"Serius lo udah jadian sama Ray?"
"Peje-nya jangan lupa!"
"Ciee pacar pertama."
Kira-kira begitulah respon dari ketiga temannya begitu tahu anggota baru mereka baru saja meresmikan hubungannya dengan the most wanted sekolah. Mungkin hanya peresmian sepihak, karena Rhea tidak pernah mengiyakan pertanyaan Ray yang ingin menjalin hubungan lebih jauh dengannya. Atau lebih tepatnya, belum.
Sambil mendudukkan dirinya di atas kursi, Rhea memutar bola mataya dengan jengah, malas menghadapi virus rempong teman-temannya yang mulai kambuh. Ia saja masih dalam proses mencerna apa yang Ray katakan di koridor tadi. Mengejutkan, tapi juga membingungkan.
"Btw, lo digosipin sama Adnan," ujar Cinta yang baru saja memeriksa ponselnya. Gadis berperawakan mungil itu menyipitkan mata, menatap Rhea dalam-dalam tepat di manik matanya. "Apa jangan-jangan lo bener-bener CLBK ke dia?"
"Enggak," jawab Rhea cepat. "Mana mungkin. Paparazzi sekolah aja yang banyak bacot."
"Iya. Jangan nething lah, Cin. Lagipula Rhea kan udah punya Ray." Safira menengahi. Rhea kembali mengarahkan matanya pada Cinta yang masih menatapnya dengan sorot mengintimidasi. Ia tersenyum untuk benar-benar meyakinkan sahabatnya ini.
"Oh, yaudah," jawab Cinta akhirnya, lantas ikut tersenyum. "Gapapa sih akrab sama Adnan. Pokoknya, sampe lo ada hubungan khusus sama dia, abis lo."
"Buset, takut gue." Safira tertawa seraya meneloyor pelan bahu Cinta yang duduk di sebelahnya. "Masa cuma gara-gara cowok lo nyelakain temen sendiri."
Cinta memberengut. "Kalo temennya munafik, masa dibiarin." Matanya sipitnya melirik Diva yang sedari tadi hanya diam. Diva yang merasa tersindir hanya cengengesan. Dulu, jauh sebelum Diva mengenal Rico, Cinta pernah memendam perasaan pada Ray. Tanpa diduga, Diva juga menyukai Ray, sampai akhirnya mereka berpacaran di belakang Cinta. Tapi itu dulu. Biarlah kejadian itu menjadi masa lalu yang semakin mempererat persahabatan mereka.
"Kenapa ya, waktu lo baru pacaran, gue baru putus." Diva menghela napas pasrah. "Hah... Kangen Rico deh kalo gini."
"Woi! Piket lo berdua!" Entah sejak kapan Raihan sudah datang menghampiri mereka dan menggebrak meja Rhea dan Diva, membuat keduanya terkejut.
Diva hanya nyengir kuda, karena kemarin dirinya lah yang menjadi penyebab tidak melaksanakan piket. "Nanti deh, Han."
"Nggak ada nanti, cepet piket!"
"Rizqi aja nggak maksa, kenapa lo yang sewot sih!" gerutu Diva. Sepersekian detik kemudian ekspresinya berubah jenaka. "Bilang aja mau modus ke Cinta."
"Rizqi belom dateng, bego, gimana dia bisa maksa. Lagipula modus apaan coba. Udah nggak usah banyak alasan."
"Raihan Birawa Rafael, lo pikir kita bertiga nggak tau apa yang terjadi antara lo dan Cinta di kelas sembilan?" Ekspresi Raihan yang semula garang berubah datar mendengar pertanyaan menggelikan itu dari Diva. Ini dia resiko apabila sudah berurusan dengan kelompok penggosip di kelasnya. "Kasian deh digantungin sampe sekarang. Cinta nggak kasian sama Raihan? Tuh sekarang dia disini nungguin jawaban dari lo."
"Sayang sekarang Raihan udah punya pacar. Nggak nyesel, Cin?" Safira mulai ikut-ikutan. Detik berikutnya, sebuah ledakan penuh tawa memenuhi ruang kelas yang semestinya tidak terlalu ramai. Mungkin hanya tiga di antara lima dari mereka yang tertawa.
"Lo semua jangan kebanyakan gosip. Gue nggak per-"
"Jangan nampik. Bohong itu dosa lho, Han. Lagipula kita dapet berita itu dari orangnya sendiri, jadi ngapain susah-susah buat gosip baru. Gosip itu dosa," sela Diva cepat-cepat, yang hanya dibalas pelototan tajam dari sang wakil ketua. "Apa liat-liat? Gue tau gue cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senbazuru✔
Teen FictionAda tiga fakta mengerikan yang tersemat dalam diri Reynando Prasraya Mahardika, cowok bebal yang berhasil bikin geger satu sekolah di hari pertamanya karena berani melawan OSIS. 1. Gonta-ganti cewek adalah hobinya. 2. Bermain sama cewek tiap malam a...