Twenty

1.6K 63 1
                                    

Entah ini gara-gara apa, tapi yang jelas guntur besar tiba-tiba muncul dan hujan sangat deraspun menyusul dengan sangat cepatnya. Sayang sekali, padahal baru saja Sabrina memutuskan untuk pulang, tapi cuaca tak mengizinkannya.

"Oh God! Kita anak sekelas cuma tinggal berdelapan yang belum pulang" Ucap Titha seraya menatap kosong kearah luar jendela. Yah, dikelas ini sudah tersisa delapan orang, Sabrina Titha Devano Evan Raya Hito Gerald Hana. Menjadi sepuluh ditambah Audrey dan Bryan.

"Kualat nih! Tau udah malem tapi kita gak pulang-pulang masih ngobrol panjang lebar" Lanjut Raya yang membuat Titha memanyun.

"Terus gimana?" Tanya Hana.

"Kalo nekat nerobos hujan segini lebatnya, bisa-bisa ada hal yang gak terjadi. Kan nyeremin" Jawab Gerald yang dijawab anggukan.

"Jadi kita gak pulang?" Tanya Hito. Tak lama setelah itu juga terdengar suara sedikit ribut dari kelas-kelas disebelahnya.

"Buset! Anak kelas-kelas sebelah banyak yang masih belum pulang ternyata anjir!" Celutuk Evan yang mengintip lewat jendela.

"Ya kita nginep disekolah semalem aja, gak ada pilihan lain kan? Lagian banyak temennya" Timpal Devano yang disetujui berat oleh semunya.

***

Titha telah pulas tidur dengan Raya dan Hana, sedangkan Audrey memeluk Sabrina dengan eratnya karena takut suara guntur. Sabrina juga takut guntur, sangat takut, ia takut sakitnya akan kambuh jika mendengar suara guntur yang tiba-tiba. Oleh karenanya, ia menyumbat kedua telinganya dengan headphone sedari tadi awal hujan turun hingga sekarang.

Para cewek memilih untuk tidur didepan kelas, sedangkan cowok berada di posisi belakang yang mana mereka tak tidur hanya untuk beradu bermain game online. Termasuk Bryan adik Sabrina.

02.10

Pemandangan di depan semua kelas tampak sudah sangat sepi sekali, guntur sudah tak terdengar lagi, namun air hujan masih saja tetap mengguyur dengan derasnya. Semua anak sudah terlelap, menyisakan suara air yang jatuh dan beberapa suara hewan kecil malam.

Semua yang tertidur saling berpelukan, mengingat cuaca yang beitu dingin dan mereka hanya menggunakan dress. Sabrina menyelimuti kakinya dengan jaket bomber Devano yang dipakai menutupi kaki Audrey juga.

Sabrina membuka matanya, membuka headphone perlahan untuk memastikan tidak adanya guntur lagi. Jujur ia tak tidur sama sekali dari tadi, pelukan Audrey yang sangat erat sedari awal kini mulai hilang karena ia sudah sangat pulas, tenang dalam tidurnya.

Sabrina berdiri, memindahkan Audrey berbantalkan sebuah taa. Iamelihat keadaan luar kelas. Sepi. Namun didengarnya sedikit suara nyanyian kecil, matanya berkeliaran mencari darimana suara berasal.

Hingga sorotnya terhenti para salah seorang cowok yang berada dibelakang kelas sedang khusyuk mendengarkan lagunya lewat earphone dan sedikit menyanyikan dengan suara sangat lirih padahal matanya tertutup. Devano. Yah, dia juga masih belum bisa tertidur. Suasana sekolah tak membuat dirinya nyaman untuk beristirahat.

Laki-laki itu sudah melepas kemejanya, ia hanya menggunakan kaos polos berwarna putih.

Sabrina menyamparkannya yang duduk menjauh dari yang lainnya yang tertidur, hanya tampak Bryan yang tertidur agak dekat dengannya.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang