IPS adalah pelajaran yang membosankan. Setidaknya kalimat sederhana itulah yang mampu mendeskripsikan IPS di mata Rhea. Pasalnya, sepintar apa pun dia, selihai apa pun dia dalam fisika dan kimia, gadis itu payah dalam pelajaran sejarah. Rhea sudah berusaha keras untuk setia mendengarkan Pak Hamid dan tidak tertidur seperti anak-anak lain, bahkan sampai rela memelototi wali kelasnya sendiri itu karena matanya yang sudah amat berat. Sayangnya, daya dalam mata Rhea sudah tidak tahan untuk tidak terpejam. Beruntung tiba-tiba Diva menepuk bahunya.
"Hah? Apaan?" sahut Rhea berdesibel rendah, tidak ingin ditegur seperti insiden Bu Yunita beberapal hari lalu.
"Liat nih. Gue nemu." Diva mengangsurkan ponsel yang sedari tadi diutak-atiknya di dalam kolong meja. Pantas saja gadis itu merasa baik-baik saja mendengarkan Pak Hamid tanpa rasa kantuk yang menyerang. Rhea ikut menunduk untuk melihat apa yang dimaksud Diva. Ternyata sebuah artikel, dengan judul "Seribu Bangau Kertas Pengabul Permintaan." Karena dari judul saja sepertinya sudah menarik, Rhea memutuskan untuk membaca keseluruhan artikel.
Legenda Jepang menyatakan bahwa siapa pun yang melipat kertas-kertas menjadi seribu bangau maka satu permohonannya akan dikabulkan, misalnya memperoleh umur yang panjang atau sembuh dari penyakit. Di Jepang, sudah biasa diceritakan bahwa melipat seribu bangau kertas dapat mengabulkan permohonan seseorang. Ini membuatnya menjadi hadiah spesial bagi keluarga dan teman...
"Bangaunya keren ya, lucu. Legendanya juga unik," komentar Rhea setelah membaca artikel sampai paragraf terakhir, menatap kagum gambar bangau-bangau kertas yang berwarna-warni. Jika ada seseorang yang dapat membuat seribu bangau kertas seorang diri, ia akan menjadi idola orang itu. Bagaimana tidak? Membuat seribu bangau bukan hal yang mudah, bukan? Butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya.
"Gitu ya? Soalnya gue mau bikin ini buat Rico, siapa tau dia luluh dan akhirnya mau balikan sama gue." Kepala Rhea segera terangkat mendengar sederet kalimat yang terlempar dari mulut sang sahabat. Mata yang sudah membulat miliknya bertemu dengan kurva milik Diva, berusaha mencari-cari kebohongan dalam manik mata itu, tapi tak kunjung ketemu.
"Serius?"
"Heeh. Gue pengen Rico tau kalo gue bener-bener cinta sama dia. Gue pengen Rico tau kalo gue nggak ada hubungan apa pun sama Rizqi, karena Rizqi udah sama Safira," tutur Diva dengan desibel yang lebih rendah dari Rhea, sadar dirinya menyebut nama orang lain yang sudah jelas sedang duduk di hadapannya. Terlebih, ia juga menyebut nama gebetan orang itu.
"Jadi kalo Safira nggak sama Rizqi, lo bakal deketin itu cowok?" tanya Rhea datar. Detik selanjutnya ia menghela. "Gue yakin lo nggak bakal bisa, Div. Lagipula Rico bukanlah cowok yang gampang tersentuh. Hati dia beku kayak Frozen."
"Nggak, Rhe. Semua bisa berubah di luar logika hanya karena cinta dan perjuangan. Cewek pake hati dan cowok pake logika, jadi wajar kalo perasaan cewek mudah terluka dan tetep aja berusaha untuk tegar mempertahankan. Gue harap pemikiran lo bukan pake logika. Apa lo nyuruh gue nyerah? Saat kita berpikir untuk menyerah, tengoklah ke belakang. Sudah sangat jauh kita melangkah, sudah banyak rintangan yang kita lalui. Semudah itu kita mengangkat tangan?" Diva menggeleng pilu. "Gue bukan tipe orang yang gampang menyerah hanya karena keadaan. Gue akan terus berjuang, sampe hati gue lelah untuk bertahan."
Rhea baru membuka mulut untuk menanggapi, namun urung menyadari Pak Hamid sudah berpamitan keluar dari kelas, disusul dengan suara gaduh seisi kelas. Bel telah berbunyi, membuat sebagian anak satu per satu mulai keluar.
Pelajaran IPS telah berakhir.
Karena teringat sesuatu, niatnya untuk membantah ucapan Diva tertunda begitu saja. Langkah gadis itu terseret mendekati seseorang yang sedang bermain bersama dua temannya. Butuh persiapan mental yang tidak sedikit jika ingin berbicara dengan orang itu, mengingat kesalahan yang pernah diperbuatnya waktu lalu. "Dam," panggilnya pelan, tapi ia yakin masih bisa terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senbazuru✔
Teen FictionAda tiga fakta mengerikan yang tersemat dalam diri Reynando Prasraya Mahardika, cowok bebal yang berhasil bikin geger satu sekolah di hari pertamanya karena berani melawan OSIS. 1. Gonta-ganti cewek adalah hobinya. 2. Bermain sama cewek tiap malam a...