Twenty Five

1.7K 62 0
                                    

-Author pov-

Devano keluar dari tendanya yang terletak di dekat jalan menuju bawah, air terjun. Dia berjalan menghampiri Evan dan Vino, anak baru kelas baru kelasnya, yang duduk anteng berdua menatap----


"Heh!" Kaget Devano menepuk pundak keduanya dan langsung duduk di antara mereka.

"Ngeliatin cewek mulu!" Celotehnya pada keduanya.

"Ih gak papa, diakan pacar gue!" jawab keduanya.

"Loh! Lo pacar siapa Vin?" Tanya Devano dan Evan berbarengan.

"Hehee, semalem gue baru jadian sama Titha" jawabnya polos dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Widih! Baru masuk udah dapet mangsa ketua kelas!" Ejek Evan yang disusul tawa ketiganya.


Ketiganya terlarut dalam pemandangan yang sangat melebihi indah di hati masing-masing. Bukan alam yang dimaksud, tapi, tau sendirilah. Perhiasan dunia yang paling berharga, Wanita.

Evan memperhatikan Githa.

Vino memperhatikan Titha.

Yah, wajarlah, mereka berpacaran. Apa kabar Devano yang memandangi bidadari yang belum dimilikinya? Sabrina.

"Pas banget ya, mereka duduk bertiga berjejer persis sama kayak kita" Ucap Vino yang keduanya mengangguk.

***

19.00

Semua anak berkumpul di tengah tempat yang bisa disebut lapangan, di tengahi api unggun yang menyala sangat besar cukup menghangatkan semua.

Mereka mengadakan rapat, mengenai tugas atas kedatangannya ke tempat ini.

"Oke, gue di sini tadi udah di kasih amanat sama bu Clara buat mimpin rapat ini" Titha membuka forum.

"Emang bu Clara kemana?" Tanya salah seorang anak.

"Bu Claara sama pak Fero lagi ke bawah,  ke rumah penduduk buat apa gitu. Gue juga lupa" jawabnya. Semua hanya mengangguk.

"Oke jadi ditugas ini, dibagi, sesuai dengan---"

"absen!"
"cewek jangan misah sama cowok!"
Hana dan Raya menebak-nebak.

"Heh! Gue belom selesai ngomong juga!" ucap Titha. Semua kembali tertawa. "Jadi, kelas kita kan jumlahnya pas nih ya, buat di bagi dua-dua. Jadi, pesam bu Clara kelompoknya sama temen sebangku!" Ucap Titha girang karena dia satu bangku dengan Vino. Semua juga tenang mengiyakan karena kebanyakan memang satu bangku dengan pacar masing-masing.

"Gak!" Jawab Sabrina dan Devano beebarengan. Devano menolak ini karena ia hanya takut tak beekonsentrasi jika terus berada disamping Sabrina. Tak hanya itu, Devano masih agak kurang enak setelah berbicara akan menciumnya itu. Aw, menjijikkan.

Semua menoleh ke arah mereka.

"ekhemmm.. " Semua mulai meledeki agak seperti mencomblangi keduanya.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang