Eight

2.1K 80 0
                                    

21.50

"Tith, pulang bareng yuk" ajak Sabrina seraya meremtangkan tubuhnya, tak menyangka latihan ekskul akan selama ini yang sudah pasti akan membuat Mamanya akan marah besar.

Oh Papa, lindungi aku.

"Boleh" tanggap Titha yang tadi fokus pada ponselnya dan akan memesan ojok online. "Emang lo ga di jemput?"

"Lagi enggak, Mama sama Papa lagi ga dirumah tadi. Makanya gue nekat bawa mobil hehee. Hape gue juga mati, jadi siap-siap aja bentar lagi dapet ceramah panjang" celotehnya.

"Ya udah deh, tapi enggak papakan? Soalnya jalan rumah kita beda arah"

"Ya gapapa lah"

"Eh, turunin gue diperempatan lampu merah dah biar lo ga belok lagi. Gue bisa jalan, bentaran aja kok dari rumah gue kalo di situ"

Sabrina hanya mengangguk, mengikuti saja ingin sahabatnya itu.

"Brin" Sabrina menoleh, tiba-tiba saja Titha menatapnya tajam.

"Kenapa?" Tanya Sabrina dengan satu alis terangkat heran.

"Kok lo cantik sih Brin?" Pekiknya tiba-tiba membuat Sabrina mengernyit kearahnya. "Padahal kita latian lama banget, muka pada bulek, nah lo masih seger wajahnya"

"Tergantung cara membuat dan mengolah" aku tertawa sendiri menanggapi perkataanku tadi.

"Di olah jadi donat!"

"Ditambahin toping keju meses mantep tuh!" Aku melanjutkan leluconnya, menimbulkan tawa diantara kita.

***

Lampu merah yang ditunjuk Titha telah nampak. Membuat Sabrina segera meminggirkan mobil agar Titha bisa turun lebih mudah.

"Oke, stop! Thank you, see you tomorrow" Teriaknya setelah Sabrina akan menancap gas.

***

"Hey guys! Maaf ya gue ganggu kelas kalian bentar, cuma mau ngasih info kalo hari ini kita pulang lebih awal, jam 09.00, soalnya lagi ada rapat guru" beritahu salah seorang siswi beramput dora didepan pintu kelas, yang datangnya pun entah darimana. Tiba-tiba.

Spontan pengumuman itu mendapat respon amat positif dari seluruh siswa.

"Mau nongkrong gak?" Teriak Titha menengahi segala keramaian didalam kelasnya. "Kan mayan masih pagi"

Sebagian teman-temannya mengiyakan meski sebagian yang lain yang cenderung anak rumahan dan merasa ada keperluan menolak.

"Okay, yang mau bentar lagi langsung cabut. Cafe biasa ya"

***

Sabrina baru tau jika teman-teman disekolah barunya tidak terlalu nyaman pergi bermain menggunakan seragam sekolah. Sabrina apresiasi kesopanan itu, karena mereka tidak mengetahui apa yang akan terjadi, tidak ada yang menduga jika tiba-tiba mereka berbuat kesalahan atau keburukan yang akan membuat nama sekolah juga ikut tercoreng.

Setelah mengganti pakaiannya dirumah, hanya dengan memakai kaos putih pendek dan rok pendek bermotif kotak-kotak, Sabrina juga menguncir kuda rambutnya.

Sungguh ia bahagia hari ini karena kedua orang tuanya masih berada diluar kota, jadi ia bisa mengendarai mobilnya sendiri.

Tenang mama, aku akan menjaga diri.

Sabrina merogoh ponselnya yang berada didalam sling bag pada jok sebelah. Mengetikkan pesan dengan segera kepada Titha, karena ia tidak tahu dimana tempat mereka berkumpul.

Tak perlu menunggu lama, pesan share location pun segera diterimanya.

Sampai ditempat, cafe klasik dengan tema bernuansa alami yang dipadukan langit-langit kayu dan dinding hijau penuh tumbuhan merambat. Sejuk, indah, jarang Sabrina temui dikotanya yang begitu oenuh polusi ini.

"Cantik banget sih" goda salah satu teman kelas laki-lakinya yang diiyakan beberapa yang lain. Sabrina hanya tersenyum, meneruskan langkah menuju kearah Titha yang berada dipojok cafe.

"Akhirnya dateng, ga nyasar kan?" Tanyanya menyambut Sabrina yang mengambil duduk disebelahnya.

"Selamat sampe tujuan kok" jawab Sabrina.

"Kalo lo laper, sabar ya. Bos besar belum dateng" ucapnya kemudian.

"Bos besar?"

"Pacar lo; Devano. Soalnya ini tempat bookingan dia, plus kita bebas mesen apa aja terus dia yang bayar semua. Big boss banget gak tuh. Makanya kita lagi nunggu dia dulu tapi syaratnya"

"Ribet banget?"

"Orang ganteng bebas deh, Brin" Sabrina hanya mendengus, ia meletakkan sling bagnya diatas meja, kembali memperhatikan sekitar. "Dan Devano paling cepet dateng dalam kisaran waktu 1 setengah jam lagi"

Sabrina menoleh, seketika ingin rasanya ia menyambal Devano.

***

Kepada kawan-kawanku yang sangat aku cinta sayangi 😂
Sorry baru sempet revisi. Mood gue abis rekreasi makanya baru sempet 😂
btw, THANKS!!!! buat kalian pembaca ceritaku ini. Alaciu 😘

Mau revisi lagi nih, see you 😘😘

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang