Sixteen

1.4K 60 0
                                    

-Author pov-

Kamu tau bidadari? Inilah yang Devano lihat pagi ini. Sabrina berjalan dengan biasa, namun semilir sinar matahari dan hembusan angin paginya membuatnya begitu cantik pagi ini.

"Sorry, gue telat" Ucapnya setelah selesai merapikan rambutnya.

"Enggak kok, santai aja" jawab Titha.

***

Semuanya telah bersiap, saat aba-aba dilontarkan, mereka berlari dengan sekuat tenaga untuk menembus jarak 42,195 km.

Sampai ditengah perlombaan, Devano masih semangat berlari, ia kini berada diantara 5 anak posisi terdepan. Evan terengah-engah menghentikan larinya, begitupun dengan 2 teman lainnya.

"Dev! Gue capek!" Teriak Evan pada Devano yang tak mendaptkan respon.

Devano masih berusaha sekuat tenaga, kucuran keringat didahi membuat dirinya mempesona para gadis yang menonton ditepi jalannya.

"Ayo kak Devano!!" Teriak para adik kelas cewek alaynya.

Finish. Devano tak berhasil mendapatkan juara pertama, tapi ia berhasil meraih juara kedua.

Gak papa deh, yang penting finish. Batinnya.

Devano duduk di tepi trotoar, membuka sebotol air mineral dingin. Kemudian diikuti Evan dan sebagian kawan cowok-nya yang lain.

"Ini aja? Anak cewek mana?" Tanyanya setelah meneguk habis airnya. Nafasnya masih tersenggal-senggal, ia mengusap keringat yang mengalirpun dengan kaosnya.

"Nah itu dia! Gue gak ngeliat mereka nembus finish" lanjut Evan yang sudah membuka botol air mineral keduanya.

"Perasaan udah tembus finish semua, kan lombanya udah selesai" celutuk Adjie.

"Lah, terus kemana pacar gue!?" Ucap Gerald yang khawatir dengan pacarnya 'Hana'.

Tanpa perintah. Devano berdiri dengan cepat membuang sisa botol ketempat sampah dan melangkah meninggalkan mereka.

"Mau kemana Dev!?" Teriak Evan bertanya pada Devano yang mulai berlari.


"Mau cari mereka!?" Jawab Devano. Dan akhirnya beberapa dari mereka mengikuti Devano untuk mencari.

***

Tak ada siapa-siapa disisi-sisi jalan yang digunakan marathon. Namun setelah berlari 2 km jauhnya. Barulah nampak batang hidung beberapa teman kelas Devano yang mana langsung disamparkannya.

"Pacar gue!" Teriak Gerald setelah melihat Hana berada disana.

"Kalian ngapain di sini? Finish masih jauh!" Ucap Devano dengan nafas yang memburu.

"Sayang" Hana langsung memeluk Gerald.

"Loh loh loh. Kamu kenapa yang?" Tanya Gerald padanya.

"Devano lagi! Bukannya gitu Dev! Tapi--" Hana tak meneruskan omongannya.

"Kita kerumah sakit mulya sekarang!" Tegas Raya mengagetkan.

"Kenapa!?" Tanya sebagian cowok. "Ada apa emangnya?" Tanya lanjut Angga.

"Sabrina mana?" Tanya Devano langsung ketopik kegelisahannya. Ia tak melihat batang hidung Sabrina sama sekali saat ini.

"Nah! Itu dia! Sabrina---"

"Sabrina mana? Kenapa?" Devano mengulang pertanyaannya.

"Gak tau, kita khawatir. Tadi Sabrina kecapean gitu, terus keringet dingin, badannya kaku, wajahnya pucet pasi, terus dia pingsan" jelas Kathy sambil menangis di pelukan Willy.

Devano membulatkan matanya, tak peduli dengan nafasnya yang masih terengah, ia kembali berlari lagi--sangat khawatir dengan bidadarinya.

***

"Mana Sabrina?" Devano langsung menyamparkan Titha yang sedang gelisah diruang tunggu UGD. Nafasnya terburu, wajar, entah ia sudah berapa jaraknya.

Titha mendongak kesumber suara, lalu melirik kearah UGD sebagai jawaban.

Dia kenapa?

"Dia sakit?" Tanya Devano kemudian.

Titha menggeleng sebagai jawaban. Ia memegangi kepalanya sendiri karena ia juga bingung harus apa.

Devano bersandar didinding yang bersebrangan dengan ruang UGD. Matanya selalu mengahadap pada pintu, mengharap pintu itu segera terbuka.

Tak lama, datang beberapa anak, seperti Evan Gerald Hana Angga dan Raya yang tiba-tiba menghampiri mereka.

"Kalian ngapain rombongan kesini?" Tanya Titha yang menyadari kehadiran mereka pertama kali. "Kan gue udah bilang jangan kerumah sakit rombongan kayak orang mau demo" timpalnya.

"Ya sorry, kan kita juga khawatir sama Sabrina" Jawab Hana mewakili. "Apalagi Devano yang mukanya keikut pucet pas denger Sabrina pingsan" Devano melirik tajam pada Hana. Meski suasana yang tak menenangkan, tapi Evan masih sempat melontarkan senyum menggodanya pada Devano.

"Apa lo!?" Pekik Devano padanya.

"Lo suka sama Sabrina?" Goda Evan.

"Sembarang---" Suara pintu UGD yang terbuka membuat Devano menghentikan omongannya dan menyamparkan seorang dokter.

"Gimana keadaan Sabrina dok?" Tanya Devano pada dokter yang muncul dari dalamnya.

"Ada orang tuanya?"

"Gak ada, kita cuma temennya" Jawab Titha.

"Tolong hubungi keluarganya ya" Pinta dokter yang dijawab anggukan mereka kompak sebelum dokter itu pergi keruangannya.

***

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang