Forty Eight

1.2K 44 0
                                    

"You sick what is actually?" Tanya Kathy yang baru saja menyamparkan Sabrina diruang tamu dengan temannya yang lain.


"Capek doang kali" jawab Sabrina santai.

"Ih, ni anak kebiasaan sih kalo ditanya sakit apa, pasti jawabnya ngacok!" Celutuk Titha.

"I'm fine!?" Tegas Sabrina.

"Udah ah, ngomong-ngomong mana tuh si Imaz!
Biar kita labrak aja sekalian di sini sekarang.. " ucap Gerald yang memang emosian. Semua anak cowok juga telah mengetahui bahwa Imaz adalah kedok dibalik semuanya.

"Eh, kayaknya jangan sekarang dulu deh, soalnya kan Sabrina belum sembuh juga" ucap Angga.

"Emang ada apa sih? Gue kepo!" Tanya Sabrina. Semua hanya beraut wajah ragu untuk menjawab.

"Mm, emangnya kalian udah punya bukti kalo dia yang ngerencanain semuanya?" Tanya Devano meyakinkan agar tak salah paham.

"Udah, kemaren udah kita labrak tuh orang! Dia udah ngaku, meski agak susah nguteknya!" Jawab Fely.

"Ada apa sih?" Tanya Sabrina lagi.

"Tapi kalo kita ngasih tau, kakak gak boleh marah, gak boleh emosi!" Tunjuk Bryan.

"Loh? Kok gak boleh marah sih. Kan Sabrina wajib ngasih pelajaran keorang kayak gitu!" Ucap Hana.

"Oke, gue gak bakal emosian, tapi sekarang, pliss kasih tau gue, ada apa sih?" Tanya Sabrina yang makin penasaran. Semua memberi isyarat pada Devano agar dia saja yang menjawab pertanyaan Sabrina.

"Hh--Jadi kemaren. Yang ngerencanain, kita pergi ke sana kan setau kita kang Jeje, nah ternyata bukan kang Jeje.. "

"Terus?"

"Semua ini kayaknya emang sengaja di skenario, agar kita kaget parah sampe pingsan ato apalah itu.. Jadi.. "

"Hantu yang kemaren muncul itu rekayasa semata gitu?" Potong Sabrina.

"Ya gitu deh.. "

"Terus siapa orangnya!?" Tanya Sabrina lagi yang masih menahan emosinya.

"Wilejueng enjing.. " belum sempat Devano menjawab, seorang Imaz menghampiri dengan polosnya.

*wilejueng enjing:selamat pagi.

"Mak lampir ini nih!?" Jawab semua kompak sambil menunjuk ke arah Imaz. Sabrina masih keheranan dengan apa yang terjadi.

"Maksudnya, dia yang ngerancain itu semua?" Tanya Sabrina.

"Ya! Gadis gila!" Umpat Kathy.

Sabrina mulai tampak agak emosi, tapi dia berusaha menahan emosinya, demi kesehatannya yang sedang menurun saat ini.
Dia mengatur nafasnya kembali agar stabil.

"Bisa mikir panjang gak? Kalo tindakan lo bisa bahayain orang banyak!?" Bentak Devano yang sedari kemarin tak melihat Imaz.


"Saya teh penta hampura nu sagede-gedena.. " ucap Imaz yang baru terlihat wajah bersalahnya.

"Udah ah, toh juga terjadi juga. Mending lo ke belakang aja gih.. " ucap Sabrina sambil menyuruh Imaz pergi dari hadapan mereka semua, Imaz pun menuruti dengan lengangnya.

Aduh! Pasti teh den vano teh makin nte suka sama Imaz.. batin Imaz.

"Untung Sabrina orangnya sabar yah. Kalo gue jadi lo Brin! Uh, bakal ilang tuh gigi depannya!?" Umpat Fely yang membuat semua tertawa.

"Selamat pagi.." sapa seseorang yang baru muncul dari balik pintu depan.

"Tante Indri?" Ucap Audrey dengan girangnya. Indri, tante Devano dan Audrey tepatnya.

"Hey! Maaf ya, teteh baru dateng sekarang" Sapa Indri pada semua. Semua orang di sana bersalaman dan berkenalan padanya.

"Loh? Sayang, kamu kenapa?" Tanya Indri khawatir melihat seorang Sabrina yang masih berwajah pucat tak sembuh total.

"Gak kenapa-napa kok teh.." jawab Sabrina dengan seulas senyum manisnya.

"Hh--teh, sebaiknya teteh jangan izinin Imaz ke sini lagi deh. Lagian dia ke sini juga gak ngebantuin bik Sri.. " ucap Devano.

"Loh kenapa?" Tanya Indri dengan melenggang duduk disamping Sabrina karena masih kuatir.

"Soalnya, dia otaknya licik teh, Sabrina kayak gitu kan gara dia. Sekarang pun keadaan dia agak mendingan, daripada kemaren.. " jelas Devano.

"Astaga tuh anak. Yaudah, biar teteh urus entar aja yah.. "

"Oke teh.. "

"Yaudah, makan-makan yuk! Kebetulan teteh tadi habis beli oleh-oleh makanan khas di kota" semangat Indri melihat kang Jeje yang mulai membopong beberapa tas kantong berisi banyak makanan. Semuapun kegirangan melihat makanan gratis sedang on the way didepan mata.

***

Setelah malam datang, usai seharian mereka habiskan dengan bersenang-senang di sekitar villa, mereka akhirnya memutuskan untuk berbenah kembali ke jakarta.

Terlihat Devano sedang merenungkan diri diteras samping. Dia sendiri. Vino yang baru usai mandi menghampirinya dengan masih menggunakan handuk untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah.

"Diem aja lu!" Kagetnya dan langsung terduduk disamping Devano. Tak lama tiba-tiba Titha juga datang menyusul entah dari mana asalnya dengan membawa camilan yang dimakannya.

"Oh God! Gue strees kelamaan di sini" ucap Devano lirih.

"Karena Imaz?" Tanya Titha yang bergelayut pada lengan Vino.

"Ya iyalah, sama siapa lagi coba?! Uh bener-bener tuh orang, kalo aja dia cowok gue pasti hajar habis-habisan tuh! Akhhhh!! Emosi banget gue!" Devano mengenggam tangannya penuh amarah seperti ingin menjotos seseorang.

"Ih, emang yah. Gue tau perasaan lo kok bro! Sapa juga yang rela orang kita cintai di sakitin sama orang lain" ucap Vino seraya menepuk pundak Devano.

"What?! Siapa?! Devano suka sama Sabrina!?" Teriak Titha dengan mulut oenuh camilan, Vino pun segera menutup mulut Titha agar gadis itu diam tak kembali berteriak.

"Kiamat! Kenapa lo mesti denger sih Tith!" Ucap Devano yang sebenarnya dari tadi tak menyadari kahadiran Titha disisi Vino. Devano melemparkan mata elangnya bak ingin melahao Titha saat itu juga.

"Tunggu, tunggu. Eh, keajaiban dunia nih! Cerita-cerita!?" Pinta Titha masih heboh dan Vino kembali menyanggolnya agar tak terlalu over bahagia.

"Mulut lo jangan sampe melember! Kalo sampe melember! Gue jadiin lemper loh!?" Ancam Devano.

"Idih, sadis.. " jawab Titha yang diikuti tawa Vino.

"Ini kisah cinta nyata, bukan lagi drama yang dimainkan dengan sekenanya oleh Devano Devdanendra" Awal Vino.

***

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang