2. Tebar Pesona

14.6K 999 45
                                    

Ray mengikuti langkah Alif yang membawanya ke ruang eksekusi. Alif membuka pintu dengan keras sampai daun pintu yang malang itu menabrak dinding, lalu memerintah Ray untuk masuk layaknya memerintah tahanan yang terbukti melakukan pembunuhan berencana. Di dalam sana cowok itu disambut dengan tatapan dingin dari Aura. Seram, walau tidak seseram empat senior yang berdebat dengannya di lapangan basket. Apalagi wajah dan watak Aura sama sekali tidak mendukung untuk marah-marah seperti ibu tiri Cinderella. Ruang eksekusi mungkin begitu horor bagi murid lain, tapi tidak bagi Ray yang memang sudah tidak punya rasa takut.

"Jadi ini yang ngelawan senior?" Aura bertanya dengan tetap pada posisinya. Duduk di tepi meja seraya melipat tangan di dada.

Ray sedikit membungkukkan badan dengan sopan. "Kenalin, Kak, saya Reynando Prasraya Mahardika biasa dipanggil Ray. Sesuai nama saya, saya ganteng, keren, banyak fans-"

"Saya udah tau," potong Aura datar. Ini anak sakit kali ya, bukannya takut malah ngenalin diri, batinnya.

Baru saja Ray akan membantah ucapan Aura, empat senior tergalak memasuki ruangan dan berdiri di hadapannya. Mata mereka sama-sama melotot, terutama Filla yang beberapa menit lalu berhasil dibuat malu oleh cowok bengal ini.

"Dari kelas berapa?" tanya Asma datar.

"X-4." Dahi Ray berkerut samar, kemudian bergumam pelan pada dirinya sendiri. "Masa gatau sih."

"Baru kelas sepuluh aja songongnya minta ampun." Aura tersenyum sinis. "Mau jadi apa kamu kalau hari pertama MOS aja udah ngelawan senior?"

"Tetep jadi orang lah, Kak. Emang gue tujuh manusia harimau bisa berubah," jawab Ray masih dengan dahi yang berkerut membentuk beberapa lipatan.

"Berani jawab lo ya!" Alif yang tidak tahan dengan junior yang menurutnya sangat kurang ajar berjalan beberapa langkah dan mengarahkan telunjuknya tepat beberapa senti di depan wajah Ray.

"Udah, tenang, Lif." Aura menahan lengan kiri Alif yang tidak menuding Ray. Cewek itu menghela napas. "Gue keluar dulu, kalian urus dia. Hukum sampai jera kalo masih nggak mengakui kesalahan."

"Berani sekali kamu menjawab pertanyaan ketos!" Seperginya Aura, Asma langsung mengeluarkan amukannya yang sedari tadi ia tahan karena adanya sang ketua OSIS.

"Nggak dijawab salah, dijawab salah. Gimana sih."

"Ya Allah berikanlah hamba kekuatan untuk menghadapi tuyul ini." Azka memijat pelipisnya dan bergumam pelan. Sepertinya cewek bertubuh mungil itu mulai frustasi.

"Saya nggak mau tau, pokoknya besok kamu harus pakai biodata!"

"Oke fine, karena calon pacar yang minta, gue turuin." Ray mengangkat kedua tangannya pasrah. Bukannya menyerah, hanya saja ia sedang tidak mood adu mulut dengan orang-orang ini. Tapi cowok itu lagi-lagi menggoda Filla. Lihatlah, sekarang pipi cewek itu mulai merona untuk kedua kalinya. "Udah kan, gue udah ngakuin kesalahan gue. Gue balik, bai!" Ray memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana sembari berjalan mendekati pintu. Baru saja tangannya akan menggapai kenop, ia kembali memutar badan menghadap lima OSIS yang menatapnya heran.

"Gue balik dulu, sayang. Love you." Tidak salah lagi, ucapan selamat tinggal yang lebih mengarah pada sebuah godaan itu ditujukan pada Filla. Empat OSIS lainnya menatap wajah Filla yang entah wajahnya sudah seperti apa. Merah, bahkan lebih parah dari kepiting rebus. Merasa kesal diperlakukan seperti itu, Filla menghentakkan kakinya kesal dan menyumpah serapahi juniornya yang baru saja keluar ruangan. Ray berjalan menjauhi ruang eksekusi dengan seringai puas di bibir basahnya. Ia sempat mendengar bisikan empat senior tergalak yang membicarakan dirinya.

Senbazuru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang