"Heh heh, lo berdua mau kemana?" Raihan mencegat langkah Rhea dan Diva dari ambang pintu.
"Mau pulang lah, lo pikir kita mau mulung," jawab Diva yang merasa dongkol dengan pertanyaan Raihan.
"Enak aja mau pulang! Lo berdua kemaren belom piket, sekarang piket, cepet!" Raihan mendorong tubuh Rhea dan Diva untuk kembali memasuki kelas. Rhea mendengus, lalu mengambil sapu yang terletak di sudut belakang kelas. Cewek itu mendengus lagi melihat kelasnya yang sebelas dua belas dengan kandang kerbau. Huh, tau gini gue piket kemarin aja. Untunglah ada Adnan, Adam, Rafiq, Safira, Nuril, dan Tammy yang juga piket hari ini, jadi tugas denda piketnya bersama Diva akan lebih ringan.
Sekitar lima belas menit kemudian mereka selesai membersihkan kelas. Rhea menghela napas lega, akhirnya tugasnya selesai, karena jika masih ada setitik debu saja, Rizqi dan Raihan tidak akan membiarkan mereka pulang.
Sungguh pasangan ketua yang terlalu taat aturan.
"Dam, Kan, lo mau kemana?" tanya Raihan yang melihat Adam dan Arkan menuruni tangga dengan terburu-buru. Tidak ada jawaban. Raihan mengendikkan bahu tidak peduli.
"Yuk Div, Saf," ajak Rhea pada kedua sobatnya. Di kelas ini yang tersisa hanyalah mereka bertiga bersama Adnan, Rizqi, dan Raihan, sisanya langsung ngacir entah kemana.
"Gue duluan Nan, Riz, Han," ucap Rhea, Diva, dan Safira hampir berbarengan. Yang dipamiti hanya mengangguk, kecuali Rizqi yang mengatakan hati-hati. Mereka berjalan beriringan untuk ke kantin dulu sebelum pulang. Sekolah sudah sepi dalam waktu singkat, hanya ada beberapa siswa yang masih berkeliaran. Seperti biasa, kalo nggak ekskul, ya males pulang.
"Tungguin gue woi!" Sebuah suara melengking membuat tiga cewek itu membalikkan badan. Keisha keluar dari kelasnya dan ikut bergabung.
"Gue kira lo udah pulang duluan," ujar Diva. Mereka berempat berbelok ke kantin yang terletak di sebelah gedung lab biologi dan ruang multimedia, kemudian duduk di bangku yang sedari tadi diduduki Cinta. Cewek itu masih sibuk makan sambil sesekali berkutat dengan ponselnya. Ia memang begitu, biasa pulang lebih lambat daripada murid lainnya.
"Gila, gue makin hari makin kesel sama Ray!" Keisha yang baru duduk setelah memesan minuman langsung berteriak heboh.
"Ada apa?"
"Tadi waktu pelajaran seni budaya, kita disuruh nggambar. Nah, Pak Ghassan sempet tidur. Ray bukannya nggambar malah gangguin Pak Ghassan. Dia mantulin cahaya pake hape-nya ke arah Pak Ghassan sampe beliau bangun karena silau. Ray bukannya ngerasa bersalah malah ketawa sama kelompoknya. Jadi deh satu kelas kena amukannya Pak Ghassan," jelas Keisha bersungut-sungut. Tawa segera meledak memenuhi meja itu tanpa diminta.
"Anjrot! Karena nila setitik rusak susu sebelanga dong," komentar Diva disela-sela tawanya.
"Nah bener tuh. Belum lagi keusilannya yang lain. Dia pernah nyelipin ular sama kecoa mainan di barang-barangnya anak cewek, termasuk gue. Pernah juga dia ngasih anak sekelas es sirup, di es batunya ada pencuci mulutnya. Akibatnya satu kelas pada rebutan mau ke toilet. Sumpah tu anak ngeselin, bikin emosi gue naik terus. Dosa apa sih gue sampe sekelas lagi sama dia, bosen liat mukanya yang pengen gue cakar. Mana di kelas kerjaannya nggak pernah bener lagi. Kalo nggak ngusilin anak ya tidur," lanjut Keisha berapi-api sebelum menyedot minumannya yang baru datang.
Tak lama setelah Keisha berkata begitu, Adnan, Rizqi, dan Raihan memasuki kantin. Pesona tiga cogan itu tak ayal membuat cewek-cewek yang ada di kantin menahan napas, termasuk kelima cewek itu, kecuali Keisha yang terlihat biasa saja.
"Gila Adnan ganteng banget! Tambah cinta gue." Cinta memeras punggung tangan Safira dan berkata dengan suara tercekat. Cewek itu memang sudah ketahuan naksir Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senbazuru✔
Teen FictionAda tiga fakta mengerikan yang tersemat dalam diri Reynando Prasraya Mahardika, cowok bebal yang berhasil bikin geger satu sekolah di hari pertamanya karena berani melawan OSIS. 1. Gonta-ganti cewek adalah hobinya. 2. Bermain sama cewek tiap malam a...