Adnan mengayunkan kakinya secepat mungkin memasuki rumah sakit yang lengang karena faktor waktu. Napasnya terengah ketika berhenti berlari, mendapati gadis berbaju dusty pink duduk di kursi depan ICU sambil menggigit kuku, berusaha meredam isak tangisnya yang masih tersisa. Di sampingnya ada Farah dan Tania yang juga tak kalah cemas. Sementara Rico berdiri bersandar dengan sebelah sepatu menempel pada dinding.
Adnan mengambil duduk di sebelah kiri Rhea. Tapi seakan mati rasa, Rhea tidak menyadari keberadaan orang baru yang duduk di sebelahnya. Pikirannya sama sekali tidak teralih dari ruang ICU yang tertutup rapat. "Rhe." Sang pemilik nama baru menoleh ketika Adnan memanggil namanya. Mata gadis itu berkaca-kaca, tubuhnya bergetar tidak karuan.
"Gimana kondisi Ray?" tanya Adnan pada Farah.
"Dokter sedang mencoba menghidupkan kembali jantungnya. Gue nggak tau gimana kondisinya sekarang, karena Dokter belum keluar," jelas Farah berusaha tenang, tidak seperti Rhea yang terlihat sangat ketakutan.
"Temen-temen lo yang lain nggak kesini?"
"Mereka masih mau berangkat. Adam sama Haris dan yang lainnya lagi otw," sambar Rico. Adnan tidak menanggapi, karena sejujurnya, ia tidak terlalu akrab dengan Rico, Farah, dan Tania. Lelaki itu menatap Rhea yang kembali fokus pada ruang ICU.
Gue cepet-cepet kesini karena berusaha ngehibur lo. Tapi sepertinya lo nggak peduli akan kehadiran gue.
"Rhe, ada sesuatu yang mau gue omongin," kata Farah membuka pembicaraan. "Lo tau kan, gue langsung nolak Ray tadi siang? Itu karena gue nggak ada rasa sama dia. Gue cuma simpati sebagai sahabat. Gue tau kalo lo masih sayang sama dia." Mendengar nama Ray diungkit oleh gadis yang sebenarnya memuakkan di matanya, Rhea perlahan mendongak dengan air mata yang mengalir bebas membasahi pipi. Baiklah, masa bodo dengan air matanya kali ini.
"Tapi lo salah mengerti Ray. Dia punya sebuah rahasia besar yang lo nggak boleh tau. Karena kalo lo tau, lo nggak akan bisa menerimanya. Lo bakal nyuruh dia berhenti, tapi itu sulit untuk pecandu seperti dia. Sebenernya gue nggak boleh bocorin ini, tapi...." Farah merogoh sakunya, mengeluarkan secarik kertas kecil dan menyerahkannya pada Rhea. Gadis di sebelahnya itu menatap bergilir Farah dan kertas yang dipegangnya. Diambilnya benda kecil tersebut untuk kemudian dibacanya dengan seksama.
Untuk seseorang yang kucintai tapi kuabaikan,
Ini bukan saatnya aku berbasa-basi dengan menyapamu. Aku tidak ingin berpura-pura lagi, karena aku tidak ingin terus-menerus bersembunyi layaknya pengecut.
Aku sadar, aku memperlakukanmu seperti sampah yang tidak seharusnya kudekati. Aku mengabaikan semua pesanmu, semua sapaanmu, semua perhatianmu seakan kau hanyalah parasit di hidupku.
Akan tetapi jauh di dalam lubuk hatiku, aku tidak ingin begitu. Aku berharap kau masih bertahan sampai aku menjelaskan alasan di balik sikap dinginku.
Namun sepertinya hatiku cuma memberikan harapan-harapan kosong. Kau perlahan pergi bersama dia, membuat cerita indahmu lagi. Sedangkan aku disini hanya bisa mendoakanmu, dari jauh.
Maka disini aku akan menjelaskan semuanya.
Bahwa aku adalah salah satu dari banyaknya manusia yang menggantungkan hidupnya pada ganja.
Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai menggunakannya, tapi menyadari sikapku yang arogan dan rasa tidak nyaman yang mengerumuni dada, aku mulai sadar, bahwa aku terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Mungkin jika kau membaca ini, aku sudah pergi jauh.
Jangan menangis, karena aku akan tetap menjagamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senbazuru✔
Teen FictionAda tiga fakta mengerikan yang tersemat dalam diri Reynando Prasraya Mahardika, cowok bebal yang berhasil bikin geger satu sekolah di hari pertamanya karena berani melawan OSIS. 1. Gonta-ganti cewek adalah hobinya. 2. Bermain sama cewek tiap malam a...