22. Penyebab Putusnya Hubungan

6.8K 432 37
                                    

Kemarin adalah hari ketujuh dimana Adam dan Hamdi di-skors, alias hari terakhir. Maka, hari ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah. Sebenarnya Ray sudah memulai sekolahnya lagi tiga hari lalu. Namun entahlah, apa yang membuat laki-laki itu tidak masuk dan sama sekali tidak menghubungi Rhea. Rhea sebagai perempuan tentu saja tidak terlalu memedulikan, toh dirinya masih kesal terhadap apa yang dilakukan Ray beberapa hari lalu.

Seperti biasa, angkot yang ditumpangi Rhea berhenti dengan mulus di sisi lampu lalu lintas yang terletak di pertigaan. Setelah membayar dan menerima kembalian, Rhea turun dari angkot dan berdiri di sisi zebra cross. Layaknya hari-hari sebelumnya, untuk sampai di sekolah, hal yang harus ia lakukan adalah menyeberangi jalan raya yang ramai, memasuki jalan raya yang tidak terlalu besar, kemudian berjalan sekitar lima menit. Barulah ia sampai di sekolah tercintanya.

Baru saja Rhea berjalan beberapa langkah menyusuri trotoar jalan raya yang tidak terlalu besar, sebuah motor berjalan sangat lambat di sisi jalan sebelah kiri, karena Rhea berjalan di trotoar sebelah kanan. Motor itu seolah mengikuti tempo jalannya. Cewek itu menoleh, dalam hati terkejut mendapati seorang laki-laki mengemudikan motor tersebut. Seseorang itu juga menatapnya dari ujung jalan sana, sambil terus mengemudikan motor besarnya dengan santai. Satu yang disayangkan, wajahnya tertutup helm fullface.

Merasa risih, Rhea mempercepat langkahnya untuk segera sampai di sekolah. Tetapi tanpa ia duga, motor tadi juga sedikit menambah kecepatannya, membuat posisi mereka selalu sejajar. Rhea di kanan, motor itu di kiri.

"Dia kenapa sih, mau bunuh gue kali ya," gumam Rhea pelan sembari terus berjalan, berusaha menstabilkan langkahnya yang terkadang ingin dipercepat. Ketika beberapa langkah lagi kakinya akan menginjak halaman depan sekolah yang juga terletak di kanan jalan, Rhea berlari secepat yang dia bisa supaya segera sampai sekolah tanpa digentayangi oleh si pengendara motor.

"Ahh!" Rhea refleks berteriak ketika sebuah motor besar tiba-tiba berhenti di sampingnya. Cewek itu menutup mulutnya, sedikit malu dengan beberapa siswa yang baru datang menatapnya heran. Terlebih sekarang ia sedang berdiri di depan gerbang sekolah.

Memang sungguh memalukan.

Si pemilik motor membuka helm-nya dan tersenyum manis. Benar dugaannya, itu adalah Ray. Tapi yang Rhea herankan, apa cowok itu sedang kemasukan jin sampai-sampai datang pagi-pagi sekali? Padahal sebelumnya boro-boro dateng pagi, masuk sekolah saja jam delapan, itu pun kalau tidak malas.

"Cepet banget jalannya. Kebelet ya?" tanya Ray dengan watados-nya.

"Iya! Kebelet nggak ketemu lo. Udah minggir!"

"Naik. Aku mau anterin kamu pagi ini, biar kamu nggak kenapa-napa."

"Lo sakit ya? Ini udah nyampe sekolah, lo mau nganterin gue ke mana lagi?" tanya Rhea dengan intonasi tinggi, tapi sebetulnya cewek itu tidak marah. Ia justru heran dengan tingkah cowok di depannya ini.

"Ke KUA deh, mau?"

"You wish."

"Yes, I wish."

"Apaan dah, gak jelas amat." Rhea mulai melangkahkan kakinya kembali. Ray ikut melajukan motornya menyamai langkah kaki Rhea.

"Iya, kayak perasaanmu ke aku. Masih gak keliatan kejelasannya."

Rhea tertawa. "Kayaknya lo lebih cocok ngelawak deh daripada gombal."

"Masa sih? Tapi menurutku enggak deh."

"Menurut lo gimana?"

"Aku lebih cocok sama kamu." Rhea tertawa geli. Ray selalu bisa membuatnya tersenyum walaupun harus melalui gombalan klasiknya.

Senbazuru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang