Twelve

2K 74 0
                                    

-Sabrina pov-

"Mama.." Aku mulai membuka mata dengan perlahan, berusaha mengeluarkan suaraku yang sedikit serak. Beruntung sepinya ruangan membuat suaraku sedikit terdengar.

"Alhamdulillah, kamu sadar juga akhirnya sayang" Mama menciumi tanganku dengan wajah cemasnya.

"Siapa yang bawa aku ke sini?" Tanyaku, yang memang dari tadi menyadari ini berada dirumah sakit.

"Titha sama temen cowok kamu" Jawaban mama tak terlalu ke gubris.

"Mah, pulang yuk"

"Loh kok pulang? Kamu kan masih sakit sayang"

"Aku udah gak papa kok Ma, ayo dong Ma. Pulang. Sabrina gak betah di rumah sakit" Tak lama masuk seorang Dokter muda, tubuhnya cukup gempal.

"Hy! Sabrina kan namanya?" Sapanya. Aku mengangguk.

"Kamu jangan males-males minum obatnya, karena jantung kamu butuh aliran darah sayang" Aku tersenyum. Sangat paham.

"Dok" panggilku.

"Kenapa?" Jawab Dokter sambil memeriksaku.

"Brina pulang sekarang ya?"

"Hah? Keadaan kamu belum seluruhnya pulih"

"Pleasee.." Aku memasang senyum super manis untuk membujuk Dokter ini. Seperti anak kecil memang, tapi mau gimana lagi.

"Dokter periksa dulu ya" ujarnya seperri menggubris keinginanku.

"Tapi boleh kan?" Tanyaku paksa.

"Kalo udah mendingan, nanti Dokter usahain"

"Yes!"

"Tapi gak secepat itu" potongnya kemudian membuat senyumku yang tadi mengembang mulai pudar kembali.

***

"Ma, sekarang hari jum'at kan?" Tanyaku yang fokus memindah channel tv. Ya, ini sudah hari 3 sejak kejadian waktu itu.

"Iya, kenapa?" Tanya Mama yang berada disebelahku. Aku melirik ke arah jam dinding. 10.00.

Masih pagi.

"Yaudah Ma, Sabrina mau pamit ya"

"Kamu mau kemana? Baru semalem keluar dari rumah sakit udah mau keluyuran" tegur Mama dengan mengupas apelnya.

"Bukan keluyuran, Ma. Tapi ada hal penting. Yaudah Ma, Sabrina pamit dulu" Aku menyalami mama dan segera menuju sebuah meja tempat kunci mobil berada. Aku tak perlu bersiap lagi, cukup dengan penampilan kemeja pendek dan celama jeans dibawah lutut, dan cukup bermodal handphone disaku celana.

"Enggak enggak! Gak boleh keluar! Nanti ka---"

"Atau aku bakal kabur lagi kayak waktu itu!" Potongku. Mama menghela nafas berat, matanya menatap tajam padaku. "I love you, ma. Berangkat dulu" akhirku sebelum melesat keluar dan menutup pintu.

Pantat Sabrina baru mencium jok mobilnya dan menyandarkan punggungnya. Ia merogoh ponsel disaku celana dan menghubungi seseorang. Titha.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang