Fifty Seven

1.2K 43 1
                                    

Sabrina dan Titha segera mencari ruangan yang sudah dikirimkan Devano tadi lewat pesan singkatnya.

Ruang mawar 03

Sudah terlihat Devano dan Vino yang bercanda di luar ruangan.

"Kalo mau cancel janji! Dari awal dong!!" Celutuk Titha yang baru sampai langsung mengoceh.

"Ya sorry" jawab Devano dan Vino bersamaan.

"Kamu juga! Aku nelphon gak di angkat!" Lanjut Titha memarahi Vino.

"Ih, handphone aku ketinggalan sayang.. "

"Eh, udah ah, rumah sakit nih! Bukan alun-alun kota!" Putus Sabrina.

"Eh bentar! Ada yang mau gue tanyain!" Titha mengangkat telunjuk disamping kepalanya seperti orang mempunyai ide. "Bukannya, Evan sama Githa nikahnya 3/4 bulanan yang lalu ya? Kok udah---"

Yah, gue lupa kalo Vino sama Titha gak tau! Batin Devano.

"Nah iya itu! Gue baru nyadar juga!" Tambah Vino.

Devano! Kenapa dia ngajak Vino kesini kalo gitu! Eh, gue juga kenapa ngajak Titha! Bodoh! Mereka berdua kan gak tau! Umpat Sabrina dalam hatinya.

Krk

Suara pi tu terbuka, keluar wajah Evan yang masih tak ada perubahannya sejak setelah menikah mereka jarang untuk bertemu.

"Lah ini dia, gimana Githa?" Tanya Titha.

"Sekarang udah sehatan semua kok" jawab Evan.

"Terus, bayi lo berarti prematur kan? Gak ditaruh di itu, apa itu, itu loh--tabung-tabungan" lanjut Titha yang membuat semua tertawa.

"Emang lo kira apa, tabung-tabungan! Namanya inkubator Titha.. " jawab Sabrina.

"Oh, hehee.. iya kan gue gak tau namanya" lanjut Titha memelas. Semua kembali tertawa.

"Orang tua kalian mana?" Tanya Sabrina lalu.

"Mereka tadi pagi udah kesini, tapi sekarang pada pulang semua, palinga entar malem mereka ke sini lagi. Eh, kalian gak mau ke dalem? Bayinya juga udah sama Githa kok, gak di inkubator lagi.. " jawab Evan.

"Sip! Gue mau masuk, misi-misi!" Sabrina langsung mendorong tubuh Evan yang menghalangi pintu dan dengan cepat masuk ke dalam.

"Gue ikut!" Ucap Titha menyusul dengan segera.

"Kalian?" Tanya Evan pada Vino dan Devano.

"Kita di sini aja duku deh, itu urusan cewek, gak kepengen kepo, hahaa" jawab Devano yang di sambut tawa kecil Evan dan Vino.

***

"Mirip Evan Gith!" Celuuk Sabrina setelah cukup lama memperhatikan wajah mungil anak sahabatnya itu yang tengah berada dipelukan ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mirip Evan Gith!" Celuuk Sabrina setelah cukup lama memperhatikan wajah mungil anak sahabatnya itu yang tengah berada dipelukan ibunya.

"Tapi entar kalo udah gede baru mirip gue, hahaa"

"Hahahaa"

Bip bip
Handphone Sabrina bergetar. Ia segera merogoh tasnya dan melihat Hp-nya.

"Kenapa? Siapa?" Tanya Titha.

"Oh, alarm. Jadwal pemeriksaan hari ini. Mm, 15 menitan lagi" jawab Sabrina.

"eh, bukannya dokter lo praktek disini ya?" Tanya Githa.

"Iya, uh, kalo gitu gue cabut dulu deh. Biar cepet kelar. Bye!" Sabrina segera berlalu dengan sebelumnya berpamitan pada Githa.

Oh ya, Githa sudah mengetahui jika Titha tau Sabrina sedang sakit. Sabrina telah memberitahu kemarin-kemarin lewat pesan line-nya.

Krk

"Eh Brin. Lo mau kemana?" Tanya Devano pada Sabrina yang nampak buru-buru keluar ruangan Githa.

"Ada urusan bentar. Bye!" Sabrina segera berlalu meninggalkan semua.

***

"Hallo mommy!" Sapa Sabrina dan langsung menghampiri dokter Ririn yang nampak membereskan alat pemeriksaannya, sepertinya baru saja ada pasien.

"Loh sayang? Eh, ini bukan seorang Sabrina nih kalo gini. Sabrina itu gak pernah tepat waktu kalo di suruh check-up, lah ini--malah datengnya lebih cepet" dokter Ririn menghampiri Sabrina dan memeluknya memberi sambutan.

"Hehe.. Iya, lagian kebetulan juga sih temen aku ada di sini, jadi aku jenguk dia sekalian ke sini, biar gak bolak-balik.. "

"Mm--Oh iya. Kemaren mommy udah konsul sama dokter di Royal melbourne hospital, kamu mau operasi habis tahun baru ini mau kan?" Tanyanya dengan sangat hati-hati. Sabrina hanya terdiam. Setidaknya tidak seperri dugaan Ririn bahwa Sabrina akan kabur menghindarinya setelah itu.

"Why? Ada yang kamu pikirin? Cerita dong sama mommy. Apa, kamu gak mau operasi setelah tahun baru?"

"Aku takut" jawab Sabrina singkat mewakili keributan penolakan didalam hatinya.

Tanpa banyak bicara lagi, Ririn membawa Sabrina kembali dalam pelukannya sangat erat dan dalam. Sangat merasakan degup jantung anak itu semakin kencang. Ini cukup menakutkan, Ririn takut anak itu akan kembali merasakan sakitnya.

***

Titha memilih untuk memegang kemudi. Karena semenjak menerima pesan singkat dari Sabrina tadi, ia segera buru-buru berpamitan pulang dan menemui Sabrina dioarkiran dengan wajah kusutnya.

"Lo kenapa Brin?" Tanyanya setelah lama memberanikan diri. Seperti dugaan, Sabrina tak merespon pertanyaannya.

"Lo kenapa sih? Cerita dong sama gue, gue bakal jadi sahabat yang paling care buat lo. Masa lo gak percaya sama gue? Pliss. Yah, meski gue tau, lo tipe orang yang gak mau orang lain merasa ikut sedih karena yang lo alami. Tapi, jangan pendem semua sendiri, itu malah bakalan nyakitin lo Brin!"  Sabrina hanya melirik dan berusaha tersenyum. Bibrinya tak terbuka sedikitpun setelah senyumnya itu, matanya terpejam, mencoba menghanguskan segala beban dipikirannya.

***

Sudah satu minggu berlalu. Titha masih berada di rumah Sabrina, begitupun dengan Kathy, Hana, dan Fely yang ikut menginap di sana malam ini.

Tampak di ruang tengah, mereka semua tampak sibuk membereskan barang-barang yang begitu banyak. Menginapnya mereka malam ini terdapat alasan tentunya.

"Ih, lo ngurus yang ini ya.. "
"Entar lo yang ini.. "
"kalo gue yang ini.. "
"Lo ngurus bagian cowok.. "

Semua sibuk dengan kegitan mereka masing-masing yang telah dibagi. Yah, hari ini, mareka bersiap-siap untuk pergi ke bangka belitung.

"Brin, tiket kita mana?" Tanya Kathy.

"Udah digue, gampang" jawab Sabrina yang tengah memasang bandananya.

"Entar kita dari jakarta turun di bandara mana?" Tanya Hana.

"Dibandara depati amir di pangkal pinang, setelah itu kita sewa mobil buat ke hotelnya" lanjut Sabrina.

"Ih, seneng gue kalo kita liburan ada yang ngerti tentang ini-itunya! Selama 2 tahun lalu kita liburan rutin tapi gak pernah gini loh. Selalu bingung kalo udah ngurusin pemberangkatan,
Untung ada Sabrina tahun ini... " ucap Titha yang disetujui semua.

"Yaudah, barang-barang kalian udah pada siap gak?" Tanya Sabrina pada semua karena melihat koper-koper mereka sudah berjejer diruang tamunya.

"Siap! Punya gue udah beres!"
"Iya punya gue juga udah beres noh"
"Punya gue juga udah.. "
"Punya gue siap banget tuh dah.. "

"Oke deh"

***

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang