Forty Three

1.3K 48 0
                                    

Baru saja memasuki villa. Muncul seorang wanita paruh baya dari arah tangga, dengan menggunakan sepotong daster dan lap meja di pundak kirinya.

"Atuh aden. Udah lama aden te kesini, kunaon atuh? Aden sibuk pisan di jakarta nuh?" Dia langsung bersemangat melihat Devano seperti melihat anaknya sendiri.

"Lagi gak sempet ke sini aja kok bik. Lagian kan biasanya aku sama mama, sekarang pun mama gak bisa ikut, karena kerjaannya" jawab Devano.

"Oh ya. Eh, kunaon banyak awewek-awewek geullis pisan. Eh, kenalken atuh neng, nama bibi mah Sri, panggil aja bik Sri" wanita itu memperkenalkan diri, menyalami satu-persatu teman Devano. "Mennie geullish pisan temen ceweknya. Yaudah atuh neng-neng geullis, bibi anter ke kamar un.." Semua cewek mengikuti langkahan bik Sri yang mulai menaiki tangga.

***

"Gue betah kalo disuruh tinggal disini!" Ucap Kathy kegirangan setelah membuka jendela kamar. Hana menghampiri mengikuti gayanya.

"Anjir! Pemandangannya dari sini wow banget dah!" Timpal Hana. Titha dan fely ikut menghampiri.

"Bener-bener betah!!" Lanjut Titha.

"Tapi kita disini cuma beberapa hari" ucap Fely agak memelas. Sabrina ikut menghampiri mereka yang sudah bertumpuk di belakang jendela.

"Selagi ada, jadi kita syukuri biar beberapa hari kita jadi nyenengin" timpal Sabrina yang diangguki semuanya.

"Eh, kok di kepala gue ada yang netes!?" Ucap Kathy yang kepalanya memang ia keluarkan dari jendela.

"Eh, lo kira gue ngiler gitu? Enak aja lu! Kepala gue juga gak keluar! Jauh lagians ama kepala lu" ucap Fely yang merasa atas ucapan Kathy, karena posisi kepalanya berada di atas Kathy.

"Terus siapa dong? Masa hantu?" Ucap Kathy lebay.

"Eh, gerimis. Itu lo kena gerimis Kath! Masuk yuk, kayaknya mau hujan, tutup aja jendelanya biar tetesan hujannya gak masuk!" Tengah Sabrina dan menutup jendela segera.

***

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat semua menoleh. Sabrina segera beranjak dan langsung membuka pintu.

"Bik Sri? Ada apa bik?" Tanyanya.

"Kita makan malem dulu ya neng, udah bibi' siapin, aden-aden yang lain juga udah nunggu di bawah, di meja makan.. " ujarnya.

"Oh, yaudah, kita siap-siap dulu ya bik, habis ini kita langsung nyusul ke bawah.. "

"Yaudah kalo gitu, bibi mau ke bawah dulu ya neng.. " Sabrina mengangguk.

***

Sabrina membuka matanya dengan segera karena merasakan sesuatu yang menindih kakinya. Tak salah, Kathy yang memilih tidur satu ranjang dengannya tidur dengan sangat pulas dan dengan gaya erotis.

"Busyet dah Kathy, lu tidurnya erotis!" Sabrina memindahkan kaki Kathy yang menindih kakinya. "Berat lagi kek gajah! Hihii" Sabrina berani mengejek selagi semua teman dan terutama Kathy masih tertidur.

Sabrina segera beranjak dari tidurnya, mengikat asal rambut, lalu membuka jendela kamar membuat sejukanya udara pagi hari sangat menyerbak memasuki pori-pori.

Ini baru pukul 05.00.

"Mandi woy!!" Teriak Sabrina, entah teman-temannya dengar atau tidak yang penting ia segera beranjak kekamar mandi saat ini.

***

Sabrina masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Baru saja ia memasuki kamar, pemandangan wajah masam teman-temannya pun menjadi perhatian.

"Brinaaa!!" Teriak semuanya pada Sabrina.

"Apa!?" Jawabnya sewot.

"Anjir! Pagi petang gini jendela lo buka! Sialan! Dingin anjir!!" Ucap Titha mewakili temannya yang lain, yang mana mereka sedang merikuk dibalik selimut karena kedinginan. Sabrina hanya tertawa terbahak melihat wajah mereka semua yang kelewat nyenyak dan seperti kurang tidur. Meski mereka sudah lebih tidur dari semalam.

***

"Eh, neng guellis udah bangun? Sarapan dulu atuh neng.. " sambut bik Sri pada Sabrina yang sedang menuangkan minuman ke gelas Devano.

"Yang laen mana?" Tanya Devano pada Sabrina yang hanya terlihat sendirian tanpa anggotanya yang lain.

"Lo juga sendirian, emang lainnya kemana?" Tanyanya balik karena tak melihat siapapun diruang makan kecuali Devano dan bik Sri.

"Gue nanya, nanya balik! Kebiasaan!"

"Yaiya, mereka baru bangun tidur" jawab Sabrina singkat sambil duduk di seberang kursinya.

"Hh. Yang cowoknya baru bangun, yang ceweknya juga baru bangun. Mungkin bukan hati aja yang sama ya, mungkin jiwanya juga udah sama. Hahaa" Timpal Devano seraya menyeruput teh yang terlihat masih panas.

"Hehee. Bener lu!"

"Oalah. Jadi mereka semua udah pasang-pasangan semua gitu ya, den?" tanya bik Sri.

"Ya gitu deh bik" jawab Devano.

"Aduh bener-bener serasi pisan. Yang laennya serasinya baru bangun tidur bareng, pasangan ini juga serasi, sama-sama bangun pagi dua-dua nya. Hihii" godanya.

"Eits! Kecuali kita. Kita beda!" Timpal Sabrina.

"Kita bukan pasangan, gak pacaran bik" lanjut Devano.

"Kalo ada apa-apa juga kunaon atuh den, neng.
Neng sama aden kan udah cocok atuh" bik Sri masih tetap menggoda.

Sabrina dan Devano saling menatap. Dan bergidik dengan bersamaan.

"Udah ah bik, jangan bahas lagi mending kita sarapan, bibi udah sarapan belom?" Tanya Sabrina.

"Bibi mah kapan lapernya, di situ bibi makan neng. Nuhun, bibi ke belakang dulu nteh.. "

Sabrina dan Devano mengangguk.

"Brin!" Panggil Devano.

"Mm.. " jawabnya sambil memakan buah pear.

"Habis ini lo bilang sama cewekan, suruh cepetan! Biar kita gak kesiangan entar jalan-jalan daerah sini"

"Oke"

"Oh iya, satu lagi"

"Apa?"

"Nih buah buat gue ya, soalnya udah gak ada lagi" Devano segera mengambil buah pear yang sudah terbekas 1 gigitan Sabrina.

"Eh!?" Tak butuh waktu lama. Devano sudah membuat rongga gigitan besar pada buah itu. "Punya gue anjir!"

"Mm---biarin! Yang penting kan buah yang gue pengen ada di depan mata, masa di sia-siain gitu aja?" Celutuknya sambil terus memakan pear.

"Depan mata pala lo pe'a! Tapi tuh buah udah gue gigit!" Sabrina hanya menekuk kedua tangannya tak bisa berkutik apa pada buahnya yang sudah tersisa setengah digenggaman Devano.

"Mm--gak papa, cuma satu gigitan kan? Emangnya nih bekas gigitan lu jambein biar gue suka sama lo gitu?" Devano mencondongkan tubuhnya agar lebih lekat menatap Sabrina.

"Sembarangan!" Sabrina segera mengupas pisang dan memasukkan paksa kedalam mulut Devano.

"Mmm!!??" Devano berusaha menghabiskan buah didalam mulutnya yang penuh. Sedangkan sabrina tertawa lepas penuh kemenangan.

***

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang