Sebelumnya gue mau bilang sesuatu. Tadi ada readers yg nanya, hardcore itu apa, Kak? Gue jawab disini ya, soalnya ceritanya Ray ikutan organisasi itu. Ya, hardcore itu organisasi, tapi organisasi itu tidak etis, tertutup, makanya banyak masyarakat yang nggak tahu. Biasanya organisasi itu dilambangkan dengan pakaian hitam-hitam. Singkatnya, itu organisasinya anak berandal. Udah ya, selamat membaca💕
-------------------------------------------------
Ada yang aneh dengan Ray belakangan ini. Cowok itu tidak terlalu peduli pada Rhea. Yang biasanya menjemputnya di kampus -karena mereka beda universitas dan jurusan-, kini tidak lagi. Ada saja alasan yang dibuat cowok itu supaya tidak menjemputnya. Tugas lah, ada acara di organisasi hardcore-nya lah, boker mendadak lah, sampai Rhea dibuat lupa apa alasan-alasan kekasihnya itu. Boro-boro menjemput, menunggu balasan chat-nya pun butuh kesabaran ekstra, tidak seperti dulu yang hanya membutuhkan waktu satu sampai dua detik. Kira-kira telah menginjak dua minggu Ray bersikap acuh padanya.
Rhea jadi berpikir, apa Ray melakukan perselingkuhan di belakangnya?
“Gue cariin ternyata lo disini.” Rhea menoleh mendengar suara yang setiap hari menusuk rongga pendengarannya. Lantas tersenyum pada Diva yang menghampiri dan duduk di sebelahnya. “Songong ya. Ditelepon dari tadi nggak diangkat padahal pegang hape.” Diva menunjuk benda yang ada dalam genggaman sahabatnya menggunakan dagu. Rhea menunduk, segera memeriksa notifikasi yang dimaksud Diva. Benar, 5 panggilan tidak terjawab.
Rhea meringis sungkan. “Sori, gue ngelamun dan hape-nya kena silent, jadi nggak tau.”
“Yaudah sih, untung temen.” Diva mengangguk-angguk seperti boneka. “Tumben lo bengong. Kenapa?”
Tepat sekali. Diva selalu datang saat ada sesuatu yang mengganjal pikiran Rhea. Bibir Rhea mengerucut, mengeluarkan desahan pelan dari sana. “Menurut lo, kalo pacar kita nggak pernah jemput, jarang balas chat, dan banyak alasan, apa itu wajar?”
Diva diam sejenak, berpikir secara naluriah bagaimana jika dirinya ada di posisi yang diceritakan Rhea. “Tergantung. Dia kasih kabar atau enggak, dia masih perhatian atau enggak. Siapa tau dia lagi sibuk kan? Kecuali dia nggak pernah kasih kabar dan memberi secuil perhatian, itu patut diwaspadai.” Gadis itu bersitatap dengan sahabatnya, alisnya bertaut. “Lo ada masalah sama Ray? Perasaan muka lo tambah kusut pas gue jawab pertanyaan barusan.”
Rhea mengangguk lesu. “Ray udah nggak kayak dulu. Nggak pernah jemput, nggak pernah ngajak keluar, nggak pernah chat duluan lagi. Dan sayangnya, dia nggak pernah kasih kabar, Div....”
“APA?!?” teriak Diva satu oktaf hingga membuat orang-orang yang berlalu lalang menatapnya risih. Jelas, ketentraman mereka di bawah pohon rindang tiba-tiba terganggu karena mendengar suara yang berpotensi menciptakan polusi.
“Mulut lo benerin dulu biar nggak lebay, baru ngomong.”
“Iya iya maap Diva Cantik khilaf,” jawab Diva cengengesan. “Btw dia bener-bener nggak ngasih kabar apa pun?” Rhea hanya mengangguk lesu.
“Udah mulai kapan Ray kayak gitu?”
“Sekitar dua minggu lalu.”
“Ye, lo mah nggak cerita dari kemaren-kemaren. Trus, dia ngajak lo putus?” Rhea menggeleng. “Nah, artinya ini kesempatan lo putusin dia,” seru Diva mendadak bersemangat, seperti baru saja dapat cokelat dari gebetan.
“Hah? Lo gila?!” Kini gantian Rhea yang memekik. “Harus banget ya gue putusin dia lagi? Gak ah, gak. Gue bukan cewek yang suka tarik-ulur hubungan kayak lo.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Senbazuru✔
Teen FictionAda tiga fakta mengerikan yang tersemat dalam diri Reynando Prasraya Mahardika, cowok bebal yang berhasil bikin geger satu sekolah di hari pertamanya karena berani melawan OSIS. 1. Gonta-ganti cewek adalah hobinya. 2. Bermain sama cewek tiap malam a...