Fourteen

1.7K 68 1
                                    

-Author pov-

"Gue gak salah milih!" Ucap Devano sambil menghempaskan diri di ranjangnya.

'Gak salah pilih?' ya, memang gak salah pilih.

Tentang semuanya.

Devdanendra noo itu benar Devano, Devano Prasentyio Devdanendra.

Tentang pesan, kalau hatinya memang sudah diberinya untuk Sabrina, itu benar. Sangat benar.

Tentang tengkarnya. Devano selalu dengan sengaja membuat Sabrina selalu kesal. Cantiknya nambah pikirnya.

Cintanya bukan tumbuh dari pertemuannya di sekolah. Tapi sejak awal mereka berkenalan disosial media. Sabrina beda, gadis polos yang susah didekati, susah untuk diusik kehidupannya. Dia berbeda dan itu yang membuat cinta.

Tentang salip-salipan mobil.

Bukannya Devano sengaja mengejar agar celaka tapi sebaliknya. Dia terlalu cepat mengendarai mobilnya, Devano takut dia kenapa-napa nantinya.

Tentang rangkulan.

Memang tak sengaja. Tapi benar-benar membuat keduanya salah tingkah dan jantungnya berdebaran kencang.

Tentang dirumah Sabrina.

Pengalaman yang tak pernah diduga Devano sebelumnya. Kebahagian tersendiri dapat mengenal keluarga Sabrina.

Dan tentang Sabrina.

Nailynaf sabrina shaphira.

"Gue bener-bener jatuh cinta sama lo Brina!"

***

06.30

Knok-knok

Terdengar ketokan pintu, yang membuat langkah Devano menuju kamar mandi terhenti. Ia segera berbelok memuju pintu yang diketuk tadi.

"Kenapa bi?" Tanyanya malas kepada bi surti--ART di rumahnya yang beddiri dibalik pintu.

"Ada den Evan. Katanya den Devano di suruh buru-buru, soalnya lombanya mulai jam 07.00"

Mata Devano yang semula masih mengantuk langsung cerah. Tanpa lama, ia segera berlari kekamar mandi. Dia bisa telat.

***

"Kenapa serba putih gini?" Devano melihat semua anak memakai pakaian yang serba putih, tanpa disadarinya Evan juga memakai pakaian putih. Dan dia sendiri, pakaian hitam sendiri.

"Waktu kemaren dicafe bengong sih! Kan kita udah sepakat pake baju putih-putih hari ini! Lo gak negur Devano tadi Van?" Hana berbicara panjang lebar. Evan menggeleng karena ia juga baru sadar Devano memakai pakaian berwarna berbeda.

"Biarin ah! Gue tampil kapan nih?" Tanya Devano tak mengulik masalah pakaian lagi.

"Udah urutan ke 15 sekarang" jawab Ochi.

"Emangnya udah di mulai dari kapan?"

"Dari jam 06.30 tadi.." jawab Raya.

"Dimana lombanya?"

"Di Aula" jawab Hana.

"Gue tampil urutan keberapa?."

"Urutan ke 22, alias terakhir" jawab Rangga.

"22 kelas doang yang ikut?"

"Kan kelas X sama kelas XI gak ikut. Kelas XII doang kan.." lanjut Ochi. Devano hanya mengangguk.

"Sabrina mana?" Tanya Devano setelah mengedar pandangan tapi tak melihat bidadari itu.

"Nah itu dia! Kita juga gak tau. Tapi tas sama gitarnya udah ada di bangku Titha dari tadi pagi" Jawab Raya.

***

Devano melangkahkan kakinya malas, ia memilih keluar kelas terlebih dahulu untuk mencari udara segar sebelum memasuki sesaknya Aula untuk berlomba. Langkahnya terus berjalan, ia menyusuri tangga dan naik ke atas rooftop gedung sekolah.

Devano merentangkan kedua tangannya, membiarkan angin menyelimuti tubuhnya. Menghirup sekuatnya udara untuk merilekskan pikirannya. Setelah lama, ia membuka matanya perlahan. Pandangannya mengerdar, dan--

Seorang gadis memakai rok mini hitam dan jaket senada menghadap membelakanginya. Ia juga melakukan hal yang sama. Rambutnya yang panjang terurai indah mengikuti alunan angin

Siapa dia?

Devano menghampirinya perlahan. Sampai langkahnya terhenti disamping kanannya, lalu menongkokkan tangannya ke pembatas yang berdinding setinggi dadanya.

"Semedi?" Tanya Devano iseng pada Sabrina dengan senyum jailnya. Sabrina membuka matanya perlahan, melirik kearah Devano, dan membuang nafasnya dengan kasar.

Sabrina menarik nafas lagi dan membalikkan badan, berjalan ke arah sebaliknya menjauhi Devano.

"Lo kok pake baju hitam?" Tanya Devano sambil mengikuti langkah Sabrina.

"Lo sendiri, kenapa niru pake hitam?" Balas Sabrina tanpa menoleh.

"Kebiasaan kalo di tanya suka nanya balik"

Sabrina segera menuju tangga untuk pergi kebawah.

"Eh! Gue di tinggal?" Teriak Devano yang tampak sia-sia.

***

Penampilan terakhir. Devano dan Sabrina telah berada diatas panggung, tak seperti yang lainnya yang menampakkan kespektakuleran penampilan dan keromantisan mereka. Sabrina dan Devano berbeda, tampil apa adanya, dengan modal tampang dan bakat mereka.

Devano melirik Sabrina. Sabrina mengukir senyum pada wajahnya.

Shit! Dia gak tau kalo senyumnya bisa ngebunuh gue!

Jentikan jari Devano mulai memainkan nada pada guitar milik Sabrina.

Devano menarik nafas, siap menyanyi dibagian awal.

"..Not tryna be indie
Not tryna be cool
Just tryna be in this
Tell me how you choose
Can you feel why you're in this
Can you feel it through
All of the windows
Inside this room.."

Semua teman mereka cukup tercenga, padahal rencana awal hanya Sabrina yang akan menyanyi, tapi ternyata Devano juga ikut serta menyanyikan lagunya tak hanya mengiringi.

"..'Cause I wanna touch you, baby
And I wanna feel you, too
I wanna see the sunrise and your sins
Just me and you.."

"Light it up, on the run
Let's make love, tonight
Make it up, fall in love, try

But you'll never be alone
I'll be with you from dusk till dawn
I'll be with you from dusk till dawn
Baby, I'm right here
I'll hold you when things go wrong
I'll be with you from dusk till dawn
I'll be with you from dusk till dawn
Baby, I'm right here
I'll be with you from dusk till dawn
Baby, I'm right here..."

Benar sempurna dimata seluruh siswa siswi yang melihatnya. Suara yang indah makin didukung dengan parasnya yang rupawan.

***

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang