Fifty Two

1.2K 46 0
                                    

Sabrina membuka pintu depan rumahnya. Rumah tampak sepi, hanya ada suara pancuran air dari dapur yang diduga hanya ada oembantu yang sedang mencuci piring.

"Sepi, Brin? Yang laen kemana?" Tanya Titha yang mengikuti langkah Sabrina menuju tangga.

"Mama sama papa kan keluar kota belom balik, kalo Bryan kagak tau dah!" Titha hanya memangutkan kepalanya. "Lo mau labgsung kekamar tamu atau makan atau gimana?" Tanya Sabrina kemudian.

"Gue mau ke kamar lo dulu deh!" Jawab Titha semangat.

Kamar gue? Ngapain? Disana banyak obat dan berbagai macam alat rumah sakit buat jantung gue? Pasti Titha nanya anjir!?

"Mm--ngapain?" Tanya Sabrina cemas.

"Kepo aja, hehee. Kan lo tau gue kepoan! Gampanglah kalo cuma ada foto Devano gue gak bakal bilang. Hahaa"

"Sembarangan!" Sabrina menjitak jidatnya kesal.

"Iya yah! Gue masuk kamar lo ya! Ya!? Okee!?" Jawab Titha sendiri dan segera mempercepat langkahnya, sampai ia sampai dilantai atas terlebih dahulu dan melihat pintu kamar berwarna Baby pink dengan nama Sabrina. Tanpa bertanya lagi, Titha segera menerobos kedalam kamar yang tak terkunci.

Pandangannya berselancar kekanan kiri, meneliti tiap detail ruangan. Bukan ruangan tepatnya, tapi barang-barang yang berada didalamnya. Sabrina hadir dibelakngnya tiba-tiba.

"Brin, kok ini--?"

"Udah gue duga lo bakal nanya!" Jawab Sabrina dan melenggang masuk kedalam kamar, menyelempangkan tasnya ke sofa yang ia duduki, dan melepas sepatunya segera.

Titha terburu menghampirinya dan memasang wajah keponya lagi.

"Please.. cerita sama gue" pintanya sangat halus.

"Hh, gue berat mau cerita. Yang tau ini cuma mama sama papa, Bryan, sama Githa" Jawab Sabrina dengan melepas dasinya.

"Please.." Titha memasang mata puppy-nya sangat memohon.

"Lo bisa jaga rahasia?' Lulyh Sabrina akhirnya. Titha mengangguk dengan kencang dan semangatnya.

"Gue janji! Sumpe dah!"

Sabrina menarik nafasnya dalam-dalam, meski ia sebenarnya tak ingin bercerita, tapi mungkin tak apa bila dengan sahabat barunya.

***

Devano melempar sekali lagi basketnya hingga masuk kedalam ring. Halaman belakang rumahnya memang sudah tercatat sebagai tempat khusus Devano. Untuk bermain, merenung, atau sebagai macamnya. Vino tampak duduk disalah satu kursi kayu di depan pintu, memperhatikan Devano dengan hanya mengemil kripik digenggamannya.

"Sabrina suka sama lo?" Celutuknya membuat Devano yang mau melempar basket mengurungkan niatnya. Ia mengapit bola dan berjalan menuju Vino, duduk disampingnya.

"Ngawur!" Jawab Devano dengan membuka botol air yang berada dimeja sampingnya.

"Tapi gue ngerasa Sabrina itu suka sama lo. Dengan ekspresinya kalo lagi di deket lo. Apalagi makin kesini makin keliatan banget, salah tingkahnya dia kalo lagi bercanda sama lo" ucapnya membuat Devano menghentikan aktifitas minumnya.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang