolahnya.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang