54. Senbazuru

4.7K 394 11
                                    

"Paman dan bibi pasien sedang dalam perjalanan kesini, Dok. Lalu bagaimana keadaan Ray?" tanya Farah mengulang pertanyaan Rico.

Sang dokter menghela napas, lalu menggeleng pelan. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kami belum mampu menanganinya karena sarana dan prasarana pengobatan negara yang masih kurang. Ganja yang ada di dalam tubuh pasien sudah terlalu menggumpal di dalam tubuh, sehingga membuatnya tidak sadarkan diri dan akhirnya overdosis. Beruntunglah pasien masih mampu mempertahankan hidupnya. Sungguh sebuah mukjizat. Satu-satunya jalan untuk menyembuhkan pasien adalah dengan melakukan perawatan ke Singapura secepatnya," jelas sang dokter panjang lebar.

"Si-Singapura, Dok?" tanya Rhea tidak percaya. Apa Ray memang harus pergi meninggalkan mereka secepat ini? Di saat Rhea mengetahui kebenarannya dan ingin kembali, laki-laki itu malah akan pergi? Sebenarnya, apa takdir memang selucu ini?

"Iya. Selambat-lambatnya pasien harus diberangkatkan besok, karena kalau tidak, semuanya akan terlambat. Tapi untuk sekarang, pasien dilarang dijenguk terlebih dulu."

"Baiklah, Dok, besok pagi kami akan memberangkatkannya," tukas Rico cepat.

"Kalau begitu, saya permisi dulu." Dokter tersebut menunduk sebentar. Perlahan punggung tegap itu menghilang seiring dengan banyaknya langkahnya untuk menjauh.

"Co, otak lo kemana sih? Siapa yang nganterin Ray ke Singapura? Bentar lagi kita ujian." Adam yang sedari tadi diam akhirnya melayangkan protes. Menurutnya keputusan Rico cukup nekat mengingat beberapa hari lagi mereka akan menjalankan ujian kenaikan kelas.

"Lo mau Ray mati, ha?" Merasa terpojok, Adam memilih untuk bungkam. Setelah dipikir-pikir, Rico ada benarnya juga. "Lo lupa kalo Ray masih punya om sama tantenya? Mereka pasti mau nganterin Ray."

"Rhe, lo nggak apa Ray dibawa ke Singapura?" Farah membangunkan Rhea dari fantasi khayalnya.

Rhea menoleh. Gadis itu lantas menggeleng. "Buat apa gue keberatan? Itu kan buat kesembuhan dia, Far. Tapi, kapan Ray akan balik?"

"Kalo itu gue nggak tau, Rhe. Apalagi om sama tantenya Ray katanya mau pindah ke Singapura. Bisa jadi Ray bakal tinggal disana juga."

Rhea membisu. Maniknya menatap sendu ruang ICU yang tertutup rapat. Di dalam sana, ada orang yang sangat dicintainya. Orang yang akan pergi jauh tanpa dia tahu kapan akan kembali. Orang yang keadaannya ada di ambang batas, entah antara hidup atau mati.

Rhea tersenyum tipis. Kini ia tahu apa harapannya melalui seribu bangau itu.

Rhea hanya ingin Ray sembuh.

Terlepas dari itu, Rhea berharap Ray masih mencintainya di Singapura nanti.

Sebab jarak tidak menghalangi rasa cinta, bukan?

Fix ini chapter terpendek 😂 Oke tinggal satu chapter tamat, kawan! 🎉 Don't forget to vomment, thanks

23 Februari 2017

~penulisamatiran_

Senbazuru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang