4. Pertemuan Tanpa Disengaja

10.6K 764 25
                                    

Ray memainkan jari-jarinya di atas keyboard, dikerumuni oleh beberapa temannya yang juga mengarahkan mata mereka ke layar laptop dengan raut wajah serius. Sesekali mereka berteriak heboh, membuat tingkat kebisingan kelas XI-6 naik tiga kali lipat. Inilah hal yang biasa dilakukan Ray jika sedang bosan atau tidak ada kerjaan, bermain game.

"Ray, gue pengen dong." Zafi mendekatkan tangannya di sebelah laptop Ray. Ray melirik Zafi sekilas, lalu memberikan alih laptopnya. Zafi mulai menggerakkan jari-jarinya di laptop dengan serius, walau jelas, tidak selincah Ray.

"Bego lo, main aja gak bisa!" seru Ray sambil memukul kepala Zafi keras. Zafi hanya meringis. Mulai hari ini, Zafi dinobatkan sebagai korban bully Ray selama setahun kedepan. Bully dalam hal bercanda tentunya, karena Zafi tetap menjadi temannya.

Karena merasa bosan, Ray keluar dari kerumunan. Dia berjalan ke bagian pojok belakang kelas, dimana terdapat Fian yang sedang serius bermain COC dengan kondisi ponsel dicas. Ray duduk lesehan di sebelah Fian, ia menyandarkan kepalanya di tembok.

"Gue bosen nih," gumamnya.

"Ya lo ngapain gitu kek biar nggak bosen," jawab Fian tanpa mengalihkan matanya dari layar hape. Mata Ray meliar ke penjuru kelas, kemudian matanya yang jelalatan jatuh pada kelompok Keisha yang duduk di bangku depan. Ada Keisha, Rara, Mily, Farah, Risa, dan Desi. Lebih tepatnya, matanya tertuju pada botol yang digenggam Farah. Ray tersenyum jahil, kemudian berjalan mendekati kelompok yang sedang ngerumpi itu.

"Mau apa lo?!" Keisha langsung membentak begitu melihat musuh bebuyutannya berdiri di dekat bangkunya. Bukan apa-apa, masalahnya dia adalah salah satu korban atas kejahilan Ray di kelas X. Pernah waktu itu Ray memasukkan bungkus permen karet yang biasa dimakannya saat pelajaran kedalam tas Keisha. Tak tanggung-tanggung, cowok itu juga memasukkan bekas permen karet yang sudah dikunyahnya. Saat Keisha mencak-mencak pada Ray karena tasnya yang berubah menjadi tempat sampah, Ray malah memberikan jawaban yang semakin membuat cewek itu mengamuk, apalagi waktu itu Keisha lagi pms. Kira-kira begini, "Itu bonus dari gue, kapan lagi dapet bonus dari cowok ganteng. Fangirl aja mau dapet botol bekas biasnya, masa lo nggak mau dapet permen bekas gue." Alhasil jawaban itu malah membuat Keisha menimpuk Ray dengan tasnya.

"Jangan ge-er Mbak, sensi amat. Bilang aja kalo pengen debat sama gue, biar bisa lama-lamaan sama gue." Ray mengalihkan pandangannya pada botol Farah. "Gue minta minum lo dong. Haus nih." Ray mengusap lehernya dan berlagak seolah-olah dirinya habis berkelana di Gurun Sahara.

Farah menyodorkan botol yang dipegangnya pada Ray. "Nih." Ray segera membawa botol itu kabur. Ia kembali duduk di sebelah Fian, mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Permen mentos.

"Parah lo, Ray, jangan dijahilin gitu dong, kasian, mereka cewek." Fian menggelengkan kepala melihat Ray memasukkan permen ke dalam botol.

"Gue juga tahu kalo mereka cewek." Ray menutup botol dan mengocoknya beberapa kali, setelah itu mengembalikannya pada Farah. "Makasih ya. Lo baik deh."

"Pasti ada maksud terselubung," Keisha menatap punggung Ray dengan curiga. Ia mengambil botol Farah setelah punggung cowok itu menghilang dari pandangannya. "Gue minta minum lo, Far."

Ray mengintip Keisha dari balik bangku. Dia tersenyum lebar melihat rencananya akan berjalan sempurna.

"BAJU GUEEE.....!!!!" Teriakan Keisha begitu melengking sampai semua penghuni kelas menoleh kearahnya. Botol yang dia buka meledak tepat di wajahnya, membuat wajah dan seragamnya basah. Semua tampak tercengang, kecuali Ray yang menahan tawa.

Keisha berdiri dan memandang Ray penuh kebencian. "RAY! INI SEMUA PASTI ULAH LO!!"

"Lah, kok gue? Gue gak ngapa-ngapain. Gue bocan dari tadi. Bobok canteekkkk." Ray menyangkal dengan wajah tanpa dosa.

Senbazuru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang