15. Ada Apa?

8.3K 571 51
                                    

Setelah memarkirkan motornya, Ray berjalan mendekati gedung sekolahnya dengan sedikit berjingkat, sesekali dia memanjangkan leher untuk melihat situasi di dalam. Apakah Pak Salim masih berjaga di depan gedung atau tidak, dia tidak tahu. Pasalnya sekarang sudah jam setengah sembilan, dan cowok itu baru datang.

Ray mengerem kakinya secara mendadak mendapati Pak Salim masih berdiri di depan gedung dengan rotan bambu di tangannya. Ray menggigit bibir, ambigu harus berbuat apa dan bagaimana. Cowok itu bisa saja bolos, tapi dia kan punya janji dengan gerombolannya sepulang sekolah. Akhirnya dengan tingkat keberanian penuh, Ray berjalan memasuki gedung melewati Pak Salim. Ray menyunggingkan seculas senyum manis kepada Pak Salim, dibalas dengan senyuman yang tak kalah manis dari guru itu.

"Hei hei hei, kamu berhenti disitu." Pak Salim menahan langkah anak didiknya dengan memasukkan rotannya ke dalam pegangan tas Ray. Si pemilik tas menoleh, dengan pede-nya ia menyalami tangan Pak Salim.

"Oh iya kelupaan. Assalamu'alaikum, Pak." Baru saja Ray akan berjalan kembali, Pak Salim lagi-lagi menahannya.

"Siapa yang nyuruh kamu masuk? Bapak ada urusan sama kamu." Pak Salim mengamati Ray dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan saksama. "Pelanggaran pertama, kamu terlambat. Pelanggaran kedua, kemejamu tidak dikancing. Pelanggaran ketiga, tidak pakai kaos kaki. Pelanggaran keempat, tidak pakai dasi. Pelanggaran kelima, kamu memakai tindik. Yaish, kamu pikir ini sekolah bapak moyangmu?!" Pak Salim memukuli Ray menggunakan senjata andalannya mulai dari perut, leher, kaki, sampai telinga.

"Aduh Papski, memangnya kenapa sih kalau saya baru datang? Yang penting kan saya sekolah, masih ada semangat untuk belajar. Daripada saya bolos, tambah nggak baik. Kenapa sih Papski hobi banget marahi saya? Marah itu sifatnya setan, entar kita dikendaliin setan kalo marah mulu. Kalo udah dikendaliin setan kita masuk neraka. Nggak percaya? Tanya aja sama Pak Haji," celoteh Ray tanpa ada sedikit pun nada takut dalam setiap kata yang dilontarkannya. Lagi, dia adalah siswa pertama yang berani memanggil guru kesiswaan dengan sebutan "Papski".

Pak Salim melotot. "Berani kamu ngajari Bapak?!"

"Lah Papski, saya kan hanya menegakkan kebenaran. Belajar itu nggak ngeliat usia. Kalo emang saya lebih cerdas dari Papski ya mau gimana lagi." Jawaban Ray sukses mengundang satu pukulan mendarat di pinggangnya. Ray meringis dan bermaksud membantah lagi, tapi Pak Salim lebih cepat membuka mulut.

"Push up lima puluh kali dan lari keliling lapangan lima kali, habis itu ke ruang BK!"

°°°

"ARKAN, AKBAR, LO BERDUA BANDEL AMAT SIH JADI ANAK!" Rhea mengambil langkah lebar mendekati rekan satu kelompoknya dan menjewer telinga mereka. Bukan apa-apa, tadi ia menyuruh mereka untuk membeli tisu di kopsis. Bukannya berangkat, dua cecunguk itu malah sibuk main hape, membuka Google dan mencari foto-foto JKT48. Karena agenda mereka sekarang adalah membuat kerajinan berkelompok dan Bu Aini sedang keluar kelas, jadi tidak ada yang menegur teriakan Rhea, bahkan Rizqi sekalipun.

"Lo berdua bukannya beli tisu malah stalker artis," omel Rhea, tangannya masih setia bertengger di daun telinga kedua temannya. Arkan, cowok ganteng yang banyak digandrungi cewek. Dan Akbar, walaupun namanya memiliki arti 'Besar', fisik anak yang satu itu justru kecil, kira-kira setelinga Rhea.

"Bentar dong, gak usah pake acara jewer-jewer, bawel amat lo jadi cewek. Ini mumpung internet gue lancar. Liat nih, liat, bening kan? Lo kalah pasti." Akbar mengarahkan layar hape-nya tepat di depan wajah Rhea. Rupanya pencarian mereka beralih ke AKB48 yang sedang memakai bikini.

"Pala lo bening! Gue aduin ke Pak Heri kelar idup lo!" Rhea memukul kepala Akbar cukup keras, membuat cowok berbehel itu meringis. "Arkan, lo ikut gue ke kopsis cepet!" Rhea menarik tangan Arkan dan berjalan cepat keluar dari gedung sekolah menuju koperasi yang terletak di sebelah gedung lab biologi, tidak lagi mempedulikan Arkan yang mengoceh memprotes dirinya.

Senbazuru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang