Sixty Five

1.4K 43 0
                                    

6 tahun lalu

Krk

"Eh Brin. Lo mau kemana?" Tanya Devano pada Sabrina yang nampak buru-buru keluar ruangan Githa.

"Ada urusan bentar. Bye!" Sabrina segera berlalu meninggalkan semua.

***

"Hallo mommy!" Sapa Sabrina dan langsung menghampiri dokter Ririn yang nampak membereskan alat pemeriksaannya, sepertinya baru saja ada pasien.

"Loh sayang? Eh, ini bukan seorang Sabrina nih kalo gini. Sabrina itu gak pernah tepat waktu kalo di suruh check-up, lah ini--malah datengnya lebih cepet" dokter Ririn menghampiri Sabrina dan memeluknya memberi sambutan.

"Hehe.. Iya, lagian kebetulan juga sih temen aku ada di sini, jadi aku jenguk dia sekalian ke sini, biar gak bolak-balik.. "

"Mm--Oh iya. Kemaren mommy udah konsul sama dokter di Royal melbourne hospital, kamu mau operasi habis tahun baru ini mau kan?" Tanyanya dengan sangat hati-hati. Sabrina hanya terdiam. Setidaknya tidak seperri dugaan Ririn bahwa Sabrina akan kabur menghindarinya setelah itu.

"Why? Ada yang kamu pikirin? Cerita dong sama mommy. Apa, kamu gak mau operasi setelah tahun baru?"

"Aku takut" jawab Sabrina singkat mewakili keributan penolakan didalam hatinya.

Tanpa banyak bicara lagi, Ririn membawa Sabrina kembali dalam pelukannya sangat erat dan dalam. Sangat merasakan degup jantung anak itu semakin kencang. Ini cukup menakutkan, Ririn takut anak itu akan kembali merasakan sakitnya saat ini.

"Kamu tenang aja sayang. Itu semua pasti berhasil, gak mungkin sia-sia! Kamu gak bisa terus ngediemin ini. Itu pasti berdampak pada kekecewaan orang-orang banyak yang sayang sama kamu. Sekaligus pacar kamu.. Hehe.. " dokter Ririn mengembangkan senyumnya agar tak membuat Sabrina drop mendengar ucapannya sebelumnya.

"Ih mommy.. Sadis ah! Aku gak punya pacar. Hidup aku lebih ngenes tau, kalo udah masalah cinta. Bukannya apa ya, tapi aku takut aja, dia suka, dia cinta sama aku. Setelah ngejalanin lama, terus tiba-tiba aku sekarat, kan kasian dia nya juga entar jadi jodi! Jomblo ditinggal mati. Hehee.. " Sabrina juga membawa arah pembicaraannya dengan bercanda.

"Hehehe, kamu kok bisa berpikiran kayak gitu sih?"

"Takutnya begitu kan mommy.."

"Sekarang ada naksir sama kamu?" Dokter Ririn memperserius pandangannya. Sabrina terdiam. "Ada kan? Siapa?" Tanya lanjutnya. Sabrina masih terdiam. "Kamu juga suka sama dia kan?" Ririn terus membanjirinya dengan pertanyaan.

Sabrina kali ini hanya merespon dengan mengangkat kedua bahunya.

"Cerita dong sama mommy, biar lega.." tawar Ririn dengan mata Puppy nya sangat memohon.

Ragu sebenarnya, tapi entah mengapa, Sabrina memang ingin mencurahkan itu saat ini. "----De--Devano"

"Maulana Devano dra prasetyio devdanendra?" Tanya dokter Ririn dengan lancarnya, yakin jika itu anaknya. Sabrina melototkan matanya tak percaya.

"Mommy tau dia?"

Dokter Ririn memperlebar senyumnya. Dia mengambil selembaran foto dilacinya untuk diberikan pada Sabrina.

Sabrina melihat foto itu dengan jeli. Foto keluarga Ririn, Ririn duduk ditengah dua anaknya yang tak asing bagi Sabrina. Ya! Dikanan Ririn terdapat Audrey yang menjulurkan lidahnya, dikirinya terdapat Devano yang merangkulnya.

"Devano anak pertama mommy, dan Audrey adeknya" tunjuk Ririn.

Devano anak dokter Ririn!? Mati gue!?

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang