Forty One

1.5K 50 1
                                    

-Sabrinaa pov-

"Sepi amat sih ni mobil! Masa Cuma di ramein sama suaranya bang mars!" Pekik Vino beekomentar tentang lagu Bruno mrs yang terputar mengisi sepinya mobil.

"Lagian mau ngomongin apaan sayang?" Tanya Titha.

"Yah ngomong apa aja. Ngomong tentang kapan Sabrina sama Devano jadian kek?" Celutuknya.

"Sembarangan!" Devano segera menjitak kepalanya dengan keras dan Aku menendang jok mobil yang didudukinya.

"Sialan!" Timpalku.

"Udah-udah! Ih sayang, kamu lagi, jangan mancing-mancing mereka dong!" Tengah Titha seraya menjauhkan tangan Devano yang masih memburu kepala Vino.

"Hahahaa, kan biar gak sepi Dev! Hahaa"

Aku hanya menggeleng pasrah dan membuang pandangan keluar jendela. Kedap-kedip lampu malam sangat jauh lebih indah dari pada topik yang sedang dibicarakan.

***

Selanag beberapa waktu, mobil terhenti didepan rumah Titha karena jarak rumahnya memang paling dekat dari tempat acara. Tak lama kemudian Vino ikut turun menyusul karena memang satu komplek dan beda blok saja sama Titha.

Sial kan? Gue harus berduaan sama yang beginian?

Vino telah turun dari mobil sudah cukup lama bahkan batang hidung cowok itupun tak nampak lagi semenjak kurang lebih 10 menit lalu dia masuk kedalam rumahnya.

"Lo mau nginep di sini?" Tanyaku seraya bersedekap tangan.

"Heh bu'! Enak aje lu, lo duduk di belakang kaya juragan, gue duduk di depan kaya supir?" Celutuknya dengan melihatku melalui spion tengah.

"Oh yaudah! Mending gue turun di sini!" Aku menegap dan memasang wajah kesal padanya. Tanganku bergerak hendak membuka pintu mobil, tapi tangan Devano dengan cepat pula menghentikan.

"Idih, ngambekan! Pms?" Ejeknya lalu segera tutun dari mobil. Disusul denganku yang juga keluar dari sana.

"Silahkan masuk nyonya.. " Ucapnya dengan senyum anehnya seraya membukakan pintu depan mobil.

"Apa!"

"Masuklah! Gue mau nganter lo pulang selamat sampai tujuan tanpa ada lecet sedikitpun!" Jawabnya dengan mendorongku sampai masuk kembali kedalam mobilnya dan duduk dijok depan, disampingnya.

***

"Malem gelap" lirih Devano yang masih konsen menyetir.

"Siang terang.. " lanjutku seraya bersedekap. Entahlah kenapa aku bisa berhasrat untuk menimpali ucapannya.

"Malam sunyi.. "

"Siang ramai.. "

"Malam dengan bulan"

"Siang dengan matahari.. "

"Malam indah.. "

"Siang lebih indah.. "

"dan wajah lo lebih indah dari keduanya.. "

Aku yang baru saja akan membuka mulut terhenti. Ucapan Devano membuatku melotot kwarah depan tanpa melihat kearahnya.

"Kok, gak di sambungin lagi?" Tanyanya.

Dasar cowok mulutnya comber ngumbar perasaan!

"Wajah lo tuh yang-----" aku menatap serius kearahnya. Sengaja memberi jeda untuk ucapanku yang membuat alisnya terangkat bertanya. "Surem kayak sumur keramat! Hahaha" tawaku pecah didepan wajahnya. Pipinya mulai mengembang tanda kesal.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang