Forty Nine

1.2K 38 0
                                    

-Author pov-

Baru saja Audrey membuka pintu rumahnya yang tampak tak terkunci, Ririn telah duduk santai diruang keluarga dengan majalahnya.

"Loh, kalian udah pulang?" Sambutnya pada kedua anaknya.

"Iya mah, besok kan kita udah pada masuk. Mama juga, tumben, ini kan masih jam tujuh, biasanya kan mama pulangnya jam sembilan?" Tanya Devano balik setelah menyalami Ririn.

"Oh, pasien rutinan mama lagi keluar kota, jadi mama kosong deh jam prakteknya.. "

"Yaudah mah, Audrey tidur dulu ya, capek.. "
Ucap Audrey lalu berlalu segera menghilang dibalik pontu kamarnya.

"Mah, Devano mau nanya?" Tanya Devano. Ia sebenarnya tak pernah berbagi cerita seperti ini pada Ririn. Lebih tepatnya setelah orang tuanya bercerai. Devano mengambil posisi untuk duduk disampingnya.

"Kenapa?'

"Mm---Gini nih mah. Devano kan punya temen, terus dia itu.. Duh gimana ya, gini aja deh, dia itu waktu ke bandung kemaren, duh, gimana ya.. " Devano sebebnarnya ingin menanyakan soal Sabrina. Ada apa dengan bidadarinya sehingga gampang sakit seperti itu. Mungkin mamanya yang seorang dokter bisa membantu?

"Kamu mau ngomong apa sih? Mama penasaran jadinya"

Devano mengurungkan pertanyaannya dan mengalihkan pembicaraan dengan segera. "Gini mah, aku mau curhat aja deh. Hehee..
Aku kemaren kan niatnya, mau jalan-jalan buat terakhir kalinya soalnya kan hari ini mau balik. Nah, akhirnya aku minta tolong kang Jeje
Buat nganterin aku sama temen-temen aku ke tempat yang bagus gitu mah. Sebelumnya sih, paginya aku udah bilang gitu sama kang Jeje,
Tapi, siang-siangnya.. Mamah tau si Imaz kan!?"

"Oh, yang naksir kamu? Hehee"

"Ih!?" Devano bergidik. "Amit-amit Devano sama dia mah!"

"Hh, kamu tuh, terus?"


"Nah, itu tuh mah! Stress tuh orang. Kemaren aku kesana kan sama sekitar sembilan orangan, dan kebetulan yang ikut itu pada pacaran semua, kecuali Audrey sama Bryan, dan aku sendiri sama temenku. Nah di saat semuanya pada berdua-duaan nih ya, Devano akhirnya berdua juga deh sama temen Devano yang satu ini! Terus pas kkta lagi bercanda-canda, si Imaz dateng!? Buset dah! Kayak ada kerikil neraka jatuh di kepala kau deh mah" Ririn menertawai cerita anaknya ini. Anak yang tak pernah lagi bercerita seperti ini akhirnya kembali. "Terus dia keganjenan lagi sama aku! Ih, temen-temen aku aja sampe jijik semua sama tingkah dia. Dan, temen aku yang berdua sama aku tadi itu nanya siapa Imaz, setelah aku ngomong sama dia. Akhirnya, kita berdua punya rencana nih dengan pura-pura pacaran. Soalnya kan Devano pikir nih! Imaz gak bakal nyakitin orang yang Devano sayang! Eh ternyata salah. Pas jalan-jalan Imaz tuh bilang ke kang Jeje kalo Imaz di suruh adeknya temenku nih, sahabat si Audrey, kalo kita mau pergi ke rumah kosong itu mah. Padahal adeknya temen aku tuh gak ngomong gitu, malahan dia yang paling gak mau ke sana"

"Terus kamu ke sana?"

"Iyalah aku sama temen-temen aku'kan awalnya gak tau kalo mau ke sana. Dan ternyata, kita semua masuk ke perangkapnya si Imaz! Imaz di sana nyamar jadi seten-setanan lah. Ah, gak usah nyamar juga udah kayak setan!"

"Eh, hush, gak boleh gitu ah.. "

"Habisnya mah, iya kalo gak ada korban? Dia tuh ngerjainnya parah sih mah! Gara-gara dia ngagetin kayak gitu, temen Devano yang kita ngaku pacaran ini sampe pingsan dan sampe sekarang masih sakit!"

"Loh? Astaghfirullah, Imaz-Imaz.."

"Tau ah mah streess. Ah, Devano jadi kesel lagi deh mah! Yaudah mah, Devano mau ke kamar dulu ya mah.. Nite.. "

***

Sabrina mulai mengalunkan suara merdunya memenuhi ruang musik sekolah. Petikan gitar Devano mengiringinya degan indah. Hari ini tak disangka Devano bahwa Sabrina akan masuk sekolah.

Sedari pagi dia selalu bertanya pada Titha atau Vino. "Sabrina masuk?" "Loh, kok dia masuk? Dia udah sehat?"


"Gue heran deh, kenapa lo bisa semuanya gitu. Oh, sempurna banget lah di mata gue.. " Ucap Titha yang memang menemani mereka dengan Vino sejak pagi tadi. Ia menyodorkan sebotol air pada Sabrina begitu pula d3ngan Vino pada Devano.

"Manusia itu gak ada yang sempurna, Titha.. " celutuk Sabrina usai meminum sampai setengah botolnya.

"Ih, kalo lo kan beda! Ini bisa, itu bisa. Cantik, putih idung mancung.. Nah gue!?" Sabrina, Devano, dan Vino hanya menertawai Titha.

"Ih Titha! Lo kan cuma tau luarnya, lo belom tau dalamnya? Yah ibaratnya sih, lo cuma tau kulit buahnya tapi lo gak tau daging buahnya. Kan banyak juga, kulit bagus tapi dalemnya jelek, busuk? Lo juga belum tentu tau dan gue sendiri juga belom tau apa besok gue tiba-tiba menjelma jadi preman kek, jadi tukang palak kek. Hahaaa"

"Hahahaa"

"Yaudah ah, besok jadi kalian tampilnya?" Tanya Vino yang telah diceritakan Titha bahwa esok ia dan Sabrina akan tampil pada acara fashion.

"Sebenernya sih, bukan fashion show, cuma pemotretan aja. Dan juga, bukan kita, tapi Sabrina! Tapi, gue mohon-mohon kemaren sama kak Aldi biar gue juga ikut pemotretan, akhirnya di izinin deh. Hehee" jawab Titha dengan sok bodohnya.

"Gue sama Devano ikut ya Brin?" Tanya Vino meminta izin.

"Terserah kalian aja" jawab Sabrina singkat seolah tak peduli.

"Cocok!Kalo gitu kita sekalian aja entar pulangnya pemotretan mampir ke cafe yang katanya enak banget makanannya. Okeoke!?" Tawar Titha.

"Makan mulu kecil-kecil" celutuk Sabrina.

***

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang