Fifty

1.3K 40 0
                                    

-Author pov-

Devano dan Vino baru saja sampai pada lokasi pemotretan. Devano tampak ber-outfit berwarna gelap yang berkesan macho dan modis. Kaos polosnya dilengkapi bawahan, dengan  jeans warna hitam dan sneakers.

Mulai tertangkap dari sorot matanya Sabrina yang sedang berlenggak sana-sini mencari angle foto bersama sang fotografer. Begittupun Titha yang sekali-kali mengikuti dari belakang.

Devano dan Vino masih berdiri cukup jauh hanya memperhatikan mereka. Sabrina dan Titha pun masih belum sadar akan kehadiran keduanya. Sampai semua kru foto mulai berbenah, termasuk Sabrina dan Titha pun berganti pakaian untuk segera pulang.

"Vino mana yah belom dateng? Padahal kita udah mau balik?" Tanya Titha yang sedang berbenah didalam tenda dadakan yang segera akan dibenahi. Sabrina yang baru saja mengganti pakaiannya hanya mengangkat kedua bahu tanda jawaban tak tahu.

"Ih bikin bete'! Yaudah ah, yok pulang" ajak Titha kemudian dengan menarik Sabrina yang sudah menenteng tasnya.

"Eh!" Sabrina hanya bisa menuruti. "Bye kak! See you!" Pamitnya pada beberapa kru dan segera keluar dari tenda.

Sabrina dan Titha sudah meninggalkan lokasi, Neij, Titha menghentikan langkahnya setelah melihat penampakan sebuah mobil yang dia kenal.

Mobil Devano.

Tak lama setelah ia menyadari muncul Devano dan Vino dari arah belakang mereka.

"Sayang!" Sapa Vino dengan hendak memeluk Titha tapi langsung ditepisnya.

"Apaan anjir! Telat banget sumpe gue dari tadi fotonya dan lo baru dateng anjir rese' gak tuh!?" Omel Titha pada Vino

"Eh tunggu jangan salah paham! Kita dateng dari tadi kali ngeliatin kalian dari sini makanya gak keliatan. Ih pake ngambek aja" bujuk Vino.

"Beneran?" Yakin Titha. Vino mengangguk mantap.

"Udeh anjir, pacaran mulu! Makan yuk! Laper kan?" Tawar Devano.

Vino dan Titha mengangguk semangat, sementara Sabrina hanya bisa mengikuti kemauan mereka.

***

Lagu terima kasih cinta cober aldi maldini menggema memenuhi cafe. Membuat suasana begitu hangat, utamanya pada berbagai macam sejoli yang sedang bercanda ria disini.

"Lo mau pesen apa?" Tanya Devano pada Sabrina yang duduk disampingnya.

"Sama kek lo deh" jawabnya singkat.

"Okey" Devano segera memanggil seorang weater untuk mencatat pesanannya. "Dua

"Lo mau sama makanan yang gue pesen?" Tanya Devano lagi pada Sabrina yang menyamakan makanan pesanannya yang sebagian orang tak menyukai sayuran. "Purple potato and ricotta sandwich dua, jus Avocado-nya juga dua" Ucapnya dan weater pun mengangguk dan berlalu.

"Lo mau sama kayak gue?" Tanya Devano.

"Ih, gue suka banget lagi Purple potato sama ricotta sandwich apalagi jus buah naga! Kalo salad juga setiap pagi gue makan. So, ini semua makanan baik buat kesehatan kita'kan? Lagi pula ini juga udah malem, jadi biar gak gendut juga kan? Hahaaa" Tawa Sabrina. Devano mangut-mangut tersenyum.

Sabrina memang tak sedingin biasanya pada Devano, ia hanya takut saja, jikalau terlalu benci dapat membawanya menjadi terlalu cinta. Akh!

***

Titha dan Vino asyik dengan obrolan mereka, entah apa yang sedang mereka bicarakan. Saling menyuapi makanan satu sama lain, bercanda ria, kewajaran orang pacaranlah.

"Terus kita ngapain?" Lirih Devano seraya bersandar pada kursi, untuk siapa lagi lirihannya kalau bukan Sabrina yang kini sedang meliriknya.

"Ih, kita ngenes amat jadi obat nyamuk di antara orang pacaran" timpal Sabrina

"Terus?" Tanya Devano seraya menggunakan jaket berkupluknya.

"Terus apanya?"

"Ya terus kita mau ngapain!?" Devano melilitkan tali kupluk jaket ke hidungnya, menutup sebagian wajahnya dan membuat hidungnya bermodel babi.

"Hahaaa. Anjir! Lu ngapain kayak gini? Stress tau gak!" Ucap Sabrina seraya masih tertawa dan langsung membenarkan tali kupluk jaket Devano agar tak membuat terus tertawa karena wajah anehnya. Devano tertegun sementara, wajah Sabrina berada pas didepan hidungnya, dengan tawa manis yang makin membuatnya terpesona.


"

Stress tapi ganteng gak papa kan?" Goda Devano dengan wajah manja kekanakannya.

"Idih, berasa ganteng mulu lo!" Balas Sabrina seraya menjitak jidatnya.

"Ih, biarin, kan ken-----"

"Kenyataan!?" Potong Sabrina.

"Nah tuh lo tau"

"Ih, bukannya sesuai kenyataan gue ngomong, tapi lo udah beribu-ribu kali bilang kayak gitu di hadapan gue!" Pelotot Sabrina yang wajahnya masih tak beranjak didepan hidung Devano.

"Enak ya gini?" Celutuk Devano.

"Maksudnya?"

"Betah aja kalo lo terus-terusan deket sama gue" jawabnya yang Sabrina langsung mendorong dirinya sendiri menjauh dari Devano. Sungguh menyebalkan baginya.

"Ih! Kebiasaan!" Jawab Sabrina dengan mencubit lengan Devano yang disambut tawanya.

"Yang penting kebiasaan gue ini, bisa buat pipi lo merah tuh!" Goda Devano yang membuat Sabrina makin kesal. Tak bohong. Tapi pipi Sabrina memang sudah merona merah kali ini.

"Ih! Ini cuma kebanyakan blush waktu makeup tadi!" Bela Sabrina sambil mengusap kedua pipinya.

"Alesan lain?" Devano masih tetap menggoda dan mendekatkan dirinya kembali pada Sabrina.

"Emang itu alesannya!"

"Bohong"

"Ih beneran!"

Titha dan Vino yang sebenarnya menyimak mereka sedari tadi hanya bisa tersenyum jahil melihat kelakuan keduanya yang menggemaskan.

***

Gak pacaran, tapi kalo nyaman? Maunya gimana lagi.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang