Ten

1.7K 64 0
                                    

-sabrina pov-

Devdanendra noo:
Lama gak ada kabar lo?

Sabrina safira :
Males online

Devdanendra noo:
Oh, gue kira sibuk sama pacar di sekolah baru

Sabrina safira :
Apaan sih ngomongin pacaran gitu! Hati gue terlalu mahal buat pacar-pacaran. wkwk.

Devdanendra noo:
Oya, kan hati lo udah buat gue yak. Soalnya hati gue udah buat lo

Aku mengernyitkan dahi, guyonan receh yang kudapat dari Devdanendra hari ini adalah sebuah roman picisan.

Gila.

Sabrina safira :
Ngehalu?

Devdanendra noo:
Ih biarin, mulut-mulut gue, gue yang ngomong, hati yah hati gue. Kan terserah gue mau apa. Emang lo bisa mengganggu gugat?

"Hah?" Aku lebih mengernyitkan dahi lagi. Kata-kata ini tak lagi asing ditelingaku, aku tahu ini kata-kata yang sering dilontarkan oleh si Buaya yang duduk disampingku setiap harinya.

Aku menengok ke seorang lelaki yang duduk di meja dekat tangga itu, lelaki yang sedang memakai headphone dan memainkan ponselnya. Devano.

Devdanendra noo:
Eh, gue di kacangin? Gue gak jualan kacang ini

Aku melihat sosok itu tadi, dia masih berkonsentrasi dengan ponselnya. Entah sedang apa. Yang jelas, feeling ku terlalu kuat mengatakan bahwa bolot yang kukenal selama ini, adalah Devano. Tapi tak mungkin kadang terpikirkan, karena sifat Devano terlalu nakal kadang-kadang. oh bukan kadang, tapi memang sifat mereka berbanding terbalik dengan perbandingan keburukan Devano.

Sabrina safira :
Lo siapa sih ?

Oke, gue salah nanya deh kayaknya.

Devdanendra noo:
Orang lah

Sabrina safira :
Gue nanya' nama lo. Lo bilang Devadanendra cuma nama buntut.

Lama tak ada balasan. Aku melihat sekali lagi ke arah Devano. Dia sudah melepas headphone nya dan menanggalkan ponselnya.

"gue gabisa terima kenyataan, kalo itu beneran lo Dev"

***

"Sayang, habis ini kamu jadwal check-up" ucap Mama yang sedang mengupas buah apel di depan tv. Membuatku menghentikan langkah untuk menaiki tangga.

"Gak usah Ma. Sabrina masih sehat kok"

"Terus kamu mau nunggu sakit gitu?" Mama menghentikan kegitannya dan menatap horor padaku. Aku tak menggubrisnya dan melanjutkan langkahanku menuju kamar.

"Check-up mulu, di kira gak bosen apa ya. Kan sia-sia juga kalo sering check-up akhirnya gue bakal mati juga. Hh" Aku mengomel sendiri sambil melepas sepatu dan melemparkannya ke pinggir ranjang. Aku menghempaskan diri di ranjang seraya memejamkan mata.

Tak lama setelah itu, aku belum tertidur, masih sekedar terpejam.

tiit-tiiit..*

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang