Thirty Four

1.4K 53 0
                                    

-Sabrinaa pov-

"Oh iyya, hari ini kalo gak salah kita pulang abis jam pelajaran ke 3" beritahu Devano saat kita mulai berjalan menuju bangku dengan jalannya yang masih agak terpingkal.

"Beneran? Habis ini dong?" Tanyaku yang kini menyusulnya duduk.

"Iya. Soalnya ada rapat buat ujian, kan pak Yoga juga udah kumpul buat rapat dari tadi?"

"Mm, iya ya.." Aku merogoh saku, segera mengambil handphone.

"Mau nelphon siapa?" Tanyanya.

"Mau sedia mesen taxi online, kan gue lagi gak mobil sekarang"

"Eh, gak usah!" Devano segera menggenggam ponselku. "Biar gue aja yang nganter lo, sebagai tanda maaf buat yang kemaren itu?"

Aku membulatkan mata sejenak. Dia cowok aneh! Terkadang lembut, dan terkadang sebaliknya.

"Gak usah bengong!" Dia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku.

"Tap--tapi---"

"Shut! Pokoknya gue nganterin lo, dan gue maksa! Plus gak nerima penolakan! Titik!" Aku tak menjawab omelannya kini. Kini dia mengangguk yakin dan menekan jempolnya didepan hidungku. "Sip!" Ucapnya seperti mengiyakan padahal aku tak menjawab.


"Eh! Hidung gue!" Aku mengusap-usap hidungku. Sok jengkel.

"Hahahaa. Sekali-kali, bagi tuh hidung mancung!" Ejeknya kembali menekan hidungku lebih keras.

"Ih! Hidung lo udah lebih mancung dari pinokio!" Aku bergantian memencet hidungnya.

"Parah! Berarti gue tukang bohong gitu? Sampe hidung gue panjang kayak pinokio?"

"Emang iya, lo tuh pembohong besar! Udah bohongin perasaan lo kalo lo sekarang lagi suka sama cewek kan.. " Aku mencoba menggodanya, dengan ucapan mengada-ada yang terlontar begitu saja. Devano terdiam cukup lama, wajahnya diam namun seperti terkejut.


"Heh! Kenapa? Kok jadi lo yang bengong? Hahaaa. Gue cuma bercanda kali, gue gak tau tentang apa yang lo rasain kok" aku menebar senyumku sampai ia kembali tersadar.

"Sialan!" Dia menjitak kepalaku dengan kesalnya.

"Ih sakit!" Omelku dengan mengusapnya. "Mm, emangnya beneran ya? Lo lagi ada sesuatu gitu sekarang?" Aku kembali menggodanya. Kapan lagi menggoda sang penggoda ini.

"Jangan sotoy!! Yaudah yuk ah!" Dia segera menarik tanganku untuk menuju kelas tanpa banyak bicara lagi.


***

Tindakan Devano benar. Dia kini benar-benar membwaku pulang dengan mobilnya. Meski sempat menolak, tapi dia tetap memaksa. Sudahlah, aku mengalah.

Drtt..

Ponsel Devano berdering, ia segera mengangkatnya meski sedang konsen pada jalanan.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang