49. Perencana Pertikaian

4.1K 346 25
                                    

Satu hal lain yang Rhea benci selain duduk sendirian adalah berjalan sendirian. Oh baiklah, Rhea tidak duduk sendirian karena beruntungnya, Adnan pacar barunya itu dengan senang hati memindah bangkunya ke tempat bangku Cinta. Rhea sempat menolak dengan alasan tidak enak pada Arman yang merupakan teman sebangkunya –walau alasan sebenarnya adalah menjaga perasaan Cinta kemudian menuntaskan misinya untuk segera minta maaf dan berbaikan-, sayangnya tekad Adnan tidak tergoyahkan. Akhirnya, Rhea hanya bisa pasrah dan mempersilahkan cowok itu duduk di sebelahnya.

"Girls, kantin kuy!" seru Cinta menggunakan semangat kemerdekaan, tak luput dari suara cemprengnya yang khas dan sangat Rhea rindukan. Lupa akan situasi yang sedang dijalani, Rhea dengan sigap membereskan buku dan alat tulisnya.

Jadi, ketika Rhea berdiri dan bermaksud bergabung, ketiga temannya sudah pergi, meninggalkannya seorang diri.

Ah, Rhea baru ingat kalau sekarang ia tidak memiliki teman.

"Rhe, mau gabung?" Suara yang tak asing itu meluruhkan lamunan Rhea. Berbalik dan mendapati Tania bertanya padanya, bersama Kirei, Rahma, Maya, dan Anin yang juga bersiap menuju kantin.

"I-iya deh," jawab Rhea akhirnya, lantas berjalan di sisi Tania menyusuri tangga bersama keempat temannya. Berjalan di antara mereka –jajaran anak hits dan tidak kudet- sungguh membuat Rhea merasa terabaikan.

"Eh, kalian tau Naomi anak SMA Baptis? Kemarin gue ketemu dia."

"Jangan ngibul lo. Cantik nggak?"

"Cantik gilaaa! Kalo ketemu dia, kalian pasti bakal terpana, sampe kudu mikir apa dia beneran orang atau bidadari."

"Alay lo, Pantat Ayam! Wajar lah, dia kan keturunan Jepang. Padahal gue juga nggak kalah cantik dari Naomi."

"Ih, bukan alay, tapi emang kenyataannya gitu. Ke-pede-an lo, Nin, tampol dulu baru tau rasa lo."

"Tampol bego ntar kebiasaan."

"Naomi jadi model cocok kali ya. Sayang banget dia maunya jadi pengacara, bukannya model. Kalo jadi model kan enak, punya banyak fans sama duit."

"Hu-uh. Gue liat di postingan-postingan IG-nya sih, dia kayaknya punya bodi tinggi trus langsing. Beda jauh deh sama gue yang bantet gini."

"Kok lo bisa ketemu sih, May?"

"Hehe, Dewi Fortuna lagi berpihak pada gue makanya bisa ketemu bidadari wkwk."

"Udah jomblo, songong lagi!"

Sungguh, Rhea sama sekali tidak paham apa yang mereka berlima bicarakan. Oke setidaknya ia tahu mereka sedang menggosip dan ketiga temannya juga doyan gosip, tapi yang Tania cs gosipkan berbeda. Si objek gosip berasal dari sekolah lain, dan Rhea yang memang pasif soal anak hits hanya bisa mendengarkan tanpa tahu maksudnya. Ia bahkan berjalan mengekor di belakang layaknya anak ayam, karena kelima anak tadi melangkah berjajar saking asyiknya menggosip. Sampai melupakan ada sosok lain yang seharusnya juga berjalan bersama mereka.

Rhea jadi seperti berjalan sendiri.

"Tan, gue duluan ya." Tak tahan dengan suara berisik Tania dan teman-temannya, Rhea berpamitan untuk berpisah ketika sampai di bibir kantin. Gadis itu lantas mengambil langkah mendekati salah satu warung. Lebih baik sendiri daripada terkacangi.

Selesai mengantri membeli sesuatu untuk mengisi perut, Rhea keluar dari warung, menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari celah bangku kosong supaya dirinya bisa duduk dan menikmati pesanannya. Kantin sudah terisi penuh hanya dalam waktu beberapa menit.

Senyumnya merekah menemukan salah satu bangku panjang yang masih kosong untuk satu orang. Tanpa ragu, dilangkahkan kakinya mendekati bangku itu.

"Hei, gabung ya," kata Rhea dengan senyum lebar, meletakkan piring dan gelasnya di meja. Tiga siswi yang semula asyik tertawa dan menggosip itu saling melempar tatapan penuh tanya. Dua dari mereka menatap satu sisanya yang bertubuh paling mungil, seolah meminta jawaban.

Senbazuru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang