Eleven

1.8K 66 0
                                    

-Author pov-

"Marissa, tadi terakhir kali Brinanya kemana?" tanya dokter Ririn kepada Mama Sabrina--Marissa.

"Gak tau juga aku Rin, tapi waktu aku ngasih tau dia kalo dia bakal check-up, eh dia ngacangin omongan aku langsung kekamarnya. Habis itu gak tau" Marissa memijit pelipisnya sendiri, pikirannya makin runyam memikirkan dimana Sabrina berada.

"Yaudah kita check kamarnya sekali lagi."

"Ayo."

Mereka kembali memeriksa keadaan kamar, menganalisa apakah ada tanda-tanda Sabrina bersembunyi atau benar-benar kabur.

"Aku coba telphon ya?" Ucap dokter Ririn. Marissa mengangguk.

one last time.. I...

Mereka berdua celingukan "Suaranya ada di sini" ucap Marissa. Dokter Ririn pun memeriksa tas Sabrina yang berada di atas ranjang.

"Yah, handphone nya gak di bawa"

***

Tampak mobil sport merah terparkir di samping kiri jalan batako pinggir taman komplek indah sari, komplek perumahan yang mempunyai akses terdekat dari komplek cendrawasih.

Di dalamnya, Devano masih memandangi layar ponsel, ia baru saja ingin menghubungi ibunya itu untuk meminta foto si pasien, namun sayang, hapenya lowbath.

***

"Keluar yuk, Tith. Bosen" Sabrina berguling diatas ranjang Titha, seperti rumah sendiri. Matanya menatap langit-langit kamar Titha seperti menghitungi bintang-bintangan yang menghiasi diatas sana.

"Ke taman komplek yuk!" ajak Titha yang beranjak dari baringannya. Sabrina segera bangkit dan mengangguk dengan cepat.

Jalan sore buat gue tenang kayaknya. Batin Sabrina.

Titha dan Sabrina beranjak dari ranjang bersamaan, Titha mengambil kardigan pada lemari, dan berjalan keluar kamar diikuti Sabrina dibelakangnya.

"Lo gimana caranya bisa kabur gitu? Kaburnya kenapa? Ada masalah?" Titha baru mengintrogasi, karena saat dirumahnya tadi Sabrina tak mau diganggu pertanyaan itu. Sabrina menghela nafas malas, ia lebih berkonsentrasi pada jalanan untuk dilihatnya.

"Gue capek. Check up ke dokter mulu" Jawabnya memelas dengan sesekali menendang batu kecil dihadapannya.

"Lo sakit apa?" Pertanyaan Titha hanya membuat Sabrina melirik--tersenyum kearahnya.

"Gak penting kok!"

"Kalo gak penting kenapa harus ketemu dokter bjat check up terus? Sampe kamar lo di sulap jadi rumah sakit gitu?" Sabrina hanya kembali tersenyum. "Ah lo mah, masa sama gue gak terbuka. Guekan udah jadi sahabat lo"

"Gue bakal terbuka apa aja tentang gue ke lo, tapi--Kebahagiaan gue, kebahagiaan lo juga. But, sorry buat kali ini gue gak bisa" Sabrina menggeleng--tersenyum.

"Terserah deh." Titha memutat bola matanya malas. "Yaudah ah, gue haus! Beli es cincau depan masjid sana yuk!" Tunjuknya mengajak Sabrina pergi pada sebuah tempat dagangan es cincau, yang letaknya memang berda disebramg masjid.

Because You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang