Sixty Six

2.5K 62 3
                                    

"Norak ah pake ngejekin! " celutuk Devano.

"Dan jaim juga sebagian dari norak Dev!" Balas Angga yang di sambut tawa mereka semua.

"Eh, kata sapa gue jaim?" Balas Devano. Dia berdiri membenarkan jaketnya. "Ayo, ikut!"
Devano menarik tangan Sabrina, dan segera membawa Sabrina pergi menjauh dari mereka semua.

"Eh, mau ngapain dia.. " tanya Ririn.

***

Devano masih menggenggam erat tangan Sabrina menyusuri indahnya pantai parai saat malam hari.

"Lo mau kemana sih? Jauh? Masih lama nyampenya?" Tanya Sabrina.

"Ih! Sabar dikit dong. Gue aja nungguin lo 6 tahun sabarnya udah gak ketulungan!? Nah, ini, gak nyampe 15 menit juga, lo udah ngeluh. Hh--tapi gak papa sih. Meski lo cerewet, rese, ngesellin, bawel, rada----- "

"Heh! Jujur amat ngatainnya! Lo juga sama kali!" Balas Sabrina menahan tawa sambil mentoyor kepala Devano.

"Eh, karena jujur itu penting!"

"Hh" Sabrina mengangkat pundaknya.

Devano menghentikan langkahnya. Masih di tempat yang sama, tempat di saat Sabrina berlari meninggalkannya, tempat ia kembali bertemu dengan kekasihnya itu.

"Gue tadi bilang apa?" Tanya Devano.

"Jujur itu penting" jawab Sabrina yang masih mengarahkan pandangannya ke arah laut. Sok cuek.

"Hh, gue gak ngerti gue ngajak lo kesini buat ngapain. Tapi, kata hati gue nuntun gue buat ke sini.. " Sabrina mulai melirik pada Devano. Entah sejak kapan laki-laki menyebalkan ini tiba-tiba menjadi puitis.

Devano melihat ke arah kanan dan kirinya.

"Disini. Gue pernah bikin lo nangis, bikin lo sedih. Hh, bener deh. Gue nyesselll banget ngelakuin hal bodoh kayak gitu. Heheee.. Gue heran, kenapa gue jadi gini ya sekarang. Hh, Gue tau, kita emang gak bisa temenan, jangankan temenan, ketemu lo aja udah pasti selalu ribut.
Dan, karena kita gak bisa temenan...
...
...
Lo mau jadi pacar gue? "

Sabrina menahan sedikit senyum yang mengembang samar di wajahnya yang mulai memerah.

"Tapi cuma sebulan.. " lanjut Devano yang membuat Sabrina melototkan matanya.

"What!? Gila lo, stress! Aduh, emang dasar ya... "
Sabrina ingin membalikkan tubuhnya, tapi segera di tarik kembali oleh Devano.

"Karena setelah itu gue mau married sama lo.. " lanjut Devano dengan senyum centilnya. Kini Sabrina menanggapi ucapan itu dengan raut wajah datar.

"Lo waras kan?" Tanya Sabrina.

"Eh, dasar nih anak orang yah. Susah buat di ajak ngomong serius.. " jawab Devano seraya mentoyor kepala Sabrina. "Gimana, lo mau gak!?" Lanjutnya.

"Tau? Gue pikir-pikir dulu aja deh" ucap Sabrina sambil menghadapkan dirinya pada laut kembali dengan tangan yang bersedekap.

"Aih, masa di pikir-pikir mulu! Entar lo mikirnya 10 tahun ke depan kan lama jadinya!?"

"Biarin, kan gue yang lo tanya, sabar dong!" Jawab Sabrina melengos, rautnya datar, malah menunjukkan kecuekan. Sungguh aneh bagi Devano, baru tadi ia memeluk erat bidadarinya ini, sekarang telah menjelma kembali dengan kecuekannya.

"1... 2... 3.... 4... 5... " Devano terus menghitung lama Sabrina menjawab pertanyaannya dengan mengira pada jarinya.

"Ngapain ngitung?" Tanya Sabrina padanya.

"Biar tambah pinter! Sampe 10 tahun kedepan pun gue bakal ngitung berapa lama waktu lo bakal jawab gue"

"Yakin?"

"Yakinlah"

"Kalo 10 tahun, gue yang gak mau sama lo! Lo udah TUA!" Ejek Sabrina seraya menjurkan lidahnya. Devano menjitak jidatnya kesal.

"Enak aja! Lo juga tua!"

"Tapi lo bakal tetep cinta!"

"Yaiyalah! Baru kalo lo ke gue kan---"

"Bakal makin dan lebih cinta!" Lanjut Sabrina dengan sendirinya yang membuat Devano terdiam. Devano mendekatkan wajahnya kearah Sabrina sangat dekat--

Kiss

Sabrina segera mencium pipi kanan Devano sebelum hal lain terjadi.

"Gue mau Devano..." jawabnya kemudian dengan manja. Devano melukis senyum manisnya dan langsung memeluk erat Sabrina dan berputar-putar di tepi indah pantai parai.

"YEEEE!! FINALLY!!!!"
Teriak sahabat-sahabat mereka yang tiba-tiba datang dari arah pepohonan yang tak jauh dari mereka. Caca menghampiri Sabrina dan segera disambut dengan gendongannya.

"Kata mama, aku bakal di make-up!" Girangnya pada Sabrina.

"Make-up? Buat apa?"

"Waktu Tante Brina nikahan nanti" Ucapnya yang mendapat tawa dari semua. Devano memeluk Sabrina dari arah belakang dengan eratnya.

"Om Devano jangan meluk! Tante Sabrina pelukan sama aku!?" Teriak Caca yang mengundang tawa lebih keras dari semua. Devano menarik hidung Caca sampai anak itu terikut tertawa.

-selesai-

...
...

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang