Three

2.7K 91 0
                                    

"Ada yang liat Evan gak?" Devano bertanya pada hampir semua teman kelasnya yang mana mereka kompak menggeleng. Ia merogoh ponsel disakunya, segera menelphon orang yang dicarinya itu, namun suara operator yang malah menjawabnya.

Sial. Beberapa panggilan hanya terjawab oleh suara operator saja.

Bruk.

Ia frustasi, ingin keluar dari kelasnya saja tapi buru-buru menoleh membuatnya menabrak seorang gadis yang tinggi keningnya sejajar dengan bibir Devano, membuat seutas ciuman mendarat mulus diatasnya.

Sabrina melongo, meraba dengan cepat dahi sucinya yang kali ini sudah ternodai. Detak jantungnya berirama lebih cepat dari biasa, tapi tidak perlu dikhawatirkan, tak ada rasa sakit—ini berbeda.

Semua pasang mata yang berada didalam kelas seperti menelanjangi keduanya yang tetap diam ditempat dengan ekspresi terkejut sama lain.

Bahkan sepertinya Devano yang terkena serangan jantung, degupnya bergetar hebat dengan bibir yang masih kelu dan juga tangan memegang ponsel yang masih berjarak tak jauh dari telinga.

"Bisa kan kalo jalan liat-liat biar tau didepannya ada orang?" Satu kalimat yang melesat dari bibir Sabrina lolos membuat mereka tersadar pada akhirnya.

"Gimana? Bukannya kebalik? Udah jelas gue dari tadi disini" jawab Devano tak kalah songongnya.

"Modus" celetuk Sabrina yang masih memegangi keningnya.

"Lo yang modus, mau nabrak ala-ala sinetron terus jatuh cinta? Basi. Kalo suka sama gue ya tinggal bilang kan gampang" Jawab Devano lagi tak mau kalah.

"Amit-amit. Modus basi, pake sembarang nyosor dikening orang"

"Lo yang salah kok lo yang nyolot sih"

"Ih ya jelas lo salah!"

"Gue aja gak pernah nyium apapun dari cewek" bela Devano. Kali ini serius, karena seburuk apapun perlakuannya pada seorang gadis, laki-laki itu tak pernah sekalipun mencium kening mereka—terlebih bibir. Cukup berjalan bersama—bergandeng tangan. Cukup dan tidak ada jatah lebih.

"Basi" potong Sabrina. Devano memutar bola matanya sebelum berjalan maju mengkikis jaraknya dengan gadis itu.

"Perlu gue praktekin untuk pertama kalinya ke lo?" Bisiknya yang langsung mendapat tendangan keras pahanya. Jelas Sabrina marah, ia seperti direndahkan.

Sabrina segera melenggang menuju bangkunya, sedangkan Devano yang mengaduh hanya melempar lirikan mata Elangnya pada gadis itu yang kini mengabaikan keadaan kelas yang mulai gaduh menggosipi keduanya beralih pada ponsel.

Sabrina safira :
Emosi gue, sumpah.

Devano melenggang saja meninggalkan kelas, kejadian mengejutkan tadi berhasil membuat jantungnya marathon bermeter-meter sampai membuatnya sesak nafas dan kini harus mencari udara segar yang membuatnya berada dihalaman belakang sekolah.

Duduk pada bangku besi panjang, menggenggam jemarinya dengan bibir yang masih kelu.

Gila. Itu Sabrina, Devano!

Kepala Devano seperti pening seketika saja. Ia tak akan menyangka bahwa gadis yang pertama dikenalnya lewat komentar disalah satu sosial media itu kini bisa disapanya didunia nyata. Bahkan selama ini susah payah Devano menyembunyikan identitasnya.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang