7. Unjuk Gigi

10K 726 43
                                    

Setiap Hari Sabtu, SMA Pelita mengadakan kegiatan sebelum jam pelajaran pertama dimulai, yaitu senam pagi dan kerja bakti membersihkan sekolah. Dua kegiatan itu tidak dilaksanakan sekaligus dalam satu hari, melainkan bergantian setiap minggu. Sabtu ini SMA Pelita melaksanakan kerja bakti, kegiatan yang tidak disukai Rhea. Ia lebih baik disuruh senam daripada membersihkan sekolah yang membosankan.

Siswa-siswi berpencar dan mengambil tempat sesuai yang diinstruksikan Pak Salim. Kelas XI-3 ditugaskan membersihkan halaman di depan green house. Rhea mencabuti rumput liar bersama Diva sembari sesekali bersenda gurau dengan teman-temannya. Tiba-tiba terdengar suara keras yang membuat perhatian Rhea teralih ke sumber suara. Terlihat disana Pak Salim memukul kaki Ray dengan rotan bambu yang biasa dibawanya. Yang dipukul hanya meringis tanpa berani melawan. Peristiwa itu berhasil menyedot perhatian semua murid yang mulanya sibuk membersihkan sekolah. Bahkan ada beberapa dari mereka merekam kejadian langka ini.

"Kenapa kamu baru datang?! Kamu tahu ini jam berapa?!" Pak Salim mengetuk jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Ray melirik jam tangannya sendiri.

"Jam delapan, Pak!" jawab Ray lantang. Pak Salim melotot, guru paruh baya itu kembali memukul kaki Ray dengan rotan.

"Apa kamu tidak malu jadi pusat perhatian seperti ini!? Sudah berapa kali kamu terlambat!?" Ray meletakkan telunjuknya di dagu, pura-pura berpikir.

"Nggak tau, Pak, saya kebanyakan telat sih," jawab Ray kalem. Hampir seluruh murid berbisik membicarakan Ray. Kebanyakan dari mereka berkata, "Ray tuh ganteng, sayang bandelnya kebangetan. Guru aja dilawan."

Baru saja Pak Salim akan membuka suara, Pak Roni datang mendekat dan tanpa aba-aba menampar pipi kanan Ray, membuat beberapa siswa menutup mulut dengan tangan untuk menahan pita suara mereka yang akan berteriak. Ray hampir saja tersungkur jika kakinya tidak kuat menyangga tubuhnya yang terhuyung.

"TATAP MATA BAPAK!!" Suara Pak Roni menggelegar, membuat seluruh penghuni sekolah menuju halaman depan lobbi untuk melihat apa yang terjadi. Ray menatap mata Pak Roni lurus-lurus, tanpa ada rasa takut sedikitpun, padahal guru di hadapannya ini adalah sosok yang paling ditakuti, karena suka menghukum muridnya dengan fisik, lain dengan Pak Salim yang menghukum muridnya dengan bentakan.

"Bilang ke orang tuamu, Hari Senin jam sembilan datang ke ruang BK!" seru Pak Salim lantang. Ray mengangguk mengerti sebelum Pak Salim berjalan meninggalkan halaman lobbi, tempat guru itu menghukum dirinya.

"Kamu berdiri disini sampai jam sebelas!" Pak Roni menarik tubuh jangkung Ray untuk berdiri di depan tiang bendera di depan lobbi.

"Oke, Pak." Ray kembali mengangguk. Rhea yang berposisi tak jauh dari Ray hanya menggelengkan kepala, tidak habis pikir mengapa ada murid seperti itu di dunia nyata. Setahunya, cowok bad boy hanya ada di novel atau film.

°°°

Rhea memasukkan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Setelah berdoa, siswa-siswi SMA Pelita berhamburan keluar sekolah bak kacang yang tumpah ruah dari bungkusnya. Rhea menggendong tasnya tepat saat Kira menjemputnya. Kemudian, seperti rutinitas mereka sehari-hari, mereka berdua mampir ke kelas XI-6 untuk menjemput Dina dan Jesslyn.

"Ke kantin dulu yuk! Gue haus nih." Jesslyn, Dina, dan Kira mengiyakan ajakan Rhea. Mereka berbelok ke kantin yang cukup ramai. Rhea dan Jesslyn memasuki koperasi sekolah, sedangkan Kira dan Dina menunggu di bangku kantin. Tak sengaja Rhea dan Jesslyn bertemu Ray yang sedang membuka kulkas untuk mengambil minuman. Rhea berdiri di belakang Ray, karena ia juga ingin membeli minuman dingin.

Ray membalikkan badan dan mendapati gadis yang ia kenal berdiri dibelakangnya. "Hai."

Rhea menoleh. "Hai juga." Ia berekspresi seolah-olah baru menyadari kehadiran Ray. Ia berjalan melewati Ray dan membuka kulkas. Bukannya sombong atau tidak mau menyapa, hanya saja Rhea tidak terbiasa didekati apalagi bersama dengan cowok.

Senbazuru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang