Twenty Six

1.7K 57 0
                                    

"Brin, gabung yuk!?" Titha meneriaki Sabrina dari arah bawah, untuk berkumpul di gerombolan anak yang asik membakar jagung.


Sabrina hanya menggeleng-tersenyum. Dia masih terduduk di depan tenda, menghadap ke arah mereka.


"Ada yang mau ikut gue gak?" Tawar Devano kepada semua anak.

"Kemana Dev?"
"Iya kemana?"
"Ngapain?"
"Jauh gak?" Satu-persatu melontarkan tanya.

"Kewarung yang di bawah" jawabnya singkat.

"Mau apa?" Tanya Adjie.

"Ya nyari cemilanlah!"

"Jauh Dev! Bikin males" Jawab evan mewakili.

"Biri-biri!!" Githa meneriaki Sabrina. Gadis itu melihat Githa dengan tanda tanya.

"Apa?"

"Bisa minta tolong gak?" Githa mulai menghampirinya.

"Apaan?"

"Beliin gue camilan di warung bawah ya, please! Gue ngidam" Bisiknya seraya mengelus perut.

Ini modus ibu hamil sialan sepertinya? Batin Sabrina.

"Terus gue sendirian kesana?" Tanyanya.

"Enggak! Devano juga mau kesana. Jadikan enak kalian bisa ngobrol dijalan biar ada temennya. Please Brina.. please..." Githa terus merengek, perutnya terus dielusnya. Ini sangat menjengkelkan Sabrina. "Please Sabrina.." Oke, wajah memelas Githa sangat dibenci Sabrina. Sabrina beranjak dengan membenarkan jaketnya, ia berjalan melewati Devano yang masih berharap ada yang mau diajaknya.

"Ayo!" Bisiknya. Devano yang tak tau apa yang terjadi hanya tiba-tiba mengerti sendiri jika Sabrina ingin kewarung bawah juga. Iapun segera mempercepat langkah menyusul gadis itu yang tampak PD-nya jalan sendirian.

***

"Pelan napa jalannya!"

Sabrina tak menggubris perkataan Devano.

"Emangnya lo tau, warungnya di mana?"

Kali ini tidak, Sabrina menghentikan langkahnya. Oh no, kau terlalu sok sekali Sabrina. Padahal tak tau tempatnya.

"Aduh!" Devano tak sengaja menabrak Sabrina yang tiba-tiba terhenti langkahnya.

"Buset! Lo kalo mau berhenti bilang-bilang dong"

"Ngomel mulu lo! Kepala gue makin sakit!" Balas Sabrina sambil mengusap-usap kepalanya yang terbentur bahu Devano.

"Yah suruh sapa lo berhenti tiba-tiba!" Tak ada jawaban, Sabrina hanya membalikkan badan kearah Devano.

"Kenapa? Mau nanya apa? Mau nanya warungnya? Apa mau nanya hati gue apa udah ada yang punya?"

"Mulut kadal!" Sabrina menyentil mulut Devano dengan kelingkingnya yang berkuku panjang.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang